শনিবার, ১৯ ডিসেম্বর, ২০০৯

Bakau, Nangalimang, Nangahure (16-22 Noph)

Rencana penanaman bakau akhirnya tercapai juga. Sudah dua bulan ini kami selalu diskusikan di kelas. Ada kandala dana, waktu, tempat, dan lain-lain. Tetapi kami sangat bersyukur karena toh akhirnya kami bisa realisasikan juga proyek ini. Kegiatan ini dijalankan oleh mahasiswa STFK Ledalero semester . Apa yang kami rasakan ini sebenarnya merupakan bentuk penerapan dari mata kuliah filsafat lingkungan hidup. Alam dan lingkungan adalah sahabat dan partner kita. Kepedulian terhadap alam mesti ditingkatkan jika kita ingin bumi kita tetap lestari dan tidak binasa. Tindakan semena-mena terhadap alam dan lingkungan bisa mendatangkan malapetaka besar bagi kita manusia sendiri. Karena itu alam sebagai kosmos menjadi bagian tak-terpisah dari mata rantai ekosistem di bawah kolong langit ini.
Kegiatan ini berlangsung setelah mendapat persetujuan dari dinas kehutanan dan kelautan Sikka, dan atas kerja sama dengan seorang pencita alam sejati yang bulan Juli lalu menerima penghargaan dalam bidang lingkungan dari presiden SBY. Kami dibagi dalam tiga kelompok menurut konvik dan juga kendaraan yang ada. Konvik Ledalero, Ritapiret, dan Karmel. Konvik lain ikut bergabung dengan tiga kelompok ini. Makan diatur masing-masing konvik atau unit. Karena itu bersama teman-teman lain dari unit Arnoldus, sejak malam kami cukup sibuk menyiapkan makanan dan minuman. Yang lama itu waktu ikat es. Semua teman-teman rupanya belum ada pengalaman ikat es. Tapi syukurlah, es berhasil dibuat. Satu termos malah.
Star dari Ledalero kira-kira jam 8 pagi dan tiba di sana tepat jam 10. So, lamanya perjalanan dua jam. Baba Akong sudah ada dan menunggu di depan rumahnya. Awalnya kami semua diberi pengarahan dari Baba Akong perihal manfaat bakau, jenis-jeins bakau dan cara penanamannya. Setelahnya kami bersama-sama pergi ke tempat pembibitan bakau, kira-kira berjarak 200 m dari rumahnya. Kami diberi masing-masing satu tanaman bakau yang baru dibuka dari polibeknya untuk ditanam. Jaraknya satu meter dari bakau yang lain, dan ditanam di lobang yang agak dalam agar akarnya tidak mati karena kepanasan. Inti dari pohon bakau itu akarnya. Begitulah kata baba Akaong. Jika akarnya bermasalah maka bakaunya akan mati. Saya kemudian masuk ke dalam rumah yang sangat sederhana itu. Di dalamnya berjejeran piagam dari bupati sampai presiden. Hebat memang, ini baru tokoh lingkungan hidup yang sejati. Hidupnya banyak dihabiskan untuk menanam bakau. Istrinya juga tampak sederhana, berasal dari Moni-ende. Sebelum menanam bakau kami juga diberi kesempatan untuk bertanya tentang bakau.
Setelahnya kami pamit dengan Baba Akong. Acara makan siang dan rekreasi bersama berlangsung di Waturia. Makan dibagi ke masing-masing konvik dan unit. Waturia memang kebun papaya. Saya Kenyang memang makan papaya. Setelah makan mandi sepuas-puasnya. Lumayan, cape juga berenang. Kali ini jaraknya lebih jauh lagi, kira-kira 200 m dari bibir pantai. Pulang kembali kira-kira jam dua siang. Sampai di unit langsung tidur.
Malam minggu, bersama teman manue ke Nangalimang. Ada permintaan untuk pimpin ibadat dan iring nyanyi. Manue yang bertugas memimpin ibadat dan saya hanya mengiring teman-teman mudika nyanyi. Lagu-lagu semua dari madah bakti dan beberapa lagu Maria. Acara cukup lama, dan bergeser dari jam yang telah dijadwalkan semula. Mengerti saja malam ini malam mnggu. Setelah Ibadat, ke Maumere lagi, nonton bola di rumah kaka Femi. Pulang kira-kira jam satu malam.
Pagi ini setelah pulang misa, saya diberitahu teman-teman bahwa tadi malam saya dicari pater Nar. Dan memang benar Pater cari saya tadi malam, perihal Nando yang masuk rumah sakit. Cukup parah memang keadaan Nando, sepintas lihat macam orang gila saja. Karena itu setelah misa, bersama Manue kami langsung ke rumah sakit. Sampai disana saya merasa seperti tidak kenal lagi Nando. Bicaranya sembarangan. Tapi cukup tenang ketika saya masuk. Idealisme tinggi. Saya sendiri heran atas perubahan ini. Siangnya itu saya langsung telpon kakaknya di Ruteng, dan tidak lama kemudian ada berita dari kampung bahwa keluarga sudah dalam perjalanan ke Maumere. Dari rumah sakit masih ke Kewapante dulu. Lapar. Di sana ada mama Windi. Makan, pulang bawa jagung titi dan Moke dua botol langsung bergegas ke Nangahure.
Semua teman-teman sudah di pantai bergabung dengan anggota mudika Nangahure. Ada yang bakar pisang, ada yang bakar ikan, ada yang buat rujak. Semuanya dibagi dalam kelompok. Saya baru datang langsung ke pergi mandi di laut. Tunggu makan saja ta,hehehe. Setelah makan kembali ke rumah ketua lingkungan. Siap-siap untuk pertandingan. Pertangingan bola kali cukup seru. Kami ketinggalan duluan 2-0. Dan syukrlah lewat teman Bedy dan Atel, kami bisa menyamakan kedudukan menjadi 2-2. Pada babak kedua kami balik unggul menjadi 4-2. Dan baru menjalang akhir pertandingan mereka kembali mencetak gol sehingga skor akhirnya 4-3. Lapangan sangat buruk. Sudah begitu, kecil lagi. Belum lagi bola yang ringan, sehingga bola lebih banyak out.
Setelah pertandingan kami pulang lebih dulu dengan motor, teman-teman lain baru menyusul kemudian. Pulang masih singgah lagi di kaka Femi. Rencananya singgah sebentar saja, eh keasyikan cerita akhirnya sampai gelap. Terpaksa langsung mandi di rumah. Makan. Lalu nonton bola. Kira-kira pukul setengah 20.30, Kornel turun tiba di rumah. Kami berdua terus ke rumah sakit dengan perhitungan bisa ketemu keluarganya Nando, tetapi ternyata mereka sudah pulang ke tempat penginapan di Maumere. Kami baru pulang ke Ledalero pukul 11.00. sampai di kamar langsung tidur. Capek!!!

কোন মন্তব্য নেই:

একটি মন্তব্য পোস্ট করুন