রবিবার, ১১ অক্টোবর, ২০০৯

Kasih Tak Sampai (28 Sept-4 Okto)

“Actually I’m not worthy to be yours. So just leave yours shadow plizz, I will keep it in my deepest heart, and it has been enough for me.”

Hari senin biasanya selalu membosankan. Tetapi kali ini rupanya tidak. Ada kuliah fisafat manusia, filsafat udaya dan dogmatik. Sisa-sisa kecapaian malam tadi tidak begitu terasa. Dua dosen untuk dua mata kuliah pertama di atas membawakan materi dengan sangat menarik, tidak monoton. Pater Leo Kleden adalah dosen senior kami. Jika bertanya kepada para alumnus era 90-an soal dosen terbaik di Ledakero, tentu nama beliau selalu disebut. Ia mampu menyederhanakan bahan yang amat sulit sekalipun dalam contoh –contoh yang amat sederhana. Bagaiman dengan Romo Richard Muga? Yang membuat mata kuliahnya menjadi menarik bukan karena kehebatannya menyajikan materi tetapi karena kerendahan hatinya menerima pendapat mahasiswa/I, pembicaraan kita entah salah atau benar selalu ia hargai. Karena itu mahasiswa suka berbicara dan merasa bahwa pendapat mereka diterima.
Sore harinya ada seminar teologi abad 20. Kali ini giliran teman Vester dan Sipri Daton yang membawakannya. Kami berbicara tentang pandangan teologis dari teolog Guardini. Jujur saja saya sendiri setelah masuk kelas baru dengar nama teolog ini. Tetapi setelah membaca materinya cukup menarik memang, pandangan dianggap progresif pada jamannya dan pada saat ini dianggap sebagai yang konservatif. Begitu juga dengan kuliah hari selasa sore, kami juga berbicara tentang pandangan dari teolog Hans Kung. Tetapi kali ini bukan pandangan teologisnya tetapi konsepnya tentang etika global. Kuliah ini diberikan oleh P.Dr. Hendrik Dori Wuwur, dengan tampilan power pointnya yang amat menarik. kuliah ini juga dihadiri oleh P.Dr. Otto Gusti sebagai fasilitator.
Setelah kuliah, bersama teman Egas dan Ois, kami langsung siap-siap diri untuk ikut acara pernikahan di Koting. Kira-kira 10 km dari tempat tinggal kami. Acara resepsi pernikahan baru dimulai pukul 20.30. Susah memang kalau sementara pesta baru listrik mati. Acarnya bisa jadi berantakan. Setelah pesta pernikahan ka’ Ima di rumah, baru ini kali saya kembali mengikuti acara resepsi pernikahan. Itu pun karena yang menikah adalah sahabat saya, ka’ Yan dan Ka’Nita yang sudah saya kenal baik. Ka Yan bertugas di Bajawa sebagai fasilitator sedangkan ka Nita bekerja sebagai guru di SMP di Tanah Ai. Perkenalan saya dengan mereka berdua, dimulai ketika saya diminta untuk mengiringi kor pada waktu paskah kemarin. Ka’ Yan dan Ka’ Nita adalah anggota kor. Tetapi pada waktu itu kedua belum berpacaran, baru satu bulan belakangan ini mereka jadian dan sekarang sudah menikah. Gila memang tetapi ketika ditanya; kenapa cepat sekali ka? Ka Yan menjawab dengan dua alasan, yakni; takut keburu tua dan keduanya tinggal berjauhan. Jarak yang berjauhan ternyata bisa menyebabkan hubungan menjadi kian renggang. Acara resepsi dihadiri oleh banyak orang. Ketika masuk kami semua dibagi souvenir berupa gantungan kunci. Bapak Aleks Longginus (mantan bupati Sikka) berbicara paling lama dalam acara penikahan ini. Ia mewakili keluarga yang mengucapkan sepatah kata untuk pengantin baru. Kami baru pulang sekitar pukul satu malam. Masih cerita-cerita dengan keluarga. Mau menari tapi tidak ada lagu rege yang diputar. Biasa begini kalau pesta di Koting. Orang lebih suka putar lagu Maumere yang goyangnya maju mundur itu,hehehe.
Hari sabtu ini tidak jadi pergi mengajar karena kuliah hari senin dimajukan ke hari sabtu. Hari senin nanti ada wisuda mahasiswa/I S1 dan S2. Karena itu seperti biasa mata kuliah hari senin selalu padat. Tidak ada kuliah sore ini hari. Pater Amatus tidak masuk. Hal yang paling menyedihkan juga saya rasakan pada minggu ini. Masih soal Klasik dalam hubungan dengan seorang gadis (I-Hdt). Saya akhirnya sadar bahwa hubungan yangi saya jalani ini akan terus bergantung. Dan sekarang keadaan tidak seperti dulu lagi. Statusnya tidak single lagi tetapi in relationship. Hmm, malu juga e, sudah kenalan hampir sembilan bulan hasil akhirnya tidak dapat apa-apa, orang yang panen malah. Tetapi itu tidak penting, bahwa ia masih mau berteman itu sudah cukup. Gila memang meskipun lewat kontak jarak jauh baru ini kali saya rasakan menikmati bagaiman berteman dengan seseorang. Waktu Sembilan bulan itu sudah sangat lama karena biasanya paling lama dua-tiga bulan setelahnya pasti sudah bosan. Bagi saya ini menajdi cerita menariknya berteman lewat dunia maya, karena tidak membosankan lantaran rasa penasaran terus muncul. Hmmm, coba kalau dia ada di dekat-dekat sini pasti stu-dua minggu lihat mukanya, setelahnya akan bosan. Terima kasih banyak de (I-hdt) sudah hadir dalam hidup saya. Meskipun sulit saya akan tetap berusaha untuk melupakanmu. Tinggalkan saja bayangmu karena itu sudah cukup bagiku. Mungkin lagu berganti hati dari Anggun bisa menggambarkan keadaan hatiku.
Satu per satu telah kuhapus
cerita lalu di antara engkau dan aku
dua hati pernah Berjaya
seribu mimpi tanpa ragu tanpa curiga
Kutakingin lagi menunggu menati
harapan tuk hidupkan cinta yg telah mati
Kutak ingin coba hanya tuk kecewa
lelah kubersenyum lelah kubersandiwara
aku ingin pergi dan berganti hati.
Satu persatu telah kuhapus
nada dan lagu yang dulu kucipta untukmu
rasa yang dulu pernah ada
kini berdebu terbelengggu dusta dan noda.
Kutakingin lagi menunggu menanti
harapan untuk hidupkan cinta yang tak pernah terbalas
kutak ingni coba kutelah kecewa
lelah kubersenyum lelah kubersandiwara
Kini kusadari diri ini ingin berganti hati,
Cinta yang telah pergi
harus berganti hati
harus kuganti hatiku kini
harus kuganti
Ini harus kuganti
tak perlu yang ini lagi.

কোন মন্তব্য নেই:

একটি মন্তব্য পোস্ট করুন