শনিবার, ১৯ ডিসেম্বর, ২০০৯

Sodis dan Damar (23-29 Noph)

Saya pernah menonton sebuah film layar lebar berjudul I love Monday, yang diperankan oleh Ita dan Ronald, Lupa nama sebenarnya, yang cewek itu bintang video klip d’masiv (cinta ini membunuhku). Film itu bernuansa romantika dengan cerita cinta yang cukup konyol tapi mengasyikan. Yang menarik dari film ini bagi saya adalah kebiasaan orang yang merasa jenuh ketika tiba pada hari Senin. Tetapi ketika seseorang berhadapan dengan orang yang ia cintai pada hari Senin, maka hari itu akan berubah menjadi hari penuh ceria. Segala kepenatan akan kita lupakan segera, yang ada dalam benak kita adalah bertemu dan ingin bertemu terus dengan dia.
Kadang-kadanag saya juga merasa jenuh ketika hari berputar begitu cepat dan tiba kembali pada hari Senin. Belum puas menghabiskan akhir pekan. Kepingin tetap bertahan pada hari Minggu. Hal yang membuat hari Senin menjadi tidak menarik bagi saya, yakni; pertama, saya kadang selalu berpikir, aduh untuk sampai kembali akhir pekan masih butuh lagi waktu enam hari lamanya. Kedua, hari senin biasanya hari yang padat. Ada kuliah pagi sore. Pagi kuliah sudah penuh tambah lagi sore harinya mesti turun kuliah. Kadang capek juga. Begitu pula dengan aturan harian di unit.
Hari Jumat (27/11), teman-teman kelas tiga konvik Ledalero ada kegiatan kerja bakti di Dian desa. Kegiatan ini sebagai bentuk jawaban proposal yang kami buat untuk kebutuhan liburan kami di Lembata nanti. Pihak Dian Desa ternyata meminta kami bekerja di kebun membersihakan Damar sekaligus memanennya. Dan itu kami terima dengan ikhlas hati. “Kalau mau dapat uang yah harus ada usaha dan kerja keras dulu”. Begitu kata Altus Jebada, teman kami yang akhir-akhir ini pusing memutar otak untuk mendapatkan dana. Kami semua berjumlah 50 orang ditambah Sr. Regina.
Tiba di sana kira-kira Jam 8 pagi. Pak petrus, direktur Dian Desa memberikan pengarahan kepada kami tentang sodis dan berbagai alat serta obat pembunuh bakteri. Setelahnya langsung kerja. Kami bekerja di kebun Damar, bersihkan rumput sekaligus panen Damar. Buah dari tumbuhan Damar nanti diolah menjadi bahan bakar alternatif untuk kendaraan menggantikan solar dan bensin. Menurut Pak Petrus di Cina orang sudah mulai budidayakan Damar ketika pertambangan tidak mendapatkan keuntungan dan malah merusakan lingkungan alam. Pada kesempatan itu kami langsung dibagi masing-masing satu botol air sodis. Asyik memang. Kerja gelombang pertama sampai jam 10, kemudian minum pagi. Tidak ada snack tetapi mereka menyediakan kolak. Dan itu sangat terbatas. Hampir saja yang lain tidak kebagian. Pak Petrus yang sudah tahu dengan gaya anak asrama langsung mengambil alih, beliau sendiri yang membagi kolak. Setelahnya, langsung dimulai lagi kerja gelombang kedua, sampai jam 12 istirahat dan siap untuk makan siang. Sambil menanti makan siang karena sate-sate belum dibakar semua, kami kembali mendengar sharing dan cerita dari pak Petrus. Lumayan banyak hal yang bisa kami peroleh pada hari ini secara khusus tentang air bersih.
Hari ni bertepan dengan hari raya Idhul Adha bagi sama saudara yang beragama muslim. Kebetulan sekali ada anak buahnya pak Petrus yang beragama muslim, kira-kira lima atau enam orang. Mereka inilah yang menyiapkan kami makanan dan minuman. Benaran kawan, makanannya berlimpah, satu kambing jadi korban. Ada sate kambing, gulai kambing, ikan bakar, dll. Pokoknya kenyang. Setelah itu masih ada sari buah dan snack, serta minuman sprite dan fanta. Setelah makan ada yang ke pantai untuk mandi, ada yang jalan-jalan di sekitarnya karena pemandangan di sini sangat indah sambil foto-foto, dan ada pula yang cerita-cerita dengan bapak Petrus dan bapak Anton. Oh yah, bapak Anton ini dari solor dan sudah bekerja lama di Dian Desa. Dia punya karisma tersendiri untuk menyembuhkan orang yang sakit gigi. Caranya ditempel dengan salah satu jenis daun yang saya lupa namanya. Lalu dengan berdoa sedikit maka keluarlah semua ulat yang ada dalam gigi. Heran sekali, daun tersebut tidak ditekan langsung di gigi tapi dari luar pipi. Tapi logika yang bisa diterima adalah mungkin saja ulatnya keluar lewat pori-pori tubuh. Yang jadi kelinci percoaan adalah teman Yon dan Bojes. Ulat yang keluar dari gigi mereka masing-masing 14 dan 15. Gelih memang…!!! Dua hal yang saya kira menarik dan merupakan hal baru bagi saya adalah Sodis dan Damar (pohon Jarak).
Kira-kira ja setengah empat kami pulang dari ke Ledalero. Samapi di unit langsung mandi, dan segera bersiap-siap untuk knferensi bersama Pater Aleks yang sudah datang sejak tadi. Konferensi baru dimulai pukul 18.00. Pater Nar di rumah sakit sehingga tidak bisa hadir. Begitu pul Pater Paskal Lina tidak bisa hadir karena ada kesibukan lain. Tema umum konfaensi kali ini yakni, formasi dan disiplin dari. Pater hanya memberi penegasan kembali soal kedisiplinnan dalam rumah formasi, dengan berpegang pada konstitusi dan aturan harian rumah. Meskipun tema ini kelihatan klasik, tapi kami mendapat banyak masukan tentang kedisiplinan yang selama ini kadang kami tidak sadari. Terima kasih banyak Pater!!!

Bakau, Nangalimang, Nangahure (16-22 Noph)

Rencana penanaman bakau akhirnya tercapai juga. Sudah dua bulan ini kami selalu diskusikan di kelas. Ada kandala dana, waktu, tempat, dan lain-lain. Tetapi kami sangat bersyukur karena toh akhirnya kami bisa realisasikan juga proyek ini. Kegiatan ini dijalankan oleh mahasiswa STFK Ledalero semester . Apa yang kami rasakan ini sebenarnya merupakan bentuk penerapan dari mata kuliah filsafat lingkungan hidup. Alam dan lingkungan adalah sahabat dan partner kita. Kepedulian terhadap alam mesti ditingkatkan jika kita ingin bumi kita tetap lestari dan tidak binasa. Tindakan semena-mena terhadap alam dan lingkungan bisa mendatangkan malapetaka besar bagi kita manusia sendiri. Karena itu alam sebagai kosmos menjadi bagian tak-terpisah dari mata rantai ekosistem di bawah kolong langit ini.
Kegiatan ini berlangsung setelah mendapat persetujuan dari dinas kehutanan dan kelautan Sikka, dan atas kerja sama dengan seorang pencita alam sejati yang bulan Juli lalu menerima penghargaan dalam bidang lingkungan dari presiden SBY. Kami dibagi dalam tiga kelompok menurut konvik dan juga kendaraan yang ada. Konvik Ledalero, Ritapiret, dan Karmel. Konvik lain ikut bergabung dengan tiga kelompok ini. Makan diatur masing-masing konvik atau unit. Karena itu bersama teman-teman lain dari unit Arnoldus, sejak malam kami cukup sibuk menyiapkan makanan dan minuman. Yang lama itu waktu ikat es. Semua teman-teman rupanya belum ada pengalaman ikat es. Tapi syukurlah, es berhasil dibuat. Satu termos malah.
Star dari Ledalero kira-kira jam 8 pagi dan tiba di sana tepat jam 10. So, lamanya perjalanan dua jam. Baba Akong sudah ada dan menunggu di depan rumahnya. Awalnya kami semua diberi pengarahan dari Baba Akong perihal manfaat bakau, jenis-jeins bakau dan cara penanamannya. Setelahnya kami bersama-sama pergi ke tempat pembibitan bakau, kira-kira berjarak 200 m dari rumahnya. Kami diberi masing-masing satu tanaman bakau yang baru dibuka dari polibeknya untuk ditanam. Jaraknya satu meter dari bakau yang lain, dan ditanam di lobang yang agak dalam agar akarnya tidak mati karena kepanasan. Inti dari pohon bakau itu akarnya. Begitulah kata baba Akaong. Jika akarnya bermasalah maka bakaunya akan mati. Saya kemudian masuk ke dalam rumah yang sangat sederhana itu. Di dalamnya berjejeran piagam dari bupati sampai presiden. Hebat memang, ini baru tokoh lingkungan hidup yang sejati. Hidupnya banyak dihabiskan untuk menanam bakau. Istrinya juga tampak sederhana, berasal dari Moni-ende. Sebelum menanam bakau kami juga diberi kesempatan untuk bertanya tentang bakau.
Setelahnya kami pamit dengan Baba Akong. Acara makan siang dan rekreasi bersama berlangsung di Waturia. Makan dibagi ke masing-masing konvik dan unit. Waturia memang kebun papaya. Saya Kenyang memang makan papaya. Setelah makan mandi sepuas-puasnya. Lumayan, cape juga berenang. Kali ini jaraknya lebih jauh lagi, kira-kira 200 m dari bibir pantai. Pulang kembali kira-kira jam dua siang. Sampai di unit langsung tidur.
Malam minggu, bersama teman manue ke Nangalimang. Ada permintaan untuk pimpin ibadat dan iring nyanyi. Manue yang bertugas memimpin ibadat dan saya hanya mengiring teman-teman mudika nyanyi. Lagu-lagu semua dari madah bakti dan beberapa lagu Maria. Acara cukup lama, dan bergeser dari jam yang telah dijadwalkan semula. Mengerti saja malam ini malam mnggu. Setelah Ibadat, ke Maumere lagi, nonton bola di rumah kaka Femi. Pulang kira-kira jam satu malam.
Pagi ini setelah pulang misa, saya diberitahu teman-teman bahwa tadi malam saya dicari pater Nar. Dan memang benar Pater cari saya tadi malam, perihal Nando yang masuk rumah sakit. Cukup parah memang keadaan Nando, sepintas lihat macam orang gila saja. Karena itu setelah misa, bersama Manue kami langsung ke rumah sakit. Sampai disana saya merasa seperti tidak kenal lagi Nando. Bicaranya sembarangan. Tapi cukup tenang ketika saya masuk. Idealisme tinggi. Saya sendiri heran atas perubahan ini. Siangnya itu saya langsung telpon kakaknya di Ruteng, dan tidak lama kemudian ada berita dari kampung bahwa keluarga sudah dalam perjalanan ke Maumere. Dari rumah sakit masih ke Kewapante dulu. Lapar. Di sana ada mama Windi. Makan, pulang bawa jagung titi dan Moke dua botol langsung bergegas ke Nangahure.
Semua teman-teman sudah di pantai bergabung dengan anggota mudika Nangahure. Ada yang bakar pisang, ada yang bakar ikan, ada yang buat rujak. Semuanya dibagi dalam kelompok. Saya baru datang langsung ke pergi mandi di laut. Tunggu makan saja ta,hehehe. Setelah makan kembali ke rumah ketua lingkungan. Siap-siap untuk pertandingan. Pertangingan bola kali cukup seru. Kami ketinggalan duluan 2-0. Dan syukrlah lewat teman Bedy dan Atel, kami bisa menyamakan kedudukan menjadi 2-2. Pada babak kedua kami balik unggul menjadi 4-2. Dan baru menjalang akhir pertandingan mereka kembali mencetak gol sehingga skor akhirnya 4-3. Lapangan sangat buruk. Sudah begitu, kecil lagi. Belum lagi bola yang ringan, sehingga bola lebih banyak out.
Setelah pertandingan kami pulang lebih dulu dengan motor, teman-teman lain baru menyusul kemudian. Pulang masih singgah lagi di kaka Femi. Rencananya singgah sebentar saja, eh keasyikan cerita akhirnya sampai gelap. Terpaksa langsung mandi di rumah. Makan. Lalu nonton bola. Kira-kira pukul setengah 20.30, Kornel turun tiba di rumah. Kami berdua terus ke rumah sakit dengan perhitungan bisa ketemu keluarganya Nando, tetapi ternyata mereka sudah pulang ke tempat penginapan di Maumere. Kami baru pulang ke Ledalero pukul 11.00. sampai di kamar langsung tidur. Capek!!!

Ledalero Berduka (9-15 Noph)

“Sedih memang pertemuan kita hnaya sampai pada teolog Karl bart….selamat jalan professor dan sahabatku, semoga diterima di sisi kanannya.”

