সোমবার, ৩০ আগস্ট, ২০১০

An Unforgetable Week (24-30 Mei)

Ada informasi baru bahwa ujian eskatologi dimajukan. “Aduh sialan, kali ini pasti akan injry time lagi”. Istilah injury time aring digunakan di kalangan para mahsiswa STFK Ldalero. Ketika Besoknya da ujian hari ni baru mulai belajar, bahkan mukut semalam suntuk. Istilah padanan yang sering kali juga kami gunakan adalah belajar dadakan. Alhasil, setelah selesai ujian pa yang kita pelajari hilang seketika, tnapa membekas sedikir pun.
Rabu, 26 Mei dilangsungkan ujian Eskatologi. Untunglah bahanya yang diberikan tidak terlalu sukit dan butuh jawaban refleksi. Pertanyaan ssangat terbuka dan menuntut daya nalar berpikti dari masing-masign mahasiswa. Sore harinya ada semifinal kompetisi Leldaeo anara Unit Rafael dan Unit fransiskus. Pertandinga ini dimenangkan oleh inut Fransiskus. Teman-teman dari unit Rafael terpaksa menguburkan dalam-dalam mimpi mereka untuk tampil kedua kalinya di final.
Hari kamis ini hari paling fatal. Di ledaleo ada misa peringata empat malam Pater Daniel Kiti, SVD. Kami yang dipercayakan menggaung kor. Masalahnya adalah salh informasi. Sebagai ketuan unit saya umukan bahawa perayan ekaristi akan dilangsungkan di kuburan Ledalro seperti biasa. Dan itu berarti pukul 18.15. Ternyata Perayan ekaristi dimuylai tepat pukul 18.00. Kesalahn ini tentu saja sudah membuat kami malu karena tiba dipenguburan kami sudah terlambat, dan perayaan ekarisit sudah dimulai. Kami mesti mengambil tempat di depan lagi. Semua teman-teman bukan hanya malu tetapi juga gugup. Saya yan gmengiringi lagu Tuhan kasihanilah kami. Persoalanmuncul lagi ketika selesai bacaan, kami tidak menyiapkan lagu antarbacan. Untuk menyelamarakn situasi saya akhirnya maju dan mulai mengiringi kembali lagu bahagia abadi dari Yubilate. Selanjtnya Kor pun jadi berantakan.
Saru alsan yan gmembuat kami terlambat adalah persiapan segala sesuatu untuk ziarah besok pagi ke Dian Desa. Kami harus menyiapakan segala sesuatu, dan ini menyebakan banyak teman-teman yang terlam,bat. Ziarah kali ini pun sangat problematic. Kami sudah menyiapakan jauh-jauh hari agenda ziarah ini, tetpai seksi liturgy kominitas mengam,bil keijakan bahwa ziarah kami dipagabung kdengan zunit-unit lain. Tantu saja kami tidak terima, dan pasti acara kami akan berantakan. Karena di dalamnya kami padukan dengan acara rekreasi dan evaluasi yang dibuat dengan melibatkan anggota unit.
Kami agak terlamat ke Dian Desa katena msih harus tunggu karyawati pulang belanja dari pasar. Perayaan ekaristi baru dimulai pada pukul 09.00. Bapak Petrus serta para karyawan turut hadir dan mengambil bagian dalam perayaan ekaristi ini. Setelah misa, ada rekreasi bersama di pantai. Ada bakar-bakar,a da main kartu bareng, ada jalan-jalan, dan saya sendiri lebih memilih untuk berenang sepuas-puasnya. Kira-kira pukul 02.00 kami baru kelua dari Dian desa Wairitak.
Hari sabtu ini ada pertemuan evaluasi umum komunitas. Kali ini saya harus mempertanggungjawabkan kelalain kami di hadapan komunitas. Semua bermula dari Pater Goris Nule yang meminta kami mempertanggungjawabkan kesalahan yang dibuat pada hari kamis kemarin. Saya harus menjawab sejumlah pertanyaan dari Pater Rektor yang berbicara dalam keadaan marah. Untunglah saya bisa menjawab semuanya dengan tenang. Kami sungguh dengan renadah hati mengakui setiap kesalahan kami. Pelajaran bagi saya supaya selalu teliti dalam mengerjakan segala sesuatu.

