সোমবার, ২১ সেপ্টেম্বর, ২০০৯

Akhirnya Datang Juga (7-13 Sept)!

“Hidup manusia adalah nama yang indah. Dan tergantung pada lamanya tahun yang dilaluinya. Setiap kesempatan termasuk perpisahan dan perjumpaan adalah sebuah kemasyuran. Dan dia tidak tergantung pendeknya hari yang berjalan”

“Akhirnya datang juga” adalah judul salah satu komedi show yang diputar di salah satu stasion televisi swasta belakangan ini. Acara ini menarik karena menampilkan cerita yang spontan tanpa terlebih dahulu menguasai skenario. Umumnya bintang tamu yang diundang datang dari kalangan para artis yang sudah dikenal banyak orang. Acara ini disukai banyak orang dan membuat orang tertawa terbahak-bahak karena sering muncul adegan-adegan yang tidak sambung. Para bintang tamu akan memasuki ruangan khusus dan disambut oleh beberapa orang yang telah ada di dalamnya dengan berkata: ’Akhirnya datang juga’.
Kegiatan menyongsong pesta family telah selesai dan sekarang saatnya memasuki acara puncaknya. Di luar dugan kami bahwa rekoleksi kali ini (senin, 14) diisi dengan sharing pengalaman oleh keempat konfrater senior kami, yakni P.Yosep Pinonsek, P.Viktor Bunaniq, Br. Benya, dan Br Hubert Embu. Pater Pinon dalam sharingnya menceritakan kembali masa-masa penuh tantangan ketika dilanda perang dunia I dan II. Beliau mengisahkan bagaimana sulitnya situasi pada waktu itu. Semua anak laki-laki diwajibkan bermiliter. Beberapa tahun beliau mesti ikut berperang dan setelahnya bergabung lagi ke seminari. Beliau menyaksikan dengan mata kepala sendiri peristiwa paling tragis dimana banyak siswa seminari yang ditembak mati, di antaranya guru dan pembimbingnya yang kemudian digelar beato yakni, Stanislaus kubista dan Liguda. Penddiikannya kemudian dilanjutkan di Sao Paulo Brasil sampai dengan ia menjadi imam. Setelahnya ia diberi kesempatan untuk belajar filsafat di universitas Gregoriana. Ia pun merampungkan tesisnya dalam waktu yang amat singkat. Kemudian pulang kembali ke Brasil dan menjadi dosen dan formator di sana. Di Ledalero pada saat itu kekurangan dosen filsafat maka dimintalah Pater Pinon untuk datang ke Flores. Beberapa tahun mengajar ia mengajar ia pun kembali mengambil program S2 untuk yang kedua kalinya di Paris. Sepulangnya dar paris ia menjadi dosen tetap di sini dan mengajar cukup lama sampai dengan angkatan kami yang terakhir (2008). Ketika ulang tahunnya yang ke-80 para dosen mempersembahkan sebuah buku karya bersama berjudul mengabdi kebenaran. Beliau sendiri menyumbangkan satu artikel di dalamnya.
Kalau Pater viktor tentunya berbeda dengan Pater Pinon meskipun keduanya sama-sama merayakan pesta emas imamat( 50 tahun). Pater Viktor banyak menghabiskan waktunya sebagai pastor paroki dan hanya beberapa tahun menjadi formator di Seminari Mataloko. Beliau kembali mengisahkan pengalaman masa keicilnya sebagai seorang gembala kerbau. Bagaimana ia harus pontang-panting mencari kerbaunya yang hilang. Yang menjadi kesamaan antara keduanya adalah sama-sama merasakan dampak perang dunia meskipun beliau berasal dari Filipina karena toh pada waktu itu Filipina pernah dikuasai oleh tentana Jepang. Sekarang beliau masik cukup sehat dan menjadi konsultan rohani untuk para frater ledalero.
Br. Benyamin Ade menyeringkan pengalaman hidup berkaulnya selama 50 tahun dengan sangat menarik. Bermula dari keinginannya untuk menjadi seminaris yang tak pernah tercapai sampai dengan pengalaman karya kerasulannya sebagai bruder. Beliau lama berkarya di percetakan Arnoldus Ende hampir selama dua puluh tahun lebih. Karena itu, beliau sampai meneteskan air mata ketika menceritakan bagaimana rasanya ia diminta untuk meninggalkan percetakan dan mendapat pekerjaan yang baru. Br. Benya adalah orang pertama dari SVD Indonesia yang mulai bekerja di percetakan. Sebelumnya hampir semua para Bruder dari Eropa. Berat memang bekerja di percetakan waktu itu ketika belum ada peralatan yang modern seperti sekarang ini. Mereka mesti menyusun timah perhuruf. Bisa dibayangkan betapa sulitnya itu apalagi buku-buku dengan jumlah halaman mencapai ratusan. Yang cukup menyentil dari kata-katanya: “nama kami tidak pernah tercantum dalam buku yang dicetak tersebut tetapi pengabidian kami ada di dalamnya”. Dengan nada kelakar ia mengatakan bahwa:”nama kami ada dalam isi di luar tanggung jawab percetakan”.
Lain lagi dengan Bruder Hubert Embu. Bruder Senior peranakan Sikka-Nuabosi lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam bilik jahit. Tetapi ia bukan penjahit biasa. Beliau orang pertama yang mengambil alih kursus penjahitan di Ende dari tangan bruder-bruder Eropa sekaligus orang Indonesia pertama yang menjadi pimpinan bilik jahit Arnoldus yang beberapa puluh tahun lalu amat terkenal. Dalam sharingnya ia mengaku memilki anak murid ratusan orang termasuk di dalamnya mama dari Pater Eman Weroh SVD. Memasuki tahun ajaran baru ia menjadi penjahit jubah untuk para novis dari berbagai seminari antara lain seminari Mataloko, Kisol, Labuan Bajo, Lalian, Oepoi, Sinar Buana, dan Hokeng. Dan ini telah ia jalani dalam piluhan tahun lamanya. Bukan hanya para Frater dan Bruder tapi juga para Imam dan Uskup. Baru-baru ini ia diminta oleh Mgr. Kherubim untuk menjadi jubah uskup untuk misa pontifikalnya sebagai Uskup Maumere. Suatu kenangan yang tidak bisa ia lupakan ketika menjahit jubah dan pakaian misa untuk almarhum Bapa suci Paus Yohanes Paulus II ketika berkunjung ke Maumere tahun 1989. Tugas ini diungkapkannya sebagai suatu kehormatan baginya. Di masa-masa tuanya ia masih aktif menjahit serta memberi kursus untuk para suster dan ibu-ibu.
Tanggal 8 Sepetember adalah acara puncak pesta family. Perayaan ekaristi dimulai pukul 08.00. Kor ditanggung oleh teman-temnan yang telah terpilih dan yang menanggung liturgi adalah unit kami. Saya bertugas sebagai ajuda lilin. Selebran utamanya adalah Pater Pinonsek dan kotbah dibawakan oleh Pater Yanus Lobo. Perayaan ekarisri berlangsung selama dua jam dan dihadiri oleh seluruh anggota komunitas Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, para imam dan frater, para suster, karyawan dan karyawati. Acara resepsi langsung dimulai setelah perayaan ekarisiti. Para Yurbilaris mendapat kursi paling depan, di antaranya Yang merayakan 50 tahun imamat (Pater Pinon dan Pater Viktor), 50 tahun kaul kekal (Br. Hubert dan Br. Benya), 40 tahun kaul kekal (Pater Kirch dan Pater Nadus Bungaama), 25 tahun imamat (Pater Philipus Tule, Pater Yanuarius Lobo, Pater Wilhel Djulei, Pater Kondrad Kebung), dan 25 tahun kaul kekal (Pater Remi Ceme dan Pater Robert Mirsel). Acara resepsi diselingi dengan berbagai acara seperti music akustik dari tingkat I konvik Ledalero, Nyanyi dan menari dari adik-adik yang bekerja di kebun Patiahu, dan wisma kami membawakan acara “nyanyi akapela (tanpa music)”. Tidak tahu apa maksud panitia memilih unit kami untuk membawakan acara yang satu ini. Ada musik saja sudah fals apalagi tanpa musik, atpi sudahlah mungkin ini acara hiburan. Dan benarlah semua orang tertawa ketika kami menyanyi. Lagu yang kami pilih adalah “Love changes everything”.
Dalam kata sambutannya Pater Rector mengucapkan terimah kasih atas pengabdian dari para yubilaris kepada serikat ini. Beliau memang menguraikan satu per satu kekhasan dai setiap yubilaris. Sementara Pater Kircberger yang mewakili para Yubilaris juga mengucapkan terima kasih atas dukungan dalam perjalanan panggilan mereka. Beliau mengatakan yang baik dari para yubilaris diteladani sedangkan yang buruk-buruk jangan diikut. Pater Georg mengambil contoh keburukan dari dirinya yang jarang mengikuti kegiatan komunitas supaya jangan ditiru oleh anggota komunitas lain.
Acara yang ditunggu-tunggu yakni pembacaan juara perlombaan akhirnya datang juga. Wisma kami berhasil menjadi juara umum dari beberapa cabang olahraga yang digelar menyongsong pesta family ini. Kami berhasil mengumpulkan poin tirtinggi (36) dan diikuti oleh unit Fransiskus (31), unit Yosep dan Efrata Gere menyusul di urutan ketiga dan keempat. Meskipun demikian kami cukup malu karena lomba vocal group kami berada di urutan paling akhir dan untuk lomba baca puisi kami hanya berada di urutan keempat. Tetapi sudahlah bahwa intinya kali ini kami juara satu umum dan bisa menjadi pemenang dari salah satu cabang olahraga bergensi (sepak bola). Hadia yang kami terima semuannya kira-kira sejumlah uang sebesar Rp. 500.000. Acara baru berakhir kira-kira pukul 14.00, dan dilanjutkan dengan sepak bola ria sore harinya antara adik-adik tingkat satu Vs konfrater yang sudah berkaul kekal.
“Akhirnya datang juga” saya ucapkan esok harinya, ketika suatu barang yang ditunggu-tunggu sampai pula di tangan saya. Hari ini kami libur, tidak kuliah karena pesta family kemarin. Karena itu, pagi hari saya ke Maumere hanya untuk mau cek barang kiriman tersebut. Tetapi ternyata tidak ada. Saya baru dapatkan siangnya dari om satpam di Ledaero. Barang apakah itu? tentu saja kompiang. Sejak malam saya diberi kabar oleh salah seorang adik bahwa ada kompiang yang ia titipkan untuk saya lewat sebuah bus umum Ruteng-Maumere. Sebenarnya saya cukup malu dengan kiriman yang tiba-tiba ini lantaran saya sudah amat kesal karena kirimannya yang ditunda terus-menerus. Saya sudah tidak berharap lagi untuk mendapatkan kompiang. Tetapi toh akhirnya datang juga yah syukurlah. Mudah-mudahan ini diberi dengan hati bukan karena paksaan atau permintaan yang terus-menerus dari saya. Bagi dia yang telah memuaskan dahagaku utnuk makan kompiang,hehehe, sekali lagi thanks yah,,,kiranya suatu saat saya bisa balas semua kebaikanmu.
“Akhirnya datang juga”. Kali ini kami harus mengucapkannya dengan nada miris. Betapa tidak, hari sabtu (12/9) kedua kae dan sahabat kami pergi meninggalkan kami. Keduanya adalah Teman Ipo dan Metchu. Ipo yang humoris dan Metchu yang kalem kini pergi ke tempat misi yang baru yang telah ditunjukkan kepada mereka. Keduanya akan menjalani masa OTP mereka di Chekoslovakia. Kami semua tanpa keculai mengantar Ipo dan Methcu ke Bandar Waioti Maumere. Keluarga serta Kenalan dari kedua saudara kami ini pun turut datang. Kira-kira pukul 11.00 pesawat mendarat (Riau Airlines). Banyak orang yang menangis. Saya sendiri lebih dekat dengan Teman Ipo, pria asal Golowelu, yang akhir-akhir ini lebih suka panggil panggil saya Kesa. Kedua akan ke kupang dulu dan dari Kupang baru ke Jakarta. Untuk Ipo dan Mectcu sukses yah di tanah misi yang baru. Mudah-mudahan bisa menjadi pewarta sabda yang setia.

কোন মন্তব্য নেই:

একটি মন্তব্য পোস্ট করুন