Saat itu, kami masih asyik nonton Moto GP. Pater Bernard Hayon masuk melalui pintu samping dan mengumumkan berita yang tak perbha kami bayangkan. “teman-teman ada beriata duka, Pater provinsia, Amatus Woi telah meninggal dunia. Semua orang masih tertawa dan asyik nonton televisi. Rasanya tak percaya. Kemudian Pater melanjutkan bahwa Pater Kondrad Baru saja menelponnya dan menyampaikan berita duka tersebut. Semua kami baru kaget untuk kedua kalinya, dan beratanya sakit apa pater? Pater melanjutnya bahwa menurut pater kondarat Beliau mengalami gagal ginjal. Setelah kami langsung ke kapela untuk berdoa Rosario mohon keselamatan arawahnya.
Esok pagi (9/11) baru berita kematian baru terdengar jelas. Pater amatus meninggal dunia di sebuah panti pijat kesehatan karena serangan jantung. Berita kematian juga keluar di detik.com tanpa seorang pun tahu siapa dia sebenarnya. Langit Ledalero pun m,endung kembali. Hari ini, di bawah kolong langit yan gmendung itu , seluruh anggota kemunitas mulai sibuk kembali, ada yan gkeluar masuk kapela untuk berdoa, ada yan gbekerja menyiapkan tenda, dan ada yan gbekerja di dapur. Keluarga Pater dari bajawa-l;aja pun mulaiberdatangan. Saya jaditeringat pada pertemuan terakhir kuliah kami. Waktu itu Pater Amatus berpesan, Untuk pertemuan minggu depan akan diinformasi hari senin nanti, apakah saya bisa masuk tidak. Ternyata informasi yang kami dapatkan hari ini, beliau sungguh tidak bisa masuk untuk selamanya. Pater amatus, kami sungguh merasa kehilangan……..
Menurut informasi jenasah pater amatus tidak bisa didatangkan langsung hari ini karena masih ada urusan dengan pihak kepolisian di Surabaya. Karena itu selsa pagi kami baru bisa mnejemput jenasah pater amatus di bandara. Bandarqa Wao oti pagi ni lebih ramai da biasanya. Banyak orang yang datan gmenjemput jenasah Pater Amatus. Kebanyak para frater, suster, dan pastor. Hampir semuanya mengenakan jubah. Pesawat baur mendarat kira-kira pukul 06.30. Malam tadi jenasahnya disemayamkan di Soverdi kupang, dan diterima oleh Gubernur NTT di Bandara eltari Kupang. Di Maumere, turut hadir bapak bupati dan wakil bupati. Ratusan kendaraan yan gmengiringi perjalanan dari waioti ke Ledalero. Ada ibadat penerimaan di Bandara. Begitu juga di ledalero ketika Jenasah di semayamkan di kapela. Saya masih duduk berlama-lama di kapela dan menunggu sampai giliran doa tiba. Nampak banyak keluarga yang datang. Semuanya menangis histeris karena sama seklai tida menduga akan peristiwa kematian ini.
Misa penguburan dimulai pukul 15.00. begitu nayak oran gyang menghadiri misa. Pater Kondard sebgai wakil provincial bertindak sebagai selebran utama. Homili dibawakan oleh Pater Leo Kleden. Sebuah renungan yang sangat amat bagus. Semua orang terhanyt dalam kesedihan dan kepercayaan akan iman dank e bangkitan. Langit sore ini mendung dan menumpahkan hujan sebentar pertanda turut menangis atas kepergian Pater Amatus. Ada jug abeberapa sambutan sebelum mengantar jenasaha untuk disemayamkan di pekburan ledalero. Cukup lama memang karena sampai dengan matahari terbenam jenasah pater amatus baru dikuburkan. Setelahnya, semua undangan dan umat yan ghadir diminta untuk mencicipi makanan dan minuman yang telah disediakan, mengingat banyak tamu yang datang dari tempat jauh.
Hari kamis sore ada Misa 3 malam di pekuburan Ledalero. Perayaan ekaristi dikuti oleh seluruh anggota komunitas, dan juga keluarga yang turut hadir. Setelah Misa , ada acara makan bersama. Semuanya aberkumpul di unit paulus. Bagi saya ini kali kedua makan di unit Paulus, unitnya orang-ornag senior. Setelah makan kami ditugaskan untuk memebrsihkan alat-alat makan. Tapi tidak lama karena kerjanya banyak orang. Coba kalau hanya satu atau dua orang pasti pasti lama sekali.
Hari sabtu turun mengajar seperti biasa. Kali ini kelihatan murid semakian banyak. Ada yan gpindah dari kelasa lain dan bergabung dengan kami. Kali ni saya hany amenjelaskan tangga nada setiap kunci seklaian langsung diprktikan. Semuanya hamper sudah lancer haynay saja tangga nada mol yan ngperlu dilatih. Saya cukup puas karena banyak murid cukup antusias dengan pelajaran musik. Seandainya mereka tidak suka dengan pelajaranny apasti dengan sendrinya mereka akan tidak suka pula dengan gurunya. Apa yang diajarkan hanya jadi kata-kata kosong. Hari minggu ini rencananya mau ke Lekebai tetapi tunda lagi karena minggu sorenya ada misa pembukaan visitasi general oleh Pater Gregory Pinto dan Bob Kisala. Acara Kunjungan ke Nangahure pun ditunda ke Minggu depan. Padahal orang sudah siap di sana. Akhirnya selama sehari saya hanya di unit saja, tidak kemana-mana.

Sheila (2-8 Noph)

Mereka semua berdatangan
Mereka mencoba mebuatku tertawa
Mereka mengajakku bermain
Sebagaian untuk bersenang-senang
Dan sebagain lagi untuk dikenang
Dan kemudian mereka pergi
Meninggalkan aku di tengnah reruntuhan permainan
Tanpa tahu yang mana harus dikenang ,
dan yang mana untuk besenang-senang
dan meninggalkan aku dengan gema dari
tawa yang bukan milikku,
Lalu kau datang,
Dengan caramu yang lucu
Tidak seperti orang lain
Dan kau membuatku menangis
Dan tampaknya kau tidak peduli
Meski aku menangis.
Kau bilang permainan sudah selesai
Dan menunggu
Sampai seluruh air mataku berubah menjadi
Tanda kegembiraan.

রবিবার, ১ নভেম্বর, ২০০৯

Goodbye My Dear (26 Okto-1 Noph)

Aku bahkan tak mengerti ,
mengapa memilih jalan berlainan.
Barangkali kisah cinta hanyalah pengglan sejarah
yang tersimpan dalam bahtera surga.
Di sini tersisa hanya kata maaf,
dan aku doakan
kamu mendapat pengganti yang lebih baik dariku.
Aku tak berkecil hati merelakan kepergianmu,
karena aku tahu panggilan hidupmu adalah suci.
Pada pertemuan yang terakhir ini,
Aku pinta kepadamu
doakan agar akau sanggup menghadapi kesendirian.
Aku seperti burung dengan sayapmu patah satu,
air mata mulai bergulir dari kedua kelopak mata.
Aku memang laki-laki yang tidak beruntung,
tak punya apa-apa, yang patut aku banggakan.
Dan dalam keterbatasan in aku masih mencitaimu.
Tetapi aku sendiri tidak bisa lari dari realitas hidup
Yang tidak kumengerti secara utuh.
Ada suara lain yang aneh memaksaku
untuk mengtakan bahwa aku harus pergi atas nama cinta.
Memang aku lebih memilih untuk diam
ketika sesuatu yang hakiki tidak bisa diperwakilkan dengan kata-kata.
Keheningan adalah bahasa universal
Yang hanya sanggup diselami oleh hati insani.
Cinta paling hakiki tidak selamanya harus bersatu.
Cinta adalah pembebasan;
bahkan cinta itu pulalah yang memunculkan
kerelaan untuk melepaskan
dan membiarkan orang yang dicintai itu
menemukan jalannya sendiri.
Dunia memang kejam,
ketika ia tidak sanggup
menghindarai solusi atas problem cinta.

Kisah hidupku (19-25 Okto)

Aku yang bertanggung jawab sepenuhnya
untuk menentuka hidupku.
Aku tidak perlu takut terhadap kebenaran diriku sendiri,
kekuatan-kekeatan,
fantasi-fantasi,
harapan-harapan,
gagasan dan sesksualitas,
impian-impian,
atau bahkan sisi gelap dari dirku.
Aku percaya bahwa kegelapan dan pergolakan
selalu mendahului suatu ekspansi kesadaran.
Aku menggunakan dan mendamaikan diriku
dengan keterbatasan-keterbatasan
yang diberikan orang lain kepadaku
dan apa yang kuberikan kepada mereka,
sampai aku melihat,
perilaku orang-orang lain dengan penuh kasih,
yang belum aku pahami sebelumnya.
Aku membuang jauh-jauh sikap benci,
Menolak dan menyalahkan orang lain
dan sikap kekanak-kanakan
untuk menghukum mereka yang menyakiti atau menolak diriku.
Aku menghargai integritas diriku sendiri
dan tidak menggunakanya sebagai suatu ukuran
untuk menilai atau menghukum perilaku orang lain.
Normal bagiku,
bahwa aku tidak akan selalu meresa puasa.
Aku akan selalu menghadapi tantangan-tantangan
yang ditegakan kepadaku.
Penerimaan diriku bukanlah sesuatu yang mati,
sebab penerimaan diri pada dirinya sendiri
menunjukkan adanya diri yang berubah.
Aku bahagia karena aku melakukan apa yang aku cintai
dan mencintai apa yang akua lakukan.
Aku mencintai tanpa syarat
dan memperlakukan hal yang sama kepada oranglain
seperti yang sama aku berikan untuk diriku sendiri.
Jika orang lain mengetahui diriku yang sesungguhnya,
mereka akan mencintai diriku,
karena aku pribadi manusia yang sama seperti mereka.

শুক্রবার, ৩০ অক্টোবর, ২০০৯

Acara Tahbisan dan Hati Yang Sepi

“Seseorang telah mengajakku bermain, lalu meninggalkan aku di tengah reruntuhan permainan dengan gema dari tawa yang bukan milikku. Aku tidak tahu yang mana harus dikenang dan mana yang sekedar bersenang-senang”

Sisa-sisa kecapaian pulang dari Palue masih terasa. Kini kami mulai lagi dengan kegiatan perkuliahan. Seperti biasa kuliah hari senin semuanya padat. Untunglah sore harinya tidak ada kuliah. Pater Amatus tidak datang. Syukhurlah, biar tidur siang bisa seret sampai ke sore harinya. Hari-hari sibuk persiapan pentahbisan mulai terasa sejak hari kamis. Semua petugas konsumsi unit ditugaskan untuk bekerja di dapur, bantu karyawan/I. Karena itu hari kamis sore kerjanya potong ayam selama 50 ekor. Ini untuk makanan para tamu dari imam baru yang datang menginap di Ledalero. Jumat sorenya kerja lagi. Kali ini giliran potong dan bersikan ayam yang berjumlah 150 ekor. Gila capek memang. Kerja dari sore sampai malam, lalu diantar pulang ke unit kira-kira jam 10 malam.
Hari Sabtu tidak bisa ikut masak karena ada jadwal mengajar di SMPK VIvi. Bersama kedua teman lain, YOn dan Obby. Kami mesti tunggu beberapa menit sebelum masuk mengajar karena para siswa masih ada pertemuan dengan para guru. Saya kemudian diantar oleh kae Flori ke kelas. Di kelas murid-murid sudah menunggu. Ada dua kelompok yang saya bersama teman Lukas Patilibak bimbing. Kelompok tarik suara dan kelompk musik instrument. Hampir semua cewek yang ikut. Yang cowok mungkin hanya tiga orang. Kali ini saya hanya menjelaskan tentang tangga nada krois dan mol. Selebihnya kami hanya praktik bermain musik. Alat musik sangat terbatas. Dan kami harus menggunakan pianika. Kira-kira jam sebelas pelajaran berakhir. Kami dijemput Om Bene untuk pulang kembali ke Ledalero.
Malam harinya ada ibadat arwah di dekat gereja Nita. Karena itu saya tidak bisa mengikuti ibadat pemberkatan peralatan misa untuk pentabisan bbesok. Saya diminta untuk memimpin ibadat tersebut. Yang meninggal adalah nenek dari teman kelas kami, Basten. Tetapi meninggalnya satu tahun yang lalu, sekarang ini adalah peringatan peristiwa kematian tersebut. Lumayan banyak umat yang hadir. Salah satunya adik Hesti. Yang saya sebutkan nama ini biasa ke unit. Jadi kenal baiklah. Saya akhirnya memintanya untuk membaca bacaan. Awalnya dia menolak tetapi kareba dipaksa terus akhirnya mau juga. Setelah ibadat keluarga menyiapkan makanan alakadarnya. Yah emank di mulut alakadar tapi kenyatan, banyak menu yang dihidangkan. Kira-kira jam sebelas kami diantar pulang.
Misa pentahbisan ke-18 imam baru dimulai pukul 09.00. Begitu banyak sekali umat yang hadir. Diperkirakan bisa melebihi 2000 orang. Ke-18 imam baru ditahbiskan oleh Mgr. Edmund Woga, uskup keuskupan Weetebula, yang baru ditahbiskan uskup beberapa bulan yang lalu. Perayaan ekaristi mungkin baru berakhir sekitar pulul 12.00 lewat. Sangat lama memang. Saya sendiri sampai sempat tertidur. Ada banyak sambutan lagi. Mulai dari Bapa Uskup, Pater Provinsial, yang mewakili keluarga, yang mewakli yubilaris, dan pater reckor Ledalero. Seluruh rangkain acara baru berakhir kira-kira pukul 14..00. Pulang ke unit langsung tertidur.
Malam harinya, kira-kira jam setengha tujuh bus dari keluarga kae Johan Wadhu sudah datang jemput. Akhirnya ikut sudah. Ternyata bukan hanya kami sendiri yang keluar ikut acara syukuran tahbisan di Maumere. Hampir semua frater ikut. Yang paling banyak dari unit dalam. Hampir setengahnya ikut. So, sangat banyak. Tiba di tenda, acara ternyta belum mulai, padahal saya sudah lapar sekali. Akhirnya bersama teman Oby dan Egas kami ke Kae Pecy, cari makan. Kae pecy sendiri sebagai imam baru sangat bahagia kelihatannya. Acaranya akan terjadi esok hari, ada misa syukur perdana. Setelah makan Nando datang jemput dan antar lagi ke acaranya kae Johan. Rupanya di sana hampir semuanya para frater. Jenuh juga, ini sama dengan pindah tenda saja, dari Ledalero ke Maumere. Para Frater semangat sekali menari tanpa pikir panjang lagi kalau besok ada kuliah. Kira—kira jam satu malam, kae Johan minta sendiri agar cukup dulu karena besok masih harus kuliah. Kami tiba di unit pukul 01.00, langsung tertidur.
Meskipu begitu sibuknya, perasaan saya belum tenang. Seseorang telah datang dalam hidup saya, mengajak saya bermain lalu meninggalkan saya di tengah reruntuhan permainan. Aku sendiri tidak tahu mana yang harus dikenang dan mana yang sekedar bersenang-senang. Dalam suasana batin seperti ini, saya hanya bisa merenung dan mendengarkan musik berlama-lama. Lagu mengenangmu dari Rossa mungkin cocok sekali dengan perasaanku saat ini.
kupejamkan mata
kurasakan semua
yang pernah ada
yang pernah singgah
ku teteskan laraku
ku kenangkan cinta
perih terasa
menggores jiwa
sendiri ku kini dalam sunyi
tanpa dirimu ada di sisiku
menetes air mata di pipi
coba menggapai bayang dirimu
aku hanya bisa mengenangmu