Variasi Kegiatan (17-23 Mei)

Kegiatna minmggu ini sangnat beragam. Awal pecan saya berusaha untuk bereskan praskripsi. Sudag mau hampuir akhir tahun, tetapi saya belum pernah bertemu pembimbing. Dosen pembimbing saya adalah Rm. Martoni. Beliau adalah dosen ltirugi dan tinggal menetap di keuskupan Maumere karena selain sebagai dosen ia juga menjabat sebagai sekretaris uskup. Awalnya saya sanga takut dan berpikir bahwa baliau akan marah karena baru kali ini pergi bertemu dengannya. Tetapi dugaan saya meleset. Ia sagnat ramah. Untunglah bahwa saya sudah membuat semua praskripsi saya, sehingga ketiak secara sepintas ia langsung menganggukan kepalanya dan hanya satu kat ayang keluar; “bagus”!
Setelah kami berbicara cukup lama dan berbagai topic tetapi pembicaraan yang paling hangat adalah tetnang keluarga yang saya nginap waktu liburan kemari di Larantuka, dimana Oma di rumah adalah tantna kanduing dari Romo. Saya juga bertemu dengan Om Sus yang selama beberapa bulan terakhri ini berpraktik di keuskupan, bantiu-bantu di secretariat.
Hari selalsa sore kami mengalami kekalahan yang paling tragis. Tim tingakta IV harus bertekut lutut di bawah tingakt 1 dengn skor telak 4-0. Saya sendiri hanyabermain di babak pertama, Karen asering jatuh akhirnya ditarik keluar. Sial Memang, padahal juara sudah di depan mata, karena kami cukup menahanimbang kami akan kelua sebagai juara. Tetapi itulah bola kaki, kdang kia harus berteriak merayakan kemengan, tetapi kadan juga kita harus menundukan kepala, meratapi kekalah yang dramatis.
Tanggal 20 adalah acaa pesta seklaoah atu lebih dikenal dies natalis. Acara ini dimulai dengan misa bersama yang dipimpin langsung oleh ketua sekolah yang baru, P. Bernard Raho, SVD. Ada resepsi bersama sekaligus dengan pembacaan juara perlombaan dan penyerahan hadia. Di luar dugaan katua tulis saya masuk dalam nominasi juara. Dsys berada di posisi keempat setelah teman Charles, Ence, dan Redem. Tetapi ini suatu langakah awal yang baik untuk mengembangkan minat menulis saya. Hadiah yang say adapt adalah sjumlah uang, tidak banyak sih, tetapi lumayan untuk traktir teman-teman makan, hehe.
Suarasan gembira dise natalis belum hilang kami harus berduka lagi. Kali ini musisi senior NTT, P. Daniel Kiti meninggal dunia di biara Simeon Ldalero. Rumah induk Ledlaero kemblai berduka karena kehilangna putra terbaiknya. Selama hidupnya Pater Dan sanga t berjasa bagi pengembangnamusk inkulturasi daerah. Lagu-lagu yang ia ciptakan sangat khas dan unik. Misa pengubruan berlangsung pada hari minggu di kapela agung Ledalro, dan jenasahnya dikebmukan di perkuburan Ledalero. Selamat Jalann Pater, semoga diterima di sis kanan Alllah sendiri.
Acar rekoleksi komunitas yang seyogianya diagendakanpada hari sabtu ini harus batal karena kematian P. dan Kiti. Tetapi saya diminta oleh umat di lingkunga St. Arnolfus untuk memimpin ibadat pelepasa patung. Ada tarian dan sapaan adat untuk pelepasan patung Bundan Marian ini. Bukan saja sangat inkulturatif tetapi juga sangat variatif. Ibadat dimulai pukul 19.00. Say tidak bisa mengikuti perarakan patung setelahnya karena masih ada tugas yang akan saya kerjakan di unit.

Menjadi Pendengar yang Kritis (10-16 Mei)

