বৃহস্পতিবার, ২২ অক্টোবর, ২০০৯

Berlayar Sampai ke Pulau Berjalan Sampai ke Batas (5-11 Okto)

Ini pertama kali saya menginjak pulau Palue. Karena itu ketika pertama kali ditawarkan untuk membawakan katakese di Palue maka saya dengan senang hati menerimanya meskipun di tengah-tengah kesibukan dan tugas yang menumpuk. Setelah pulang kuliah hari jumat kami langsung mempersiapkan diri. Dua truk mengantar kami ke pelabuhan Maumere. Cukup banyak teman-teman yang ikut. Sebagian dari unit Arnoldus, sebagian unit Gere, dan sebagian lagi unit Fransiskus. Semuanya kira-kira berjumlah 58 orang ditambah dengan Pater Budi Kleden.
Dalam rancana awal kami ke sana pada hari sabtu dan pulang lagi pada hari minggunya, tetapi karena desakan dari teman-teman supaya setelah kuliah hari jumat kami langsung berangkat saja. Perrtimbangannya bahwa kalau kecapaian dalam perjalanan kami bisa istirahat malamnya. Kami mesti tunggu di pelabuhan sekitar setengah jam karena kapal motor masih mempersipkan peralatan teknis semcam bahan bakar dan lain-lainnya. Yang menumpang kapal tersebut hampir semuanya para frater penumpang lainnya hanya 3 orang.
Perjalanan cukup memakan waktu yang lama. Awalnya diberitahu hanya 4 jam tetapi nyatanya kami sampai di palue pada malam hari sekitar pukul 20.30. Ombak dan angin malam serta para frater yang tidak tenang membuat kapal terasa sangat goyang. Kelihatan banyak orang yang takut tetapi sengaja tidur supaya orang tidak melihat ketakutannya. Lucu memang, maklumlah yang jalan ini kebanyakan orang gunung yang notabene baru pertama kali naik kapal motor.
Lebih parah lagi, banyak teman-teman yang duduk di atas bubungan kapal, padahal seharusnya semua penumpang duduk di bawah apalagi kapal tidak ada muatan dasar. Kapal motor menjadi semakin oleng diterpa angil malam. Saat-saat yang paling menakutkan adalah ketika hampir tiba di Palue. Ombaknya semakin menjadi-jadi. Tetapi syukurlah kami semua bisa tiba dengan selamat. Kami turun di dua tempat yang berbeda. Pertama, di sebuah tempat bernama Natu. Yang turun di sini berjumlah 13 orang, semuanya dari unit Fransiskus ditambah dengan teman Don Mite Kota. Sedangkan kami yang sisanya langsung turun di Uwa dekat pastoran.
Ada satu peristiewa menarik yang tidak bisa kami lupakan. Ini datang dari teman Egi Binsasi. Ia satu-satunya orang yang kecebur dalam laut. Peristiwa ini terjadi pada waktu turun, peralihan dari kapal motor ke sebuah sampan kecil. Mungkin karena tidak seimbang sampan terbalik dan ia pun jatuh ke dalam laut. Semua orang bukannya merasa ibah tetapi malah menertawakanya dari atas kapal. Ia akhirnya digendong oleh kae-kae yang datang menjemput kami dengan cara menggedongnya sampaik e darat. Makanya, lain kali hati-hati bro, hehe!!!
Kami singgah sebentar di Pastoral. Kepada kami disuguhkan minuman, teh hangat dan biskuit krispi. Setelahnya langsung mendengar Romo pastor paroki membacakan KUB mana kami akan dibagi. Saya mendapat pembagian di sebuah kampung kecil yang terletak persis di lereng bukit. Nama tempat yang saya nginap selama 3 hari adalah Wolokajuwau, kira-kira 400 meter dari pastoran. Ternyata umat telah menunggu dari sore harinya. Saya dijemput oleh dua orang cewek ABG dan seorang bapak yang menjabat wakil ketua kombas,
Tiba di rumah kira-kira pukul 22.00 malam semua umat sudah menunggu di rumah ketua kombas. Kebanyakan mereka hampir semua mama-mama, dan hampir semuanya janda. Ada yang ditinggal mati oleh suaminya, ada yang suami pergi ke tempat perantauan dan sampai sekarang tidak ada kabar lagi serta tidak pulang-pulang. Saya sempat hitung-hitung sebantar, ternyata laki-laki hanya tiga orang. Kelompok lain yang banyak juga adalah nona-nona. Mereka ini yang menemani saya kemana saja saya pergi selama di sana. Mereka yang masak, siap makan, serta menyuci pakaian saya, meskipun saya sempat menolaknya ketika diminta. Malu juga tapi sudahlah semuanya adalah saudara dan saudari.
Malam ini tidak ada kegiatan katakese. Saya sendiri yang minta karena kecapaian. Bayangkan 8 jam duduk di atas kapal motor. Setelah menyuguhkan minuman yang disiapkan saya langsung bergegas ke kamar mandi untuk mandi. Makan malam setelah saya selesai mandi, kira-kira pukul 23.00 malam. Setelah makan masih cerita dengan mama-mama. Mungkin kira-kira setengah satu baru mulai tidur.
Bangun pagi makanan dan minuman sudah siap di depan meja. Biasa orang di kampung terlalu berlebihan kalau para frater datang. Saya masih mandi dulu, kemudian langsung minum dengan snacknya ubi kayu palue. Enak kawan, maunya makan terus!!!!
Tidak tahu hari ini mau kemana. Saya minta pergi ke kebun tetapi mereka semua menolak dengan alasan jauhlah, kotorlah, pokoknya macam-macam. Akhirnya saya ikut saja kemana mereka mau membawa saya. Bersama kedua adik Vinka dan Nona kami ke kebun terdekat, kira-kira 500 meter dari rumah. Sampai di kebun bukan bekerja tapi buat rujak. Vinka yang seharusnya mengajar di sekolah hari ini terpaksa di rumah saja untuk temani saya. Begitu katanya ketika ditanya mengapa tidak ke sekolah. Sedangkan Nona, gadis manis yan lahir di Terang Manngarai ini, telah putus sekolah sejak SMP. Sehari-hari ia bekerja bantu orang tuanya. Ada mangga, ada pepaya, ada jambu sehingga pasti seru kalau dibuat rujak.
Menjelang tengah hari baru pulang ke rumah. Di sana orang sudah siap makan siang, tinggal makan saja. Aduhh, jadi tidak enak, macam raja-raja saja, hehe. Setelah itu tertidur pulas dan jam setengah lima sore baru kaget. Ade-ade su tunggu mau ke pantai, mandi. Dan, kami langsung bergegas ke Laut. Menjelang malam baru pulang ke rumah. Lumayan sudah lama tidak bernang lagi. Sampai di rumah mandi lagi. Sementara mandi umat sudah datang untuk berkatakese. Kebanyakan mama-mama dan anak-anak usia remaja. Katakese berlangsung kira-kira satu setengah jam setelah itu dilanjutkan dengan doa Rosario dua peristiwa. Saya sangat terharu mendengar sharing dari mama-mama. Bagaimana susah hidup mereka setelah ditinggalkan oleh suami. Mereka harus bekerja menanggung biaya hidup anak-anak. Sementara suami mereka di tempat rantau tidak ada kabar sama sekali bahkan ada yang sudah mempunyai istri lagi. Saya pun tidak banyak memberikan solusi tetapi karena saat-saat seperti ini yang paling penting kita mendengarkan keluhan dari mereka. Setelah doa, semua orang diundang untuk makan bersama tanpa kecuali. Masih ada cerita-cerita setelah makan sebelum pergi tidur.
Minggu, ada perayaan di gereja. Para frater yang menanggung kor serta liturginya. Misa dihadiri oleh banyak sekali umat. Bahkan ada yang tidak mendapat tempat dan harus duduk di luar. Misa dipimpin oleh Pater Paul Budi Kleden dan didampingi Rm. Dedy, pastor paroki Uwa. Pater Budi dalam kotbahnya menekankan pentingnya usaha peningkatan pangan lokal karena minggu ini gereja merayakan hari minggu pangan sedunia. Masih ada acara perkenalan lagi setelah lagu post-komuni. Perkenalan diatur pertingkat. Setelah misa foto-foto sebentar dengan bapa mama, lalu kembali kerumah.
Teman Bojes ikut dengan saya ke rumah. Mereka dari tanjung sebelah dan tidak bisa pulang lagi karena jaraknya jauh, lagian siang sebentar kami harus pulang lagi ke Maumere. Di rumah semua sudah berkumpul untuk makan bersama sekaligus makan perpisahan. Dan inilah saat-saat terakhir kami. Saya mengucapkan permohonan maaf dan limpah terima kasih karena sudah diterima seperti anak sendiri di KUB ini. Begitu pula sebaliknya, bapak ketua KUB juga mengucapkan terima kasih dan mohon maaf bila ada banyak kekurangan. Tetapi perasaan saya tidak pernah ada kekeurangan selama berada di rumah ini, malahan sangat dijamin, hehehe.
Bapa, mama, Vinka, Nona, mengantar saya sampai ke pelabuhan. Sebelumnya, kami masih singgah di Pastoral untuk kata-kata pelepasan dari Romo pastor paroki. Cukup jauh jarak dari pastoran ke pelabuhan, dan itu kami harus berjalan kaki. Jalan-jalan dipenuhi dengan umat yang mengantar anak frater mereka. Ada yang menangis, bersedih, dan menyesali terlalu amat singkat pertemuan ini. Banyak sekali orang yang mengantar kami. Dermaga pun penuh sesak terisi. Kami baru mulai star dari palue jam setengah empat sore dan tiba di pelabuhan Maumere jam tujuh malam. Perjalanan kali ini lebih baik ketimbang waktu berangkat. Lautnya tenang seklai. Dua truk dari ledalero sudah parkir di dermaga untuk menjemput kami. Tiba di unit kira-kira pukul 20.00, makan lalu tidur, cape bgt!!!!

কোন মন্তব্য নেই:

একটি মন্তব্য পোস্ট করুন