বৃহস্পতিবার, ২২ অক্টোবর, ২০০৯

Berlayar Sampai ke Pulau Berjalan Sampai ke Batas (5-11 Okto)

Ini pertama kali saya menginjak pulau Palue. Karena itu ketika pertama kali ditawarkan untuk membawakan katakese di Palue maka saya dengan senang hati menerimanya meskipun di tengah-tengah kesibukan dan tugas yang menumpuk. Setelah pulang kuliah hari jumat kami langsung mempersiapkan diri. Dua truk mengantar kami ke pelabuhan Maumere. Cukup banyak teman-teman yang ikut. Sebagian dari unit Arnoldus, sebagian unit Gere, dan sebagian lagi unit Fransiskus. Semuanya kira-kira berjumlah 58 orang ditambah dengan Pater Budi Kleden.
Dalam rancana awal kami ke sana pada hari sabtu dan pulang lagi pada hari minggunya, tetapi karena desakan dari teman-teman supaya setelah kuliah hari jumat kami langsung berangkat saja. Perrtimbangannya bahwa kalau kecapaian dalam perjalanan kami bisa istirahat malamnya. Kami mesti tunggu di pelabuhan sekitar setengah jam karena kapal motor masih mempersipkan peralatan teknis semcam bahan bakar dan lain-lainnya. Yang menumpang kapal tersebut hampir semuanya para frater penumpang lainnya hanya 3 orang.
Perjalanan cukup memakan waktu yang lama. Awalnya diberitahu hanya 4 jam tetapi nyatanya kami sampai di palue pada malam hari sekitar pukul 20.30. Ombak dan angin malam serta para frater yang tidak tenang membuat kapal terasa sangat goyang. Kelihatan banyak orang yang takut tetapi sengaja tidur supaya orang tidak melihat ketakutannya. Lucu memang, maklumlah yang jalan ini kebanyakan orang gunung yang notabene baru pertama kali naik kapal motor.
Lebih parah lagi, banyak teman-teman yang duduk di atas bubungan kapal, padahal seharusnya semua penumpang duduk di bawah apalagi kapal tidak ada muatan dasar. Kapal motor menjadi semakin oleng diterpa angil malam. Saat-saat yang paling menakutkan adalah ketika hampir tiba di Palue. Ombaknya semakin menjadi-jadi. Tetapi syukurlah kami semua bisa tiba dengan selamat. Kami turun di dua tempat yang berbeda. Pertama, di sebuah tempat bernama Natu. Yang turun di sini berjumlah 13 orang, semuanya dari unit Fransiskus ditambah dengan teman Don Mite Kota. Sedangkan kami yang sisanya langsung turun di Uwa dekat pastoran.
Ada satu peristiewa menarik yang tidak bisa kami lupakan. Ini datang dari teman Egi Binsasi. Ia satu-satunya orang yang kecebur dalam laut. Peristiwa ini terjadi pada waktu turun, peralihan dari kapal motor ke sebuah sampan kecil. Mungkin karena tidak seimbang sampan terbalik dan ia pun jatuh ke dalam laut. Semua orang bukannya merasa ibah tetapi malah menertawakanya dari atas kapal. Ia akhirnya digendong oleh kae-kae yang datang menjemput kami dengan cara menggedongnya sampaik e darat. Makanya, lain kali hati-hati bro, hehe!!!
Kami singgah sebentar di Pastoral. Kepada kami disuguhkan minuman, teh hangat dan biskuit krispi. Setelahnya langsung mendengar Romo pastor paroki membacakan KUB mana kami akan dibagi. Saya mendapat pembagian di sebuah kampung kecil yang terletak persis di lereng bukit. Nama tempat yang saya nginap selama 3 hari adalah Wolokajuwau, kira-kira 400 meter dari pastoran. Ternyata umat telah menunggu dari sore harinya. Saya dijemput oleh dua orang cewek ABG dan seorang bapak yang menjabat wakil ketua kombas,
Tiba di rumah kira-kira pukul 22.00 malam semua umat sudah menunggu di rumah ketua kombas. Kebanyakan mereka hampir semua mama-mama, dan hampir semuanya janda. Ada yang ditinggal mati oleh suaminya, ada yang suami pergi ke tempat perantauan dan sampai sekarang tidak ada kabar lagi serta tidak pulang-pulang. Saya sempat hitung-hitung sebantar, ternyata laki-laki hanya tiga orang. Kelompok lain yang banyak juga adalah nona-nona. Mereka ini yang menemani saya kemana saja saya pergi selama di sana. Mereka yang masak, siap makan, serta menyuci pakaian saya, meskipun saya sempat menolaknya ketika diminta. Malu juga tapi sudahlah semuanya adalah saudara dan saudari.
Malam ini tidak ada kegiatan katakese. Saya sendiri yang minta karena kecapaian. Bayangkan 8 jam duduk di atas kapal motor. Setelah menyuguhkan minuman yang disiapkan saya langsung bergegas ke kamar mandi untuk mandi. Makan malam setelah saya selesai mandi, kira-kira pukul 23.00 malam. Setelah makan masih cerita dengan mama-mama. Mungkin kira-kira setengah satu baru mulai tidur.
Bangun pagi makanan dan minuman sudah siap di depan meja. Biasa orang di kampung terlalu berlebihan kalau para frater datang. Saya masih mandi dulu, kemudian langsung minum dengan snacknya ubi kayu palue. Enak kawan, maunya makan terus!!!!
Tidak tahu hari ini mau kemana. Saya minta pergi ke kebun tetapi mereka semua menolak dengan alasan jauhlah, kotorlah, pokoknya macam-macam. Akhirnya saya ikut saja kemana mereka mau membawa saya. Bersama kedua adik Vinka dan Nona kami ke kebun terdekat, kira-kira 500 meter dari rumah. Sampai di kebun bukan bekerja tapi buat rujak. Vinka yang seharusnya mengajar di sekolah hari ini terpaksa di rumah saja untuk temani saya. Begitu katanya ketika ditanya mengapa tidak ke sekolah. Sedangkan Nona, gadis manis yan lahir di Terang Manngarai ini, telah putus sekolah sejak SMP. Sehari-hari ia bekerja bantu orang tuanya. Ada mangga, ada pepaya, ada jambu sehingga pasti seru kalau dibuat rujak.
Menjelang tengah hari baru pulang ke rumah. Di sana orang sudah siap makan siang, tinggal makan saja. Aduhh, jadi tidak enak, macam raja-raja saja, hehe. Setelah itu tertidur pulas dan jam setengah lima sore baru kaget. Ade-ade su tunggu mau ke pantai, mandi. Dan, kami langsung bergegas ke Laut. Menjelang malam baru pulang ke rumah. Lumayan sudah lama tidak bernang lagi. Sampai di rumah mandi lagi. Sementara mandi umat sudah datang untuk berkatakese. Kebanyakan mama-mama dan anak-anak usia remaja. Katakese berlangsung kira-kira satu setengah jam setelah itu dilanjutkan dengan doa Rosario dua peristiwa. Saya sangat terharu mendengar sharing dari mama-mama. Bagaimana susah hidup mereka setelah ditinggalkan oleh suami. Mereka harus bekerja menanggung biaya hidup anak-anak. Sementara suami mereka di tempat rantau tidak ada kabar sama sekali bahkan ada yang sudah mempunyai istri lagi. Saya pun tidak banyak memberikan solusi tetapi karena saat-saat seperti ini yang paling penting kita mendengarkan keluhan dari mereka. Setelah doa, semua orang diundang untuk makan bersama tanpa kecuali. Masih ada cerita-cerita setelah makan sebelum pergi tidur.
Minggu, ada perayaan di gereja. Para frater yang menanggung kor serta liturginya. Misa dihadiri oleh banyak sekali umat. Bahkan ada yang tidak mendapat tempat dan harus duduk di luar. Misa dipimpin oleh Pater Paul Budi Kleden dan didampingi Rm. Dedy, pastor paroki Uwa. Pater Budi dalam kotbahnya menekankan pentingnya usaha peningkatan pangan lokal karena minggu ini gereja merayakan hari minggu pangan sedunia. Masih ada acara perkenalan lagi setelah lagu post-komuni. Perkenalan diatur pertingkat. Setelah misa foto-foto sebentar dengan bapa mama, lalu kembali kerumah.
Teman Bojes ikut dengan saya ke rumah. Mereka dari tanjung sebelah dan tidak bisa pulang lagi karena jaraknya jauh, lagian siang sebentar kami harus pulang lagi ke Maumere. Di rumah semua sudah berkumpul untuk makan bersama sekaligus makan perpisahan. Dan inilah saat-saat terakhir kami. Saya mengucapkan permohonan maaf dan limpah terima kasih karena sudah diterima seperti anak sendiri di KUB ini. Begitu pula sebaliknya, bapak ketua KUB juga mengucapkan terima kasih dan mohon maaf bila ada banyak kekurangan. Tetapi perasaan saya tidak pernah ada kekeurangan selama berada di rumah ini, malahan sangat dijamin, hehehe.
Bapa, mama, Vinka, Nona, mengantar saya sampai ke pelabuhan. Sebelumnya, kami masih singgah di Pastoral untuk kata-kata pelepasan dari Romo pastor paroki. Cukup jauh jarak dari pastoran ke pelabuhan, dan itu kami harus berjalan kaki. Jalan-jalan dipenuhi dengan umat yang mengantar anak frater mereka. Ada yang menangis, bersedih, dan menyesali terlalu amat singkat pertemuan ini. Banyak sekali orang yang mengantar kami. Dermaga pun penuh sesak terisi. Kami baru mulai star dari palue jam setengah empat sore dan tiba di pelabuhan Maumere jam tujuh malam. Perjalanan kali ini lebih baik ketimbang waktu berangkat. Lautnya tenang seklai. Dua truk dari ledalero sudah parkir di dermaga untuk menjemput kami. Tiba di unit kira-kira pukul 20.00, makan lalu tidur, cape bgt!!!!

রবিবার, ১১ অক্টোবর, ২০০৯

Kasih Tak Sampai (28 Sept-4 Okto)

“Actually I’m not worthy to be yours. So just leave yours shadow plizz, I will keep it in my deepest heart, and it has been enough for me.”