Saya tidak pernah membayangkan bahwa makalah yang saya buat untuk mata kuliah Moral Seksualitas dipilih dosen untuk dipresentasikan. Karena itu, dua hari belakangan ini saya siapkan bahan yang diperlukan untuk penyempurnaan teks. Saya mesti pulang-pergi ke perpustakaan, mencari bahan-bahan yang berkaitan yang berkaitan dengan homoseksualitas. Presentasi makalah dibuat pada hari Rabu ini. Diskusi cukup hangat, banyak hal yang menjadi masukan berarti bagiku demi penyempunaan makalah. Rupanya paling sulit menemukan alasan terdalam mengapa Gereja melarang pernikaan kaum homoseksual. Setelah mendengar penjelasan dari dosen saya akhirnya mengerti. Sekiranya ada beberapa alasan esensial dari perkawinan Kristen, antara lain cinta dan kesetiaan, serta persatuan mesra antara Kristus dan mempelainya Gereja.
Hari Kamis ini adalah hari libur umum. Rencana awalnya dari pagi mau ke Lekebai, tetapi SMS dadakan dari Bapak Petrus, direktur Dian Desa. Isinya di Rujok ada acara, dan harus segera ke sana sekarang. Karena itu pagi ini mesti turun ke Dian Desa lagi, dan baru kira-kira pukul 11.00 kami ke Lekebai. Grace masih sakit. Badannya masih kurus dan dia masih batuk-batuk. Di rumah ada Bety dan Egi. Kami baru pulang sore menjelangnya malam, dan langsung ke unit. Egi dan Bety terpaksa masih singgah di unit dulu karena masih hujan lebat. Kebetulan Bety juga mau pinjam buku untuk kuliahnya.
Jumat malam ada kuliah umum di Aula, dibawakan oleh Tim komisi komunikasi KWI dari Jakarta. Malam ini Ibu Ratih Ibrahim yang membawakan kuliah. Gayanya energik, penampilan elegan dan sangat komunikatif. Ia banyak menyoroti hal-hal praktis seperti penampilan fisik dari para imam di hadapan publik. Ada satu hal yang saya paling tidak suka dari dia adalah pembicaraan yang selalu kembali kepada dirinya. Kalimat bahwa ia sering kali masuk TV, terus-menerus kami dengar, bahkan sampai bosan jadinya. Ada kesan bahwa kami semua yang ada di sini tidak lebih hebat dari dia, hehehe.
Sabtu pagi-pagi kami masih turun lagi ke Ledalero karena ada kuliah lagi dari komisi Komunikasi KWI. Kali ini Pak Raymond, mantan wartawan Kompas, dan Romo Kris yang membawakn materi. Pak Raymond banyak berbicara tentang jurnalisme dan pers, sedangkan Romo Kris berbicara tentang teologi komunikasi. Ia menampilkan beberapa bahan tentang alasan dasar-dasar teologis dalam ilmu komunikasi. Penjelasan yang diberikan dari dua pembicara di atas sangat sistematis, runtut, dan sangat enak di dengar. Sebelum kuliah berakhir ada kesempatan diskusi. Kami diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Kegiatan ini dipandu oleh Pater Otto ZGusti dengan tiga orang tim penyannga yakni kae San Dancar, Kae Max Ukut, dan Kae Jeri Gatum. Satu hal yang saya bsa pelajari dari beberapa kegiatan dalam minggu ini adalah berusaha menjadi pendengar yang kritis. Kita diminta bukan hanya menjadi pendengar yang setia tetapi perlu mengkritisi setiap hal yang kita dengar.

Mayday in Activities (3-9 Mei’10)