Hari senin biasanya selalu membosankan. Tetapi kali ini rupanya tidak. Ada kuliah fisafat manusia, filsafat udaya dan dogmatik. Sisa-sisa kecapaian malam tadi tidak begitu terasa. Dua dosen untuk dua mata kuliah pertama di atas membawakan materi dengan sangat menarik, tidak monoton. Pater Leo Kleden adalah dosen senior kami. Jika bertanya kepada para alumnus era 90-an soal dosen terbaik di Ledakero, tentu nama beliau selalu disebut. Ia mampu menyederhanakan bahan yang amat sulit sekalipun dalam contoh –contoh yang amat sederhana. Bagaiman dengan Romo Richard Muga? Yang membuat mata kuliahnya menjadi menarik bukan karena kehebatannya menyajikan materi tetapi karena kerendahan hatinya menerima pendapat mahasiswa/I, pembicaraan kita entah salah atau benar selalu ia hargai. Karena itu mahasiswa suka berbicara dan merasa bahwa pendapat mereka diterima.
Sore harinya ada seminar teologi abad 20. Kali ini giliran teman Vester dan Sipri Daton yang membawakannya. Kami berbicara tentang pandangan teologis dari teolog Guardini. Jujur saja saya sendiri setelah masuk kelas baru dengar nama teolog ini. Tetapi setelah membaca materinya cukup menarik memang, pandangan dianggap progresif pada jamannya dan pada saat ini dianggap sebagai yang konservatif. Begitu juga dengan kuliah hari selasa sore, kami juga berbicara tentang pandangan dari teolog Hans Kung. Tetapi kali ini bukan pandangan teologisnya tetapi konsepnya tentang etika global. Kuliah ini diberikan oleh P.Dr. Hendrik Dori Wuwur, dengan tampilan power pointnya yang amat menarik. kuliah ini juga dihadiri oleh P.Dr. Otto Gusti sebagai fasilitator.
Setelah kuliah, bersama teman Egas dan Ois, kami langsung siap-siap diri untuk ikut acara pernikahan di Koting. Kira-kira 10 km dari tempat tinggal kami. Acara resepsi pernikahan baru dimulai pukul 20.30. Susah memang kalau sementara pesta baru listrik mati. Acarnya bisa jadi berantakan. Setelah pesta pernikahan ka’ Ima di rumah, baru ini kali saya kembali mengikuti acara resepsi pernikahan. Itu pun karena yang menikah adalah sahabat saya, ka’ Yan dan Ka’Nita yang sudah saya kenal baik. Ka Yan bertugas di Bajawa sebagai fasilitator sedangkan ka Nita bekerja sebagai guru di SMP di Tanah Ai. Perkenalan saya dengan mereka berdua, dimulai ketika saya diminta untuk mengiringi kor pada waktu paskah kemarin. Ka’ Yan dan Ka’ Nita adalah anggota kor. Tetapi pada waktu itu kedua belum berpacaran, baru satu bulan belakangan ini mereka jadian dan sekarang sudah menikah. Gila memang tetapi ketika ditanya; kenapa cepat sekali ka? Ka Yan menjawab dengan dua alasan, yakni; takut keburu tua dan keduanya tinggal berjauhan. Jarak yang berjauhan ternyata bisa menyebabkan hubungan menjadi kian renggang. Acara resepsi dihadiri oleh banyak orang. Ketika masuk kami semua dibagi souvenir berupa gantungan kunci. Bapak Aleks Longginus (mantan bupati Sikka) berbicara paling lama dalam acara penikahan ini. Ia mewakili keluarga yang mengucapkan sepatah kata untuk pengantin baru. Kami baru pulang sekitar pukul satu malam. Masih cerita-cerita dengan keluarga. Mau menari tapi tidak ada lagu rege yang diputar. Biasa begini kalau pesta di Koting. Orang lebih suka putar lagu Maumere yang goyangnya maju mundur itu,hehehe.
Hari sabtu ini tidak jadi pergi mengajar karena kuliah hari senin dimajukan ke hari sabtu. Hari senin nanti ada wisuda mahasiswa/I S1 dan S2. Karena itu seperti biasa mata kuliah hari senin selalu padat. Tidak ada kuliah sore ini hari. Pater Amatus tidak masuk. Hal yang paling menyedihkan juga saya rasakan pada minggu ini. Masih soal Klasik dalam hubungan dengan seorang gadis (I-Hdt). Saya akhirnya sadar bahwa hubungan yangi saya jalani ini akan terus bergantung. Dan sekarang keadaan tidak seperti dulu lagi. Statusnya tidak single lagi tetapi in relationship. Hmm, malu juga e, sudah kenalan hampir sembilan bulan hasil akhirnya tidak dapat apa-apa, orang yang panen malah. Tetapi itu tidak penting, bahwa ia masih mau berteman itu sudah cukup. Gila memang meskipun lewat kontak jarak jauh baru ini kali saya rasakan menikmati bagaiman berteman dengan seseorang. Waktu Sembilan bulan itu sudah sangat lama karena biasanya paling lama dua-tiga bulan setelahnya pasti sudah bosan. Bagi saya ini menajdi cerita menariknya berteman lewat dunia maya, karena tidak membosankan lantaran rasa penasaran terus muncul. Hmmm, coba kalau dia ada di dekat-dekat sini pasti stu-dua minggu lihat mukanya, setelahnya akan bosan. Terima kasih banyak de (I-hdt) sudah hadir dalam hidup saya. Meskipun sulit saya akan tetap berusaha untuk melupakanmu. Tinggalkan saja bayangmu karena itu sudah cukup bagiku. Mungkin lagu berganti hati dari Anggun bisa menggambarkan keadaan hatiku.
Satu per satu telah kuhapus
cerita lalu di antara engkau dan aku
dua hati pernah Berjaya
seribu mimpi tanpa ragu tanpa curiga
Kutakingin lagi menunggu menati
harapan tuk hidupkan cinta yg telah mati
Kutak ingin coba hanya tuk kecewa
lelah kubersenyum lelah kubersandiwara
aku ingin pergi dan berganti hati.
Satu persatu telah kuhapus
nada dan lagu yang dulu kucipta untukmu
rasa yang dulu pernah ada
kini berdebu terbelengggu dusta dan noda.
Kutakingin lagi menunggu menanti
harapan untuk hidupkan cinta yang tak pernah terbalas
kutak ingni coba kutelah kecewa
lelah kubersenyum lelah kubersandiwara
Kini kusadari diri ini ingin berganti hati,
Cinta yang telah pergi
harus berganti hati
harus kuganti hatiku kini
harus kuganti
Ini harus kuganti
tak perlu yang ini lagi.

রবিবার, ৪ অক্টোবর, ২০০৯

Lagi-lagi Pesta!!!(21-27 Sept)

“Jika ada yang mengatakan bahwa menari adalah ekspresi seni yang paling rendah, pliz don’t care about it!!!”

Senin dan selasa dalam minggu adalah hari libur. Umat muslim merayakan hari raya idul fitri. Di Maumere dua hari libur ini diisi dengan pesta penerimaan komuni pertama. Karena itu begitu banyak pesta sambut baru yang dibuat. Tenda-tenda hampir ada di setiap lorong di kota Maumere. Maklum sambut barunya dibuat serentak. Syukur, sambut baru kali ini bertepatan dengan hari libur. Hari senin siang saya tidak kemana-mana, di kamar saja. Sampai sorenya Ka’ Windy datang dari Lekebai antar Grace ke unit. Itu anak memang kalau sudah ketemu saya, lupa sudah orang tuanya ada dimana. Kebetulan Ka’Windy ada ke Maumere untuk satu keperluan, belanja barang-barang untuk peseta sambut baru keluarganya. Dan supaya tidak merepotkan, Grace dititip ke saya. Syukurlah dia tidak menangis dan cengeng. Ini kali selama di unit ia hanya di kamar saja, nonton film Barbie. Biasa dia suka lari-lari, main di kolam ikan, atau juga jalan-jalan dengan teman-teman. Kira-kira pukul 19.00 Egi (Adik dari ka Windy) datang jemput untuk makan malam, kami bertiga satu motor. Jarak rumah dari unit tidak terlalu jauh, kira-kira 400 meter.
Di rumah tamu-tamu sudah banyak sekali karena besok ada acara terima komuni pertama sekaligus acara resepsi. Sampai di rumah Ka Yanto, ka Mira, dan Risma sudah ada. Tidak tunggu lama kami langsung ke meja makan untuk makan malam. Mau pulang tapi Grace masih belum tidur, nanti dia pasti akan ikut. Lucunya, kami jadi main petak umpet dengan grace. Adik Nona yang satu ini meskipun sudah naik kelas satu SD tetap masih cengeng kalau ketemu saya. Kira-kita Jam 10 mamanya sudah temani dia masuk ke kamar untuk tidur. Pikirnya sudah tidur, eh ternyata tiga puluhmenit sesudahnya ketika mau pamit pulang dia bangun lagi dan minta ikut. Terpaksa tidak ada jalan lain, akhirnya bawa lagi ke unit. Ini malam dia tidur di kamar, dan saya harus mencari kasur lagi karena kami bertiga ditambah dengan Egi.
Pagi-pagi sekali Egi sudah bangun karena di rumah ada banyak pekerjaan. Grace belum bangun, bahkan sampai kami misa selesai dia belum bangun juga. ”Ini anak anak ke orang besar sa yang capai kerja malamnya,hehehe”. Siangnya kami baru ke rumah untuk ikut acara sambut baru. Ka Windy sekeluarga baru kembali ke Lekebai saat hari mulai malam. Setelah itu ke Maumere ada ikut acara sambut baru dari seorang adik yang belum juga saya kenal. Sebenarnya tidak jalan, karena sudah mengantuk hanya saja Mama Inge dari Ruteng datang untuk mengikuti sambut baur keponakannya. Nah, ini dia, yang sambut baru adalah keponakan dari mama Inge. Karena itu yang menjadi orientasi utama bukan mengikuti acara sambut baru tapi bisa ketemu dengan orang-orang lama. Senang juga karena setelah tiga tahun tinggalkan Manggarai akhirnya bisa ketemu lagi sama Mama Inge, Ivan dan Seren. Sayangnya Bapa dan Inge tidak datang.
Tak saya duga bahwa Seren juga ikut. Dia orang pertama yang datang dan menjemput saya bersama dengan seorang teman di depan rumah. “Ata wedhol……”! Begitulah biasanya dia memanggil saya, kemudian dia langsung datang dan mengacak-ngacak rambut saya seperti yang biasa ia lakukan dulu. Tampak ada perubahan padanya; makin tinggi, cukup cantik untuk gadis-gadis ABG, tapi wajah imutnya tidak berubah tambah lagi cerewetnya, nyentrik banget, hehe. Sekarang ia sudah kelas III SMP tapi gayanya tidak berubah seperti pertama kali bertemu ketika masih SD kelas VI. Kemudian Mama Inge datang dan mengajak kami masuk ke rumah dan bersalaman dengan adik yang sambut baru.
Setelahnya pasti ada makan, ada minum, ada cerita-cerita, sampai ketika menjelang pukul 08.00 kami harus pulang. Mama Inge ada bawa kompiang sehingga pulang ke unit bawa kompiang lagi. Seren lagi yang mengantar kami sampai ke Jalan depan karena motornya diparkir di depan. Ketika mau jalan ia datang dan berbisik sesuatu di telinga saya. “Ka…pacar dengan saya e”. Begitu katanya dengan suara yang diucapkan dengan amat keras buat telinga sakit. Nyentrik memang ini anak kalau mau main gila, saya hanya bisa menjawab; “De’ tunggu yah nanti kalau U sudah besar e”. Saya sendiri tidak menduga kalau dia akan menjawab seperti ini; “hmmm, dari dulu-dulu tunggu besar terus, kapan baru besarnya?” Saya tidak bisa menjawabnya kali ini. Yang bisa saya buat adalah mengacak-acak rambutnya. Dia tertawa dan bergegas kembali ke rumah. Teringat kembali ketika saya hendak pamit dari Ruteng untuk datang ke Maumere dua tahun silam. Dengan mata berkaca-kaca ia juga yang mengatar saya sampai ke depan pagar rumah. Ketika hendak jalan, seperti yang saya lakukan jika ingin berkelakar dengannya. “De’ pacar dengan saya ka”. Dengan logat rutengnya yang kental ia katakan; aihh, saya masih kecil e, tunggu besar dulu”. Lalu saya pun mengecak-acak rambutnya. Dia berbeda sekali dengan kakanya Inge yang agak kalem dan lebih suka pergi ke Salon (orang salon). Di rumah kalau tidak ada Seren, pasti sepi. Untuk Mama Inge sekeluarga mudah-mudahan dikarunia berkat dan rejeki yang berlimpah dari Tuhan. Amin.
Pulang dari Maumere langsung Ka Jossi di Nita. Anak pertamanya, Joshua sambut baru. Ini yang penting dan harus hadir sebab jika tidak pasti mata kuliah filsafat kontemporer tidak lulus nanti. Dosen kami yang satu ini sangat pragmatis memang. Selalu ada jembatan penghubung di ruang kuliah dan di luar kelas. Selain sebagai dosen ia juga adalah orang nomor dua di penerbit Ledalero. Karena itu sehari-hari, dari pagi sampai sore ia ada di unit bersama-sama dengan kami. Bulan September memang hari paling bahagia mereka sekeluarga. Awal bulan kemarin anaknya yang ketiga lahir dan sekarang Joshua sambut baru. Setidaknya begitulah yang diungkapkan oleh Kae Jossi sendiri bahwa bulan ini adalah bulan yang paling bahagia bagi mereka. Di rumah keluarga dari Manggarai sudah banyak karena Kae sendiri adalah orang Manggarai (Kumba). Tapi uniknya bahwa baru ini kali saya temukan pesta dengan tidak ada bunyi musik. Setelah terima tangan dengan Josua cari dan ambil makanan sendiri. Setelahnya cerita-cerita dengan keluarga yang datang. Kira-kira jam 11 saya minta Egas untuk mengantar saya pulang. Sudah terlalu capai dan ngantuk berat. Sampai di kamar lansung tertidur.
Hari rabu, kamis, dan jumat kuliah seperti biasa. Hanya hari jumat ke Koting lagi ikut acara syukuran 50 tahun hidup membiara dalam serikat sabda Allah dari Br. Benyamin Ade, SVD. Acaranya sangat meriah. Tampak sang Yubilaris sangat bahagia. Bruder, profisiat, semoga panjang umur dan bahagia selalu dalam jalan panggilannya. Esok harinya, sabtu (26) pagi-pagi sekali bangun dan siap-siap pergi mengajar. Hari ini saya dan bersama beberapa beberapa teman tidak mengikuti perayaan ekaristi karena mobil datang jemput pukul 06.00. Bahkan makan juga buru-buru. Lamanya di persiapan, mandi, dandan dan kawan-kawan, hehehe. Mengerti saja kalau keluar begini penampilan selalu ekstra, kalau sudah di depan cermin, ibu-ibu juga kalah. Ketika ditanya alasannya mau tampil modis di hadapan anak murid yang semuanya ABG. Tapi saya tidak o…hehehe. Murid-murid banyak juga, semuanya kelihatan antusias banget kalau dengar bunyi musik. Pukul 11.00 Om Eto sudah datang jemput untuk pulang kembali ke Ledalero.
Hari minggu ada pesta lagi di unit. Kali ini pesta perpisahan dengan P. Georg Kircberger yang akan cuti berlibur ke kampung halamannya di jerman. Akhir Januari baru Pater pulang. Acaranya mendadak sekali. Hari kamis malam Pater datang ketemu saya dan member tahu perihal acara tersebut. “Yahhh… Ruke, rupanya kita mesti buat pesta perpisahan lagi” Begitulah beliau menyampaikan dengan gayanya yang khas. “Hehehe, yang benar Pater, ini pesta benaran atau seolah-olah pesta?” begitulah saya bertanya, dan Pater pun melanjutkan; “Sebenarnya tidak pesta tapi saya sudah beli babi dari John, karena itu kita mesti buat acara”. Setelahnya Pater menitipkan juga uang sebesar 200.000 rupiah. Aduh, kayanya sibuk lagi nih besok.
Minggu (27), kami masak pagi, karyawati ada libur. Setelahnya misa di unit. Pater Georg sendiri yang pimpin misa. Gesit sekali hanya 30 menit saja. Kami mesti buru-buru ke pasar untuk belanja barang-barang pesta. Sialnya oto penerbit ada di unit tapi om sopirnya tidak ada karena itu saya dengan Egas turun belanja dengan sepeda motor saja. Sampai di pasar yang pusing. Kami macam ibu-ibu saja. Beli sayur, buah, bawang, cabe, dan kawan-kawan. Belum lagi Maumere panas sekali. Tambahan lagi, barang-barangnya mahal sekali. Bayangkan pepeya yang besar harga satu buah 30.000 dan nangka salak harganya 80.000 rupiah, pisang masak tidakada sama sekali. Duh kalau tahu begini saya tidak mau pergi belanja tadi. Belum lagi tidak tahu tawar. Stress, tobat cukup ini kali saja.
Pulang belanja yang lain sudah kerja. Ada yang potong babi, ada yang kerja di dapur, ada pula yang atur ruangan. Acara malamnya baru dimulai pukul 20.00. Para tamu sudah datang antara lain kae-kae yang kerja di penerbit Ledalero dan juga para undangan lainnya. Dari unit dalam yang datang hanya Altus dan Pater Budi Kleden. Kali ini saya meminta teman Ois yang memandu acara. Kelihatan semua orang sudah lapar, karena itu tanpa basa-basi kami langsung mulai dengan acara makan malam. Setelahnya baru mulai dengan acara sepatah kata dua dari Atel sebagai ketua unit, dari Pater nar sebagai Prefek unit dan dari Yubilaris sendiri. Inti dari semua pembicaraan adalah ucapan selamat jalan dan terimah kasih atas partisipasi dalam acara ini. Tetapi ada sebuah acara kejutan yang dibuat spesial untuk Pater Kirch. Kami menyiapkan sebuah kue ultah kaul yang keempat puluh dalam hidup membiaranya. Kue ini baru dipesan tadi siang, agak mendadak memang. Acara tiup lilin diiringi dengan menyanyikan lagu selamat ulang tahun dari Jamrud. Dasyat!!!!!!!, Pater Kirch kelihatan bahagia sekali. Mat ultah kaul Pater. Sukses selalu jangan lupa pulang lagi akhir januari nanti!!! Acara selanjutnya biasa dugem, hehehe…sampai capai sekali baru pergi tidur!!!

শুক্রবার, ২৫ সেপ্টেম্বর, ২০০৯

Eight Months With You (14-20 Sept)

”Hidup itu seperti novel, banyak lembaran yang dibaca, ada juga lembaran yang terlupakan, tetapi ada satu lembaran yang tak mungkin aku lupakan yaitu bagian dimana aku mengenal seseorang sepertimu”

Tidak terasa, waktu berjalan begitu cepat. Sekarang saja sudah sampai di pertengahan bulan September. Teringat kembali semua program, komitmen, niat baik yang saya jalani sampai dengan hari. Seandainya manusia bisa memperlambat lajunya waktu, saya pastinya orang pertama yang melakukan itu. Segala sesuatu lewat begitu saja. Tetapi siapa yang mesti dipersalahkan? Waktu tidak bisa dipersalahkan. Tanyakan kepada diri sendri bagaimana mengisi waktu-waktu kita seefektif dan semaksimal mungkin. Sementara kehilangan banyak waktu saya mulai jenuh, minngu ini kuliahnya cukup padat di tambah lagi dengan tugas-tugas yang belum aku selesaikan. Alhasilnya, masih di awal pekan saja sudah kelihatan jenuh. Sindrom lama bahwa hari senin menjadi hari paling membosankan mulai kambuh lagi.
Hari senin (14) semua dosen dari tiga mata kuliah masuk. Mestinya Pater Yanus, dosen Kristologi tidak masuk, tetapi Pater Nadus Bungaama datang dan mengisinya dengan kuliah Kataketik. Sementara itu sore harinya tidak turun les karena Pater Amatus Woi tidak datang, ada kesibukan di Ende. Hari yang paling membosankan adalah hari kamis. Pater Yanus Lobo masuk di tiga jam terakhir. Sudah ngantuk, lapar lagi. Jenuh juga duduk di kelas selama 150 menit atau dua setengah jam. Sementara kalau ditanya mata kuliah mana yang paling menarik bagi saya, tentu saya akan menjawab mata kuliah etika Individu dan etika Sosial yang diberikan oleh Pater Otto Gusti. Bukan hanya menarik dari segi materinya tapi cara penyajian bahan juga menarik. Menarik karena Pater Otto bisa merangsang kami untuk selalalu berpikir dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa kesempatan untuk bertanya dan menjawab Pertanyaan.
Hari Jumat Om tuan tidak masuk. Saya langsung ke perpustakan untuk membaca koran karena sudah beberapa hari ini saya belum ada kesempatan untuk baca Koran. Sementara itu Pater Simeon masuk di les ketiga dan keempat. Seperti biasa datang membawa teks-teks Bahasa Inggris dan mengajar dalam bahasa Inggris lalu pergi dengan meninggalkan tugas yang menumpuk. Kami mesti menyalin ulang materi eksegese Yohanes dalam bahasa Inggris yang ditulis dengan menggunakan kertas karbon dalam kertas yang sudah kotor (aneh-aneh memang dosen yang satu ini). Duh Tuan…kalau tiap hari begini terus..capai juga nanti!!!
Hari sabtu menjadi hari yang sangat berarti bagiku. Putaran kelender menunjukkan tanggal 19 September 2009. Delapan bulan yang lalu saya pernah berkenalan dengan seseorang. Mungkin lebay, kalau saya katakan bahwa dia sangat berarti untuk saya, tetapi setidaknya begitulah yang saya rasakan sampai saat ini. Saya belum bisa melupakan sosok yang satu ini. Tetapi hubungan kami kian renggang dan yang masih kami lakukan sekarang adalah saling menyakiti. Lebih sadis pada hari kemarin, ketika diminta apa bisa besok (hari sabtu maksudnya) telponan. Yang saya dapatkan satu pertanyaan balik dan satu pernyataan yang menyakitkan. Pertanyaannya, kenapa mesti telpon tanggal 19? Saya jawab saja bahwa hari ini delapan bulan kita kenalan. “Maaf yah, esok ada ketemuan,lain kali saja e”. Begitulah jawabnya. Kawan, ini sungguh menyakitkan. Saya lalu mengunci kamar dan tidur sepanjang hari. Ketika bangun malamnya, saya mengambil sepotong kertas dan menulis sebuah surat lepas. Surat itu kemudian saya letakan dalam sebuah botol plastik yang tertutup rapat dan dilemparkan ke luar jendela dan persis jatuh di sebuah selokan air. Saya yakin air akan membawanya ke kali di belakang rumah kami, dan kemudiaan dari kali akan dibawa ke laut laut lepas. Bagi siapa saja yang membaca dan menemukannya sampaikanlah kepada pujaan hatiku bahwa aku selalu merindukannya.

Dear hqzvzsx,

Pernah kukenal seorang gadis
Dia agak kekanak-kanankan
Dia berpura-pura menjadi oran ggila
Menyamar jadi oran gbodoh
Dia membuat aku gusar, juga membuat aku jatuh cinta
Dia sering berubah, isi hatinya sulit ditebak
Dia meciptakan dua kehidupan yang berbeda
Emapt bulan pertama diisi dengan hari-hari penuh ceriah
Empat bulan berikutnya hanya saling menyakiti
Tetapi aku sungguh menikmati semuanya itu
Aku suka ulahmu
Aku suka kelemahan dan kelebihanmu
Aku suka semua yang ada padamu.

সোমবার, ২১ সেপ্টেম্বর, ২০০৯

Akhirnya Datang Juga (7-13 Sept)!

“Hidup manusia adalah nama yang indah. Dan tergantung pada lamanya tahun yang dilaluinya. Setiap kesempatan termasuk perpisahan dan perjumpaan adalah sebuah kemasyuran. Dan dia tidak tergantung pendeknya hari yang berjalan”

“Akhirnya datang juga” adalah judul salah satu komedi show yang diputar di salah satu stasion televisi swasta belakangan ini. Acara ini menarik karena menampilkan cerita yang spontan tanpa terlebih dahulu menguasai skenario. Umumnya bintang tamu yang diundang datang dari kalangan para artis yang sudah dikenal banyak orang. Acara ini disukai banyak orang dan membuat orang tertawa terbahak-bahak karena sering muncul adegan-adegan yang tidak sambung. Para bintang tamu akan memasuki ruangan khusus dan disambut oleh beberapa orang yang telah ada di dalamnya dengan berkata: ’Akhirnya datang juga’.
Kegiatan menyongsong pesta family telah selesai dan sekarang saatnya memasuki acara puncaknya. Di luar dugan kami bahwa rekoleksi kali ini (senin, 14) diisi dengan sharing pengalaman oleh keempat konfrater senior kami, yakni P.Yosep Pinonsek, P.Viktor Bunaniq, Br. Benya, dan Br Hubert Embu. Pater Pinon dalam sharingnya menceritakan kembali masa-masa penuh tantangan ketika dilanda perang dunia I dan II. Beliau mengisahkan bagaimana sulitnya situasi pada waktu itu. Semua anak laki-laki diwajibkan bermiliter. Beberapa tahun beliau mesti ikut berperang dan setelahnya bergabung lagi ke seminari. Beliau menyaksikan dengan mata kepala sendiri peristiwa paling tragis dimana banyak siswa seminari yang ditembak mati, di antaranya guru dan pembimbingnya yang kemudian digelar beato yakni, Stanislaus kubista dan Liguda. Penddiikannya kemudian dilanjutkan di Sao Paulo Brasil sampai dengan ia menjadi imam. Setelahnya ia diberi kesempatan untuk belajar filsafat di universitas Gregoriana. Ia pun merampungkan tesisnya dalam waktu yang amat singkat. Kemudian pulang kembali ke Brasil dan menjadi dosen dan formator di sana. Di Ledalero pada saat itu kekurangan dosen filsafat maka dimintalah Pater Pinon untuk datang ke Flores. Beberapa tahun mengajar ia mengajar ia pun kembali mengambil program S2 untuk yang kedua kalinya di Paris. Sepulangnya dar paris ia menjadi dosen tetap di sini dan mengajar cukup lama sampai dengan angkatan kami yang terakhir (2008). Ketika ulang tahunnya yang ke-80 para dosen mempersembahkan sebuah buku karya bersama berjudul mengabdi kebenaran. Beliau sendiri menyumbangkan satu artikel di dalamnya.
Kalau Pater viktor tentunya berbeda dengan Pater Pinon meskipun keduanya sama-sama merayakan pesta emas imamat( 50 tahun). Pater Viktor banyak menghabiskan waktunya sebagai pastor paroki dan hanya beberapa tahun menjadi formator di Seminari Mataloko. Beliau kembali mengisahkan pengalaman masa keicilnya sebagai seorang gembala kerbau. Bagaimana ia harus pontang-panting mencari kerbaunya yang hilang. Yang menjadi kesamaan antara keduanya adalah sama-sama merasakan dampak perang dunia meskipun beliau berasal dari Filipina karena toh pada waktu itu Filipina pernah dikuasai oleh tentana Jepang. Sekarang beliau masik cukup sehat dan menjadi konsultan rohani untuk para frater ledalero.
Br. Benyamin Ade menyeringkan pengalaman hidup berkaulnya selama 50 tahun dengan sangat menarik. Bermula dari keinginannya untuk menjadi seminaris yang tak pernah tercapai sampai dengan pengalaman karya kerasulannya sebagai bruder. Beliau lama berkarya di percetakan Arnoldus Ende hampir selama dua puluh tahun lebih. Karena itu, beliau sampai meneteskan air mata ketika menceritakan bagaimana rasanya ia diminta untuk meninggalkan percetakan dan mendapat pekerjaan yang baru. Br. Benya adalah orang pertama dari SVD Indonesia yang mulai bekerja di percetakan. Sebelumnya hampir semua para Bruder dari Eropa. Berat memang bekerja di percetakan waktu itu ketika belum ada peralatan yang modern seperti sekarang ini. Mereka mesti menyusun timah perhuruf. Bisa dibayangkan betapa sulitnya itu apalagi buku-buku dengan jumlah halaman mencapai ratusan. Yang cukup menyentil dari kata-katanya: “nama kami tidak pernah tercantum dalam buku yang dicetak tersebut tetapi pengabidian kami ada di dalamnya”. Dengan nada kelakar ia mengatakan bahwa:”nama kami ada dalam isi di luar tanggung jawab percetakan”.
Lain lagi dengan Bruder Hubert Embu. Bruder Senior peranakan Sikka-Nuabosi lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam bilik jahit. Tetapi ia bukan penjahit biasa. Beliau orang pertama yang mengambil alih kursus penjahitan di Ende dari tangan bruder-bruder Eropa sekaligus orang Indonesia pertama yang menjadi pimpinan bilik jahit Arnoldus yang beberapa puluh tahun lalu amat terkenal. Dalam sharingnya ia mengaku memilki anak murid ratusan orang termasuk di dalamnya mama dari Pater Eman Weroh SVD. Memasuki tahun ajaran baru ia menjadi penjahit jubah untuk para novis dari berbagai seminari antara lain seminari Mataloko, Kisol, Labuan Bajo, Lalian, Oepoi, Sinar Buana, dan Hokeng. Dan ini telah ia jalani dalam piluhan tahun lamanya. Bukan hanya para Frater dan Bruder tapi juga para Imam dan Uskup. Baru-baru ini ia diminta oleh Mgr. Kherubim untuk menjadi jubah uskup untuk misa pontifikalnya sebagai Uskup Maumere. Suatu kenangan yang tidak bisa ia lupakan ketika menjahit jubah dan pakaian misa untuk almarhum Bapa suci Paus Yohanes Paulus II ketika berkunjung ke Maumere tahun 1989. Tugas ini diungkapkannya sebagai suatu kehormatan baginya. Di masa-masa tuanya ia masih aktif menjahit serta memberi kursus untuk para suster dan ibu-ibu.
Tanggal 8 Sepetember adalah acara puncak pesta family. Perayaan ekaristi dimulai pukul 08.00. Kor ditanggung oleh teman-temnan yang telah terpilih dan yang menanggung liturgi adalah unit kami. Saya bertugas sebagai ajuda lilin. Selebran utamanya adalah Pater Pinonsek dan kotbah dibawakan oleh Pater Yanus Lobo. Perayaan ekarisri berlangsung selama dua jam dan dihadiri oleh seluruh anggota komunitas Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, para imam dan frater, para suster, karyawan dan karyawati. Acara resepsi langsung dimulai setelah perayaan ekarisiti. Para Yurbilaris mendapat kursi paling depan, di antaranya Yang merayakan 50 tahun imamat (Pater Pinon dan Pater Viktor), 50 tahun kaul kekal (Br. Hubert dan Br. Benya), 40 tahun kaul kekal (Pater Kirch dan Pater Nadus Bungaama), 25 tahun imamat (Pater Philipus Tule, Pater Yanuarius Lobo, Pater Wilhel Djulei, Pater Kondrad Kebung), dan 25 tahun kaul kekal (Pater Remi Ceme dan Pater Robert Mirsel). Acara resepsi diselingi dengan berbagai acara seperti music akustik dari tingkat I konvik Ledalero, Nyanyi dan menari dari adik-adik yang bekerja di kebun Patiahu, dan wisma kami membawakan acara “nyanyi akapela (tanpa music)”. Tidak tahu apa maksud panitia memilih unit kami untuk membawakan acara yang satu ini. Ada musik saja sudah fals apalagi tanpa musik, atpi sudahlah mungkin ini acara hiburan. Dan benarlah semua orang tertawa ketika kami menyanyi. Lagu yang kami pilih adalah “Love changes everything”.
Dalam kata sambutannya Pater Rector mengucapkan terimah kasih atas pengabdian dari para yubilaris kepada serikat ini. Beliau memang menguraikan satu per satu kekhasan dai setiap yubilaris. Sementara Pater Kircberger yang mewakili para Yubilaris juga mengucapkan terima kasih atas dukungan dalam perjalanan panggilan mereka. Beliau mengatakan yang baik dari para yubilaris diteladani sedangkan yang buruk-buruk jangan diikut. Pater Georg mengambil contoh keburukan dari dirinya yang jarang mengikuti kegiatan komunitas supaya jangan ditiru oleh anggota komunitas lain.
Acara yang ditunggu-tunggu yakni pembacaan juara perlombaan akhirnya datang juga. Wisma kami berhasil menjadi juara umum dari beberapa cabang olahraga yang digelar menyongsong pesta family ini. Kami berhasil mengumpulkan poin tirtinggi (36) dan diikuti oleh unit Fransiskus (31), unit Yosep dan Efrata Gere menyusul di urutan ketiga dan keempat. Meskipun demikian kami cukup malu karena lomba vocal group kami berada di urutan paling akhir dan untuk lomba baca puisi kami hanya berada di urutan keempat. Tetapi sudahlah bahwa intinya kali ini kami juara satu umum dan bisa menjadi pemenang dari salah satu cabang olahraga bergensi (sepak bola). Hadia yang kami terima semuannya kira-kira sejumlah uang sebesar Rp. 500.000. Acara baru berakhir kira-kira pukul 14.00, dan dilanjutkan dengan sepak bola ria sore harinya antara adik-adik tingkat satu Vs konfrater yang sudah berkaul kekal.
“Akhirnya datang juga” saya ucapkan esok harinya, ketika suatu barang yang ditunggu-tunggu sampai pula di tangan saya. Hari ini kami libur, tidak kuliah karena pesta family kemarin. Karena itu, pagi hari saya ke Maumere hanya untuk mau cek barang kiriman tersebut. Tetapi ternyata tidak ada. Saya baru dapatkan siangnya dari om satpam di Ledaero. Barang apakah itu? tentu saja kompiang. Sejak malam saya diberi kabar oleh salah seorang adik bahwa ada kompiang yang ia titipkan untuk saya lewat sebuah bus umum Ruteng-Maumere. Sebenarnya saya cukup malu dengan kiriman yang tiba-tiba ini lantaran saya sudah amat kesal karena kirimannya yang ditunda terus-menerus. Saya sudah tidak berharap lagi untuk mendapatkan kompiang. Tetapi toh akhirnya datang juga yah syukurlah. Mudah-mudahan ini diberi dengan hati bukan karena paksaan atau permintaan yang terus-menerus dari saya. Bagi dia yang telah memuaskan dahagaku utnuk makan kompiang,hehehe, sekali lagi thanks yah,,,kiranya suatu saat saya bisa balas semua kebaikanmu.
“Akhirnya datang juga”. Kali ini kami harus mengucapkannya dengan nada miris. Betapa tidak, hari sabtu (12/9) kedua kae dan sahabat kami pergi meninggalkan kami. Keduanya adalah Teman Ipo dan Metchu. Ipo yang humoris dan Metchu yang kalem kini pergi ke tempat misi yang baru yang telah ditunjukkan kepada mereka. Keduanya akan menjalani masa OTP mereka di Chekoslovakia. Kami semua tanpa keculai mengantar Ipo dan Methcu ke Bandar Waioti Maumere. Keluarga serta Kenalan dari kedua saudara kami ini pun turut datang. Kira-kira pukul 11.00 pesawat mendarat (Riau Airlines). Banyak orang yang menangis. Saya sendiri lebih dekat dengan Teman Ipo, pria asal Golowelu, yang akhir-akhir ini lebih suka panggil panggil saya Kesa. Kedua akan ke kupang dulu dan dari Kupang baru ke Jakarta. Untuk Ipo dan Mectcu sukses yah di tanah misi yang baru. Mudah-mudahan bisa menjadi pewarta sabda yang setia.

বৃহস্পতিবার, ১০ সেপ্টেম্বর, ২০০৯

We Are The Champion (31-6 Sept)

”kesempatan-kesempatan itu seperti matahari terbit; bila anda menunggunya terlalu lama anda akan kehilangan mereka”


Ternyata di luar dugaan minggu ini ditutup dengan kenangan paling manis. Betapa tidak, kami akhirnya keluar sebagai juara 1 turnamen sepak bola dengan menglahkan unit Rafael 3-2 di final match (minggu, 6/9/09). Pertandingan berlangsung sangat alot dan cukup tegang. Di tiga puluh menit babak pertama tim kami kecolongan lebih dulu lewat gol yang diciptakan oleh Adi Abun. Gol ini bermula dari kesalahan yang dilakukan oleh para pemain belakang kami. Bola yang diambil dengan sangat tergesa-gesa oleh teman France akhirnya dibuangnya ke arah gawang. Kiper sempat menepis bola tapi sayangnya bola jatuh lagi ke kaki Adi Abun yang berada dalam posisi bebas. Sambil memutar badannya ia berhasil mencetak gol dengan kaki kanannya. Sampai dengan turun minum setelah babak pertama kedudukan masih 1-0 untuk kemenangan unit Rafael.
Babak kedua tidak kalah alotnya. Tetapi tim kami mulai memegang ritme permainan. Ini tentunya berkat gelandang veteran Charles dan Oby yang berusaha mematikan pergerakan lini tengah mereka yang diisi oleh Lukas dan Dion Rangga. Syukurlah kami cukup butuh waktu dua puluh menit untuk menyamakan kedudukan lewat tendangan bebas yang dilakukan oleh teman Atel. Gol ini berawal dari pelanggaran yang dibuat teman Kaliks Hartono terhadap saya di sisi kiri. Atel yang dipercayakan untuk menendang ternyata tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bola ditendang lambung dan jatuh di jendela kiri gawang yang dikawal CK. Kiper tidak berdaya menahan bola sehingga dengan mudah saja masuk ke dalam gawang. Kedudukan menjadi satu sama. Tidak butuh waktu yang cukup lama kami berhasil mecetak gol lagi. Kali ini gol tercipta dari kaki Kaka Manue, pemain dengan postur tubuh paling tinggi di tim kami. Dengan menggunakan kaki kirinya Ia berhasil mecetak gol dalam situasi kemelut di jantung pertahanan lawan. Meskipun demikian kami bukanlah tanpa perlawanan karena dalam suatu serangan balik mereka berhasil pula menyamakan kedudukan lewat tendangan dari jarak jauh yang dilakukan oleh Aji. Dengan kaki kirinya ia berhasil menyetak gol dengan sebuah tendangn volley yang sangat cantik. Kae Ebit sang punggawa gawang kami hanya bisa melongo. Pertandingan pun berakhir dengan kedudukan dua sama sampai waktu normal berakhir.
Tim wasit, Danker cs, kemudian memutuskan untuk melanjutkan pertandingan selama dua kali tujuh menit. Tujuh menit yang pertama kedudukan masih tetap imbang. Dan kedua tim rupanya lebih memilih bermain bertahan dan menunggu sampai pinalti nanti. Tetapi rupanya dewi fortuna berpihak pada kami. Satu menit sebelum pertandingan berakhir teman Obi membawa bola dari daerah pertahanan kami dan menggiring terus ke arah sayap kiri. Dengan menggunakan kaki kirinya ia menendang lambung bola ke arah gawang. Bola kemudian membentur tiang atas kanan gawang dan masuk ke dalam. Kiper tidak bisa berbuat apa-apa kecuali hanya melongo saja si kulit bundar masuk ke gawangnya. Pertandingan pun berubah menjadi 3-2 untuk kemenangan tim kami. Sementara itu waktu tinggal satu menit dan itu tidak bisa membuat tim lawan bisa menyamakan kedudukan. Kami akhirnya keluar sebagai pemenang.
Hari sebelumnya, Sabtu 5 September 2009 adalah hari bersejarah bagi STFK Ledalero. Hari ini adalah hari pengukuhan professor untuk Pater Dr. Kondrad Kebung sebagai profesor pertama di STFK. Bukan hanya sebagai professor pertama di STFK tetapi juga sebagai anggota SVD asal Indonesia yang pertama dikukuhkan sebagai professor dan sekaligus guru besar yang pertama untuk bagi perguruan swasta di Nusa tenggara yang meliputi wilayah Bali, NTB, dan NTT. Acara berlangsung dengan sangat hikmat. Diawali dengan prosesi senat Sekolah Tinggi Filsafat katolik Ledalero dan Pembukaan rapat senat luar biasa oleh wakil ketua STFK Pater Dr. Willem Djulei. Menarik sekali pidato yang dibawakan oleh Pater Kondrad dengan judul Filsafat dan Pembentuka Jati Diri: Suatu Hiburan dan Pembelaan Filsafat. Beliau mulai dengan menjelaskan opini tentang filsafat (prasangka-prasangka dan pandangan yang lebih positif tentang filsafat). Poin terakhir ditutup dengan penjelasan tentang filsafat dan perwujudan diri dan Keyakinannya akan peran filsafat yang tak tergantikan. Gubernur NTT, Frans Leburaya yang hadir juga waktu itu menyampaiakn penghargaan terhadap Prof Dr Kondad Kebung. Gubernur juga mengucapkan selamat bagi seluruh civitas akademika STFK Ledalero yang telah memberikan dukungan bagi Profesor Kondrad sehingga belilau bisa sampai ke jenjang profesorat. Sementara itu wakit ketua STFK Ledalero, Pater Dr. Willem Djulei mengungkapkan pengukuhan guru besar besar bagi Pater Kodrad meupakan acara yang sangat membanggakan bagi STFK Ledalero. Beliau juga memberi tantangan baru bagi para pengajar STFK Ledaero untuk menjadi pengajar yang baik layaknya pater Kondrad sehingga boleh mengkuti jejak Pater Kodrad meraih gelar besar berikutnya. Mengutip pendapat William Arthur Ward yang menulis; “ kesempatan-kesempatan itu seperti matahari terbit; bila anda menunggunya terlalu lama anda akan kehilangan mereka, beliau menantang semua hadirin dengan pertanyaan, apakah kita tetap tinggal diam dan pasif menunggu, jika tidak, sesudah Pater Kondrad siapa yang menyusul?
Selain itu, masih ada satu even menarik yang perlu dicatat dalam minggu ini yakni hari selasa, 1 September 2009 ada misa pembukaan tahun ajaran 2009/2010 di aula Ledalero. Yang bertindak sebagai selebran utama adalah Pater Kondrad sendiri sebagai ketua sekolah didamping oleh puluhan imam lainnya. Homili dibawakan oleh Pater Goris Nule SVD yang memulai renungan singkat dengan anekdot yang amat menarik, cerita tentang filsuf dan seorang nelayan. Intinya bahwa meskipun kita pintar dengan menguasai banyak ilmu mutahir tetapi kita mesti tetap peduli pada orang-orang kecil dan juga tetap menjadikan Tuhan sebagai tokoh sentral iman kita. Yang menanggung Kor adalah adik-adik tingkat II dari konvik Ledalero. Setelah Misa ada pertemuan ketua sekolah dan stafnya dengan para mahasiswa/i.

বুধবার, ২ সেপ্টেম্বর, ২০০৯

AGUSTUS DALAM KENANGAN

Tragedi Kompiang (24-30 Agust)

Saat bertemu tanpa sengaja di malam berkabut itu
Kau pernah mendengar bualanku
Namun kini kau pergi tanpa pesan
Hanya meninggalkan kenangan untukku
Aku yakin aku tidak bersedih
Karena aku begitu sibuk;
Setiap hari mengumpulkan kenangan itu,
Dan menjalinnya menjadi kalimat dalam puisiku
Entah kapan kudeklamasikan untukmu?
Untuk bersama-sama menciptakan kenangan baru.


Sebuah kisah menggelikan kini datang lagi dalam hidupku. Aku harus kembali menjadi seorang anak kecil yang merengek-rengek di hadapan ibunya ketika menemui ibunya tidak membawa kue atau snack kesukaannya sepulang dari pasar. Untuk siapa saja yang membaca kisah ini dan untuk dia yang kisah ini aku abadikan (I-Hdt), sebenarnya aku tidak tahu berada di posisi mana, seorang yang infantil atau dewasa prematur. Ceritakanlah kepadaku ketika kita sudah di usia senja. Meskipun terkesan konyol saya tak ingin lewat kisah ini begitu saja. Bnar kawan di umurku yang ke-23 aku mesti mengemis kompiang dan merengek marah ketika tidak dibeliin. Tapi benarkah aku seorang infantil, atau sebaliknya.
Kompiang adalah sejenis roti dengan bentuk bulat penuh berukuran segenggam tangan. Tetapi roti jenis ini sangat unik karena hanya berada di Manggarai. Rasanya juga sangat lain dari roti biasa dan dibuat sedikit lebih kering (keras). Di manggarai pun tidak dijual di semua tempat dan tidak semua orang yang bisa membuat kompiang. Ini hanya ada di Ruteng dan diolah oleh satu keluarga Cina. Bahkan resepnya tidak diketahui oleh banyak orang. Mungkin hanya orang-orang tertentu saja. Karena itu hanya satu took kue yang menjual kompiang ini. Saya bersyukur meskipun telah meninggalkan Manggarai tetapi saya selalu mendapat kiriman kompiang. Kompiang menjadi kue favoritku, dan mungkin juga bagi banyak orang pasti suka makan kompiang. Kiriman rutin biasanya saya dapatkan setiap tahun pada bulan Agustus dari kakak saya yang tinggal di Nekang-Ruteng.
Nah, ceritanya berawal dari perkenanaln saya dengan seorang gadis cantik asal manggarai yang kini sedang melanjutkan kuliahnya di salah satu kota di pulau Jawa. Sebut saja namanya Jeamy (bukan nama sebenarnya, nama ini diambil dari nama salah sat tokoh dalam film A walk to remember yang diperankan Mandy Moore). Perkenalan kami awalnya mulai dari sebuah situs jejaringan sosial di internet yang kini mungkin telah berurat akar di berbagai belahan dunia. Dari sana mulai bertukaran nomor handphone dan sering kontak entah lewat SMS ataupun telponan. Dan bahkan hampir setiap hari malah. Mungkin karena sering kontak, hubungan kami terasa begitu dekat. Mungkin juga terlalu lebay untuk mengatkan bahwa kami saling jatuh cinta karena sampai dengan saat ini belum ada kesepakatan atau keterbukaan dari kami berdua bahwa kami saling suka. Kalau pun ada itu hanya sepihak dari saya,hehehe. Tiga bulan terakhir ini hubungan menjadi kian renggang. Tidak tahu apa alasannya, mungkin saja karena saya lancang (lepas) dalam berkata-kata, mungkin juga karena saya terlalu lebay (narsis), atau mungkin juga karena saya suka mengganggu kesibukannya.
Awal agustus 2009, Jeamy akan berlibur di kampung halamannya. Kepingin sekali untuk bertemunya. Awalnya saya menduga bahwa dia akan pulang pada akhir bulan juli yang lalu, tetapi ternyata ditunda sampai dengan awal agustus. Padahal akhir juli saya sudah berada di ruteng, selain dengan tujuan ini ada maksud lain yakni cari kompiang sebanyak-banyaknya,hehehe. Tapi sayangnya sampai dengan tanggal 31 saya tidak lagi mendengar kabar darinya bahwa dia akan pulang. Saya putuskan untuk kembali ke Ende karena besoknya saya mesti kembali ke Maumere. Tapi sudahlah saya hanya bisa menghibur hati saya dengan keyakinan bahwa suatu saat kami akan bertemu.
Mulai saat ini aku makin kesal. Banyak sms yang tidak terbalas dan juga telpon yang sering tidak diangkat. Kali ini saya hanya bisa menghibur hati bahwa dia tentunya lagi sibuk. Dan suatu ketika yang saya tidak ingat lagi kapan persisnya, lewat telpon dan sms. Masih terlintas dalam benak saya bahwa dia berjanji jika sampai di Flores nanti akan mengirim kompiang untuk saya. Bukan hanya itu ada satu keterangan tambahan lagi “banyak-banyak”. Saya yang aslinya muka kaya kopiang dan suka pula makan kompiang tentu tidak pernah menolak rejeki ini. Dan saya tentunya berharap banyak darinya bahwa itu akan terwujd. Ketika masih dalam perjalanannya ke Folres, kontak dengannya belum hilang. Ketika dia sudah berada di Labuan Bajo, saya mulai kehilangan kontak.
Seoran g teman kelas saya bernama Fabio kebetulan berlibur di manggarai sampai dengan akhir Agustus ini. Sebelumnya kepada gadis manis ini saya telah menitipkan pesan bahwa teman saya akan berlibur di Manggarai persis di kampungnya. Kami pun sepakat bahwa kompiangnya akan dititip sekalian sama temanku itu. Tetapi sampai pertengahan bulan saya belum mendapat kepastian. Ternyata temanku menunda keberangkatannya tetapi mereka tetap pulang ke Ruteng untuk pendampingan adik-adik calon yang baru masuk. Kepada teman saya inilah Jeamy berjanji akan mengantar sehari sebelum temanku pulang ke Maumere asalkan diberitahu kapan mereka akan kembali.
Hari selasa dalam pekan ini ada acara di unit, kepada teman-teman saya menjanjikan kompiang sebagai makanan tambahan untuk minuman. Semua teman tentunya senang apalagi banyak yang doyang makan kompiang. Karena itu kami tidak lagi memikirkan kue cadangan apalagi dalam kelompok kecil. Beberapa hari kemudian Fabio menghubungi saya bahwa Ia telah menghubungi Jeamy bahwa ia akan segera pulang ke Maumere. Bahkan itu tiga hari sebelum ia pulang. Setelah dengan amat susah menghubungi gadis itu, akhirnya saya pun mengetahui bahwa sekarang dia berada di Labua Bajo. Itu pu dari adik sepupunya yang mengaku bernama Catrin. Entah benar atau tidak tidak bisa dipastikan. Setiap kali saya menghubinganya selalu saja orang lain yang angkat. Dari adik sepupunya itulah saya mendapat informasi bahwa mereka akan ke Ruteng. Saya pun langsung membuat kesimpulan bahwa mereka pastinya akan mengantar barang titipan buat saya ke teman saya. Sekali lagi saya kehilangan kontak dengannya. Saya berusaha untuk berpikir positif bahwa ini mungkin kejutan untuk saya.
Di pihak lain, saya tidak ingin mengecewakan teman-teman saya, yang sudah saya janjikan kompiang. Karena itu saya menghubungi kakak saya yang ada di Nekang untuk membeli kompiang sekalian dengan beberapa buku yang dijual di Sentosa raya Ruteng. Tetapi yang buat saya kesal berita tentang pengiriman kompiang dari Jeamy diketahuan oleh banyak teman-teman dekat yang cerewet. Mungkin mereka dapat informasi dari Fabio atau siapalah saya tidak tahu lagi. Dan itulah resiko hidup bersama teman-teman. Ada bahan baru buat mereka untuk gangguin saya. Berita paling menyedihkan saya terima selasa pagi hari dari Fabio. Kepada saya diberitau bahwa Jeamy tidak mengantar titipannya ke biara. Saya memang cukup kesal dengan hal itu tetapi saya berusaha untuk tetap tegar. Lebih ronis lagi, kata-kata yang dilontarkan oleh teman saya itu, mungkin untuk becanda atau apalah tapi membuat saya sangat malu. “ruke,,,beritau adiknya ya…lain kali jangan suka janji orang, bilang mau antar ke tempat saya tapi tunggu-tunggu tidak datang”. Lalu saya hanya katakan, kawan jangan marah ini salah saya, mestinya saya tidak minta bantuan itu kali. Lebih sakit lagi kabar bahwa saya tidak dikirimin kompiang tersebar kepada teman-teman yang umumnya cerewet kayak perempuan. Hari-hari setelahnya saya tentunya menjadi orang berpenampilan ekstra, “man of the match”, itu istilah kami jika salah satu teman paling banyak diganggu oleh teman lain. Apalagi saya telah berjanjanji kepada teman-teman semua. Untunglah esok paginya saya menerima kiriman dari kakak saya di Ruteng berupa kompiang dan beberapa buah buku. Tetapi tentu tidak membuat teman-teman saya berhenti mengganggu saya.
Saya berusaha untuk menghubungi Jeamy tetapi selalu tidak bisa. Seperti biasa telpon tidak diangkat SMS tidak dibalas. Sampai pada suatu malam yang telah larut. Waktu itu jam dinding saya menunjukkan pukul 01.13 sebuah pesan singkat, minta maaf tadi saya sudah tidur dan hp mama yang pegang. Lalu saya pun membalas; Ok kira2 kpn saya bisa telpon?”. Ia pun membalas; “terserah kpn saja”. Setelahnya saya langsung menelponnya. Suaranya di seberang berbisik-bisik karena katanya ia takut membangunkan orang tuanya. Katanya pula ia tidur sekamar dengan orang tua, takut bapa atau mamanya tidak tahu. Saya ingat saya sempat melontarkan kata-kata dengan nada tinggi,,,”mestinya U tidak janji dengan saya pu teman, saya malu sekali dengan saya pu peman-teman sekarang”. Benar kawan, kalau U berada di pihakku pasti U akan merasakan sakit yang sama. Sakit karena dicuekin, sakit karena malu digangguin teman-teman, sakit karena tidak ditepati janji, dan juga rasa bersalah karena telah menyibukan orang lain. Saya akhirnya mematikan telpon. Dan bergantian dengan pesan singkat yang mengungkapkan kekesalan saya. Cukup kasar memang bahasa SMSnya. Dan sampai pagi datang saya tidak bisa tidur lagi, berkecamuk perasaan yang muncul dalam benakku. Tuhan, minta maaf saya memang pernah berjanji untuk tidak berbuat kasar terhadap perempuan. Tetapi kenapa saya Engkau ciptakan rapuh seperti ini. Saya mesti berbuat kesalahan yang sama berulang kali. Lebih sakit lagi ketika Fabio memberitahu bahwa bahwa gadis itu pernah berbicara dengannya bahwa ia hanya ingin buat saya jengkel. Benarkah ini satu cara darinya untuk menghindar dariku. “Dengarlah engkau wanita pujaanku, seandainya engkau mau menghindar dariku ini bukan cara yang tepat, bisa omong baik-baik kan? Jangan pernah merasa bersalah apa yang engkau buat, mungkin saya yang salah karena saya toh layak mendapatkan ini semua. Apa yang engkau buat ini belum sebanding dengan kesalahan yang saya buat kepadamu”. Dan mungkin benar ini caranya membalas semua kekesalannya karena sampai saat ini belum pernah ada kata maaf darinya. Sekali lagi saya mohon maaf jika engkau sempat membaca catatan ini. Ceritakan kepada saya jika kita sudah ada di usia senja. Ini pasti akan sangat lucu nantinya. Akhirnya, saya pernah berjanji sampai kapan pun untuk berteman dengamu meskipun itu secara sepihak saya lakukan. Untukmu wanita yang telah mencuri separuh hatiku, sukses selalu dimana pun engkau berada. I will miss u Always!!!!

Oh ya, ada tiga even menarik dalam minggu ini yang perlu dicatat. Hari Rabu sore kami sukses mengalahkan unit Fransiskus dengan Skor 3-1. Hari jumat malam ada acara unit. Pesta penerimaan teman-teman baru tingkat II, penerimaan Pater Paskalis Lina, dan syukuran kaul kekal untuk tiga saudara kami kae Ebit, Kae Rian, ddan Kae Gusti. Cukup sibuk memang apalagi saya sebagai seksi konsumsi harus urus makan-minum. Malamnya lagi menjadi MC di acara ini. Hari minggu (30) juga menjadi hari yang menyenangkan dimana tim kami berhasil mengalahkan unit Gabriel dengan Skor telak 6-0. Tapi sayang meskipun bermain penuh, saya hanya bisa menyumbang satu gol.

Unfathomable Poetry And Party Week (17-23 Agust)

“Penyair dari kehidupan sehari-hari/orang-orang yang bermula dari kata-kata/kata-kata yang bermula dari kehidupan, pikir dan rasa” (Puisi: Surat Cinta, WS Rendra).

Awal pekan yang bagus. Hari ini saya cukup bangga dengan Cichi (Riany) yang selalu suka memberikan kejutan tak terduga. Gadis manis tionghoa yang kini duduk di bangku kelas III SMP Frateran Maumere ternyata jago membuat puisi. Awalnya saya berpikir ia hanya bisa bermain game tapi dugaan saya tentunya agak meleset. Pagi hari kira-kira jam 10 pintu kamar saya diketuk, dan waktu itu saya masih tidur. Ketika buka pintu Cichi sudah berada di luar dan langsung bergegas masuk ke dalam. “Ka’ saya mau main game” begitu katanya. “Oh silakan” lanjutku sambil bergegas ke kamar mandi. Malam harinya saya baru diberitahu bahwa ada dua puisi yang ditinggalkan khusus buat saya. Untuk saya ini sangat menyenangkan apalagi yang tulis seorang adik kelas III SMP lagi. It’s very amazing. Ci’ saya salut banget sama u, kembangkan terus ya.

Kapan Semuanya Akan Berakhir?

Kulihatnya tersenyum
Membuat ku bertanya
Kulihatnya menangis
Apa gerangan
Sungguh
Tak bisa dipungkiri
Namun, apa yang harus kupikirkan?
Semuanya telah terjadi
Kini hampa seakan gelap
Mengharap yang tiada
Menanti yang hilang
Bagai seorang ditelan dunia

Kini,
Tak bisa kubayangkan
Jiwaku dilanda sepi
Hatiku menangis
Tetes air mata pun tenggelam
Kapan semua itu berakhir?
Tak ada yang tahu!
17-08-09 


Jatuh dan Mati

Bintang bertebaran
Indah melintas di atas sana
Mataku menatapnya
Bergelimang kasihnya

Namun,
Tak juga membawa ku kepadanya
Cucuran air mata pun berjatuhan
Hmmm,
Apa katanya
Sedikit pun tak diucapkannya

Tapi,
Tidak sampai di situ
Kisahnya pun masih berlanjut
Sampai akhirnya jatuh dan mati!
(17/8/09)

Saya hampir lupa bahwa hari ini tanggal 17 Agusutus. Seluruh warga Negara Indonesia mengenangkan hari kemerdekaan Indonesia. Saya baru sadar ketika menonton televisi sore harinya. Hampir semua chanel meliput berita seputar pengibaran bandera merah-putih. Dua hal yang menarik dari berita yang disajikan yakni; pertama, apel bandera di bawah laut yang melibatkan 2600-an penyelam. Ini sebuah rekor baru yang patuh dicatat. Kedua, pengibaran bandera merah putih di puncak tertinggi di Eropa oleh Kru TV One. Sangat menarik memang. Mudah-mudahan bangsa Indonesia, kini di tengah umurnya yang semakn menua tetap rukun dan sejaterah selalu. Amin.
Malam tadi ada pesta di unit Yosep. Meskipun tidak diundang ini sudah mnjadi kebisaan kami (arek-arek niceplace) untuk meriahramaikan pesta. Dua intensi ke tempat pesta adalah; jus sari buah dan menari sepuas-puasnya. Pulangnya sudah tentu larut malam. Selama beberapa malam ini ada latihan kor di Gereja Nita Kami beberapa orang diminta bantuan untuk memperkuat barisan tenor dan bas bersama mudika paroki Nita. Selasa malam (18) ada pesta lagi di unit Rafael, goyang lagi kawan, hehehe. Tampak pula adik-adik tingkat satu yang baru masuk juga turut ambil bagian, biasa awal-awal masih semangat jalan-jalan sekaligus pengenalan medan. JIka ada myangberkomentar bahwa menari adalah ekspresi seni yan g paling rendah, Pliszz don’t care abaut it…Happy kawan!
Jumat malam (21) ada pertemuan bersama antara tingkat III dan Tingkat VI dalam rangka pemilihan kepengerusan SEMA. Tetapi saya tidak sempat ikut karena masih ada pertemuan lain (tecnical meeting) dalam rangka turnamen pesta keluarga. Pulang tidak ada kendaraan, dan untunglah Bemo San Jaya yang menjemput Cichi,cs datang sehingga sekalian diminta untuk antar kami pulang. Ini malam ke tempat pesta lagi, ada pesta nikah di dekat lapangan Nita. Sebenarnya tidak jalan tapi kami diundang khusus karena telah menanggung kor waktu pemberkatan nikah tadi pagi di gereja.Hmmm.Enak si enak pesta terus, tapi kalau puylang larut malam terus darah bisa abiz n makin kerempeng terus!!!!
Sabtu sore tepat pukul tiga sore semua penghuni seminari tinggi Ledalero, berkumpul di lapangan sepak Bola seminari Tinggi ledalero. Semuanya berbaris dengan rapih di kempok masing-masing yang terdiri dari 8 kelompok menurut jumlah unit yang ada. Kae Roman menjadi pemimpin upacara dan yang bertindak sebgai inspektur upacara adalah pater rector sendiri,Pater Leo Kleden. Dalam satu-dua amanatnya, pater rector menghimabau untuk menjunjung tinggi nilai suportivitas dalam setiap pertandingan karena ini pertandingan pesta family jadi yang namapk mesatinyanilai persaudaraan bukan permusuhan. Prtandingan pembukaaan adalah unit kami dengan unit Rafael. Bola pertama ditendang oleh Pater Rektor sendiri. Pertandingan sore ini sangat seru. Mestinya kami menang tapi keberuntungan belum berpihak ke kami. Lewat dua gol hasil eksekusi bola mati unit Rafael akhirnya memenangkan pertandingan dengan skor 3-2. Teman Bedy dan Atel yang mencetak gol dari kubu kami. Tenanglah masih ada pertandingan lain, tetap semangat jangan sampai putus asa. Bravo Arnoldus!!!!

Saatnya Untuk Bernazar (9-16 agust’ 09)
“Kami menyadari bahwa dengan kemampuan kami sendiri kami tidak bisa berbuat apa-apa tetapi kami tetap percaya kepada Tuhan. Tetapi jika akhirnya kami gagal maka kami mesti menepukkan dada dengan rendah hati sambil mengakui secara ikhlas bahwa sesungguhnya kami tidak layak menerima rahmat Tuhan (Arnold Yanssen pada pemberkatan rumah misi di steyl)”

Minggu ini menjadi minggu yang paling sibuk bagi penghuni komunitas seminari tinggi Santo Paulus Ledalero. Ada yang latihan Kor persiapan kaul kekal, ada yang mulai dekorasi untuk acara yang sama. Dan sebagaian lagi sedang siap-siap batin untuk pembaharuan kaul. Kae-kae tingkat VI masih berada di Hokeng, masih retret kaul kekal. Saya sendiri sebenarnya tidak sibuk-sibuk amat,hanya buat diri sibuk sa,hehehe. Karena itu hari Minggu ini saya ke Lekebai Ada satu keperluan sekaligus bawa oleh-oleh untuk Grace. Untunglah saya masih tinggalkan beberapa makanan ringan dari rumah sewaktu pulang liburan. Hmm, kalau tidak dia pasti nangis dan buat saya tamb ah sibuk lagi.
Hari-hari setelah berlalu seperti biasanya dengan rutinitas yang masih agak longgar. Dan saat itu pun datang. Setelah satu tahun yang lalu membaharui kaul-kaul kebiaraan, kali ini bersama ke-27 teman, saya diperkenankan kembali mengikrarkan kaul-kaul kebiaraan untuk yang ketiga kalinya. Dengan lilin yang bernyala di tangan kami mengucapkan kaul-kaul di hadapan Pater Bernard Hayon sebagai wakil superior jenderal. Kembali teringat kata-kata keramat itu: “ Perhatikan bahwa Tuhan adalah Allah yang cemburu. Artinya kaul-kaul yang pernah dipersembahkan kepadaNya, harus dianggap suci dan harus ditepati. Jadi Tuhan akan murka, jika apa yang hari ini dipersembahkan kepadaNya, besok ditarik kembali.” Tuhan, jika benar Engkau Allah yang cemburu, tidak tahu sudah berapa kali saya telah menyakiti hatiMu. I’m so sorry for all.
Hari sesudahnya (15 Agustus) merupakan hari paling bersejarah, jika bukan untuk kami paling tidak untuk beberapa kae-kae tingkat VI. Hari ini dihadapan Provinsial mereka dengan gagah perkasa menyuarakan kata-kata penuh keyakinan untuk membaktikan diri sepenuhnya sebagai biarawan misionaris serikat sabda Allah. Kae Ebit Rando cs mengikrarkan kaul kekalnya dalam serikat sabda Allah. Acara kaul kekal sangat meriah. Yang menjadi selebran utama adalah Pater Kondrad Kebung sebagai wakil provinsial. Dihadiri oleh ratusan imam. Tidak tahu berapa undangan yang hadir. Di luar aula yang dibangun tenda saja penuh apalagi di dalamnya. Tampak wajah-wajah cerah para keluarga yubilaris. Mereka tentunya mendukung sepenuhnya perjalanan masing-masing anggota keluarga mereka yang hari ini mengikrarkan kaul kekalnya. Setelah perayaan ekaristi acara dilanjutkan dengan resepsi bersama. Dan untuk mengisi acara resepsi, seperti biasa tampilah kelompok musik akustik Ledalero, acara voluntir dari teman-teman, dan satu acara spesial persembahan dari para yubilaris. Pokoknya seru. Rangkaian acara baru kelar pada pukul 14.00. Untuk kae-kae kami yang cakep-cakep satu pesan dari kami adik-adikmu,”kekal abadilah seperti Melkisedek.”
Malamnya tentu tidak ada masak-masak di unit, gantung priuk kawan. Semua orang masuk keluar tenda untuk mengambil bagian dalam kebahagian kae-kae yubilaris. Memang dasar omong saja kalau kaki sudah gatal untuk dugem, hehehe. Bersama beberapa teman di unit saya menghadiri acara syukuran kaul kekal kae Ebit Rando. Ternyata di luar dugaan kami acaranya sangat besar. Dihadiri oleh bupati dan wakil bupati malah. Kae ganteng ingatlah ini kebahagiaan sekaligus salib. Kami baru mulai makan jam setengah sebelah malam setelah sebelumnya mengikuti ibadat syukuran kaul-kekal yang dipimpin kae Vinsen Bui dan kae Ebit sendiri. Jam dua dini hari baru pulang setelah keletihan goyang, hehehe. Kawan, sekarang kan belum mulai kuliah, so berekspresilah sepuas-puasnya biar tdk mati gaya tentunya!!!!

Sahabat Dan Come Back Home (1-8 Agust’ 09)

Aku bernyanyi untuk sahabat,
aku berbagi untuk sahabat,
kita bisa jika bersama (Untuk sahabat, Audy-Nindy)

Kawan, apakah anda tahu bagaimana rasanya bertemu dengan sahabat lama? Sungguh mengharukan, senang, dan pasti bahagia. Sebelum pulang ke maumere saya mampir dulu di roworeke, persis di depan pertamina baru (8 km dari kota Ende ke arah timur). Di sinilah saya bertemu dengan sahabat lama. Cesar Sarto namanya. Setelah lima tahun berpisah karena ia melanjutkan studinya ke Jakarta akhirnya kami bertemu juga. Tampak ada perubahan secara fisik, maklumlah tinggal di kota metropolis, tetapi gaya dan karakternya masih sama seperti yang dulu. Pria kriga(kriting gaul) ini ternyata masih suka bertanya banyak tentang masa lalu, beginilah kalau orang lagi nostalgia, tetapi yang buat saya heran, ia sempat bertanya kepada saya tentang seorang gadis pujaan hatinya waktu masih di SMA dulu, padahal saya mengharapkan ia mestinya bercerita tentang gadis-gadis metropolis. Kawan benarkah ini pertanda bahwa cinta pertama selalu abadi?
Masih terlintas dalam benak saya, gadis inilah yang membuat sahabatku berganti pola hidup, siang-siangnya menjadi malam dan malam-malamnya menjadi siang. Dan aku tentu selalu jadi korban curhatnya. Setelah mencari informasi dari seorang adik, ternyata apa yang terjadi, gadis itu telah bersuami. Sial,,sial,,sial, ini kata-kata yang terlontar dari bibirnya. Sabarlah kawan masih banyak orang lain di bawah kolong langit ini. Satu pesan dari saya, hilangi kebiasaan menatap nanar perempuan. Itu karya Tuhan bro, bukan objek fantasi, hehe. Tetap semangat, mudah-mudahan sukses sebagai mahasiswa pascasarjana (S2) dan jangan lupa bakar lilin di tubu mbusu (hehe). Dengarlah wahai sahabat, inilah saatnya, kepakkan sayap tinggi terbang ke angkasa, di sanalah mimpi dan cita-cita kita terukir!
This is time to come back. Perjalanan dari Ende ke Maumere meskipun kelihatan dekat tetapi sangat melelahkan. Syukurlah ada teman Kornel yang bisa diajak ngobrol. Sekitar pukul 19.00 kami tiba di unit. Kamar masih berantakan seperti yang saya tinggalkan. Ini pertanda bahwa tidak ada satupun yang masuk ke kamar selama liburan. Sisa waktu setelahnya saya habiskan hanya untuk istirahat, sempat telpon ke rumah untuk menyampaikan kabar bahwa saya telah tiba dengan selamat,hahaha. Biar keluarga tdk gelisah gitu. Besoknya baru bangun pukul 11:00, sampai lupa bahwa hari ini hari minggu. Alhasilnya tidak ke Gereja. Dear Lord, pliz forgive me…n’ jangan pernah bosan dengan saya yah. Setelah itu mandi dan kemudian siap makan siang, teman-teman lainnya ternyata sudah banyak yang datang duluan. Mereka kelihatan asyik bercerita seputar pengalaman liburan. Kawan, jadikan semuanya itu sebagai kenangan. And this time to come back,…of course, come back home. Di sini ada kebersamaan, persaudaraan, dan mimpi-mimpi yang bergantungan yang mesti harus kita raih.
Perjalanan yang paling melelahkan bukan mendaki tujuh gunung, bukan pula menurun tujuh lembah tetapi perjalanan ke kedalaman batin. Tangal 3 Agustus kami mulai dengan retret pembaharuan kaul. Pembimbing retret adalah Pater Frans Ndoy SVD, seorang pastor senior yang sekarang ini menjabat sebagai rektor biara St. Yosep Ende dan juga Pastor mahasiswa. Cara membawa retret sangat menarik, bahannya retret diambil dari bahan reteret yang pernah disusun dan dibawakan oleh Kardinal martini, semuanya diambil dari buku Jacob’s dreams. Pastor yang menyelesaikan studi komunikasinya di negeri Inggris ternyata mepunyai banyak cara agar retret tidak monoton dan membosankan. Saya sempat menyeringkan sebuah pengalaman impresif bagaimana rasanya memanggul salib menjadi pengikut Kristus. Retret berkahir hari minggu pagi. Ditutup dengan misa di unit. Setelahnya Pater harus kembali ke Ende. Makasih ya Pater, coz telah membawa kami semua ke alam permenungan untuk menyadari lebih serius siapa diri kami sebenarnya. Ada tiga hal yang menjadi komitmenku ke depan; lebih rendah hati, ramah dalam kata-kata dan tingkah laku, serta peduli terhadap sesama. Tuhan tolong lihatlah niat baikku ini.