Sisa-sisa keletihan masih terasa. Capek juga goyang sepanjang setengah hari di pantai kemarin. Hari ini menjadi sangat membosankan. Kebiasaan untuk bermalas-malasan pada hari senin mulai kambuh lagi. Pulang kuliah jam setengah 11 langsung ke unit dan tidur. Setelah itu makan siang lalu tidur lagi. Sore harinya tidak turun kuliah. Hanya sempat titip absen. Gila juga. Mata kuliah yang satu ini sudah hampir satu semester baru dua kali ikut kuliah.
Malam harinya ada ikut pertemuan bersama ketua umum dan seksi acara komunitas. Saya diutus mewakili anggota unit. Dalam pertemuan ini kami merancang beberapa hal tentang pementasan malam puisi. Pertemuan cukup lama karena masih mempertimbangkan dua hal ini, yakni waktu pementasan dan beberapa acara yang harus dipotong. Ini merupakan pementasan puisi untuk pertama kalinya selama berada di bukit Ledalero ini. Karena itu kami berkomitmen supaya kegiatan ini bisa kami jalankan dengan sebaik mungkin. Acaranya hanya puisi yang dibagi dalam 5 babak, dan jedah antarbabak akan diselingi dengan musik dari akustik ALL.
Selama minggu ini, Pater Aleks masuk dua kali yakni pada hari Selasa dan hari Rabu, karena minggu lalu lesnya diisi oleh Pater Hendrik Dori. Malas, hanya satu kali ikut saja sudah jenuh apalagi dua pertemuan sehingga jadi 4 jam kuliah. Mengajar monoton dan pembicaraan cendrung bercabang ke masalah-masalah sosial, belum dosen yang satu ini suka bicara tentang kelebihannya.
Hari Rabu sore ada pertandingan antarkelas dalam rangka kegiatan dies natalis sekolah. Kini gilaran tingkat lima yang jadi “ayam pedaging”. Mereka dibantai tidak berdaya dengan skor akhir 8-0. Maklumlah yang bermain orang-orang yang sudah tua. Saya sendiri hanya bisa menyumbangkan satu gol lewat tendangan jarak jauh. Kemenangan ini memperkokoh tim kami (tingkat III) ke puncak klasemen sementara.
Setelah pertandingan, saya langsung bergegas ke unit dan mandi karena pada pukul 18.00 ada pertemuan panitia kaul kekal bersama Pater Rektor dan para Pembina. Saya sendiri masuk ke panitia dan dipercayakan oleh teman-teman sebagai wakil ketua. Ketuanya adalah teman Toy dari wisma Arnoldus juga. Pertemuan berlangsung di Audotorium lima. Yan gpaling banyak berbicata adalah teman Gusti Monza dan Pater Goris Nule. Pertemuan kali ini seakan-akan menjadi acara talk show bagi mereka.
Pada hari Jumad, ada pertemuan lagi. Kali ini kelompok ELISA (Ende Lio Sare), kelompok para Frater asal Ende Lio, yang membuat pertemuan. Kami membahas segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatanliburan nanti. Dalam renacan kami akan berlibur di paroki Watuneso, Lio timur. Saya dipercayakan oleh teman-teman menyiapakan dua bahan dengan tema yang berbeda untuk menjadi bahan katekese, yakni Gereja Mandiri dan Moral seksualitas Kristen.

শুক্রবার, ২০ আগস্ট, ২০১০

Rekreasi Bersama IMAPALEN (26 April-2 Mei 2010)

Dalam rencana awal, pertemuan tengah semester dilaksanankan pada tangaal 20 April, tetapi karena ada beberapa alasan yang mendesak sehingga pertemuan ini baru dijalankan pada tanggal 27 April. Saya menyiapkan beberapa agenda dan catatan untuk pertemuan ini. Pertama sekali adalah evaluasi untuk kegiatan live in di Pante besar, dan kedua adalah evaluasi umum tengah semester. Awalnya teman Olu yang akan memimpin pertemuan ini, tetapi ditunggu-tunggu, tidak datang-datang sehingga saya sendiri yang mengambil alih memimpin pertemuan.
Kami membahas banyak hal dalam pertemuan ini. Teman Chikal mengawalinya dengan memberi laporan tentang kegiatan di Pante Besar, diikuti dengan kritikan dan masukan yang perlu. Pertemuan unit semakin hangat ketika diangkat perihal kedisiplinan unit. Begitu pula sarana dan fasilitas unit yang belum memdai seperti motor unit dan keyboard. Seperti biasa akhir petemuan ini ditutup dengan sepatah-kata dari Pater Prefek, P. Paskalis LIna, SVD.
Hari minggu ini ada rekreasi bersama teman-teman mahasiswa asal Ende di Maumere. Kelompok ini tergabung dalam sebuah organisasi yang bernama IMAPALEN (Ikatan Mahasiswa dan Pelajar Asal Ende Lio). Ini adalah sebuah organisasi baru yang rencananya akan dideklarasikan dalam waktu dekat. Semua pengurusnya adalah mahsiswa/I dari unipa. Rekreasi bersama diawali dengan sebuah ibadat yang dipimpin oleh Fr. Quil. Setelahnya dibacakan beberapa visi-misi dan kepengurusan Imapalen. Ada sepatah kata dari ketua terpilih dan juga dari Pembina yang hadir. Di balik teriknya sinar matahari kami sempat mendiskusikan satu dua hal berkaitan dengan ekologi dan lingkungan hidup.
Ada satu acara yang saya paling kesal yakni sebuah permainan yang dipimpin teman Noldi dan John Mere. Sangat kanak-kanankan. Maunya Pulang saja. Kami dibagi dalam beberapa kelompok secara acak-acakan. Di sini kami mengenal satu sama lain. Tapi teman-teman lain kelihatan begitu semangat, padahal saya merasa begitu menderita, sudah panas dan mesti kejar-kejaran seperti anak kecil.
Pukul 14.00, kami baru mulai makan siang. Makanan dan minuman disiapkan oleh panitia. Kami tidak keluarkan biaya sedikitpun. Setelah makan, langsung dimulai acara yang ditunggu-tunggu yakni, acara bebas. Semua orang sudah tidak sabar lagi untuk goyang. Pergi ke Pantai baru tidak goyang itu bukan rekreasi orang Maumere. Tetapi arena goyang dikuasai oleh para Frater dari tiga konvik yaitu Ledalero, Ritapiret, dan Karmel. Kira-kira pukul 17.00 kami baru pulang ke unit.

Sudah Saatnya Pulang (19-25 April 2010)

Bangun tidur hari ini matahari sudah jauh di ufuk atas. Tidak terasa, sisa-sia kecapaian yang masih melekat hampir di seluruh tubuh. Ake kaget karena dibangunkan oleh Adik kecil di rumah, karena ada tamu yang darnag. Ke tika keluar dalam keadaan masih ngnatuk, akutemui bapak ketua lingkunga telah beridiri di depan pinttu. “ Aduh no, temna-teman su tunggu di rumah untuk makan perpisahan sebelum jalan”. Aku segera bergegas ke kamar mandi, mandi secepat mungkin dan langsung berbgegas ke tumah bapak ketua lingkungan. Memang betul di sanan teman-teman tela tunggu. Ketika saya tiba, kami langsun gmulai dngn adoa makan. Sementara makan, bapak ketua lingkungan mengucapakan kata-kata terima kasih atas kunjungna kami, dan saya mewakili teman-teman mengucapakan sepata kata yang sama, terima kasih dan mphn maaf untuk smeua kelalian kami.
Serelah makan saya kembali kerumah utnuk segera berkemas karena pada pukul 10.00 nati ada acara pelepasa di Gereja. Rasanya begitu berat untuk pulang Ica dan DEde belum pulang sekolah. Begitu pula Okta. Ketika sedang mandi, adikku yan gbungsu dan lagi cengeng-cenggngnya berteriak: “flatel…ada tamu,cewe”. Aku jawba polos ddari kamar mansdi, “Iya Rendy bilang tunggu sedidkir kaka masih mandi”. Dari kamar mandi bergegas aku bergati pakaian dan langsung menuju ke depan tumah. Ternyata ICca, seorang gadis yang sudha bekerja sebagaipenerbangan datang. Ia menitipkan beberapa makanan ringan, dan memberiku sejumlah uang. Awalnya Dia hany aingin membeli buku tapi ketika aku ingi mengembalikan uang sisanya, dia menolaknya.
Stukutlah mobil Pick up di rumah dipakai untuk mengnatar kami ke pelabuhan. Karena itu ada kesempatan untuk menjemput icca di sekolah. Kami segera meluncur ke sekolah. Icca masih di dalam kelas. Ketika keluar ia langsung datang mendekat. Aku segera menggendongnya. Lalu aku meminta iisn kepada bu gutu supaya Icca bisa ikut sampai ke pelabuhan. Syukurlah ibu guru pun setuju. Dari sekolah kami langsung ke rumah sakit. Okta masih sakit. Sejak tadi pagi pergi periksa ke dokter sampai saat ini belum pulang juga. Samapi di rumah sakit ternyata belum dapat gilitan untuk perikasa. Ema dan Okta msaih tunggu di luar. Okta dalam keadaan tertidur pulas. Bahkan kedatangan kami pun, tidak menggangu tidurnya. Saya langsung berpamitan dengan Mama di situ. Menyedihkanmemang, maunya tinggal lebih lama lagi. Daru rumah sakti kami langsung bergegas ke paroki.
Di Paroki temna-teman telah banyak berkumpul di damping keluarga yang mengantar merkea. Begitu banyak barang dan jarahan yang dibawanya serta. Ketika semua mobuil sudah siap, kami mulai berdfoa dan memohon berkat Tuhan untuk perjalana kami. Perjalana ke pelabuhan seperti parade besar-besaran. Banyak kendaraan yang mengantar. Begitu juga merka yan gmengat kami. Tidak yahu berpa jumlahnya, tetapi pelabuhan Lewolwba hampir penuh sesak. Bapa, rendy dan Icca masuk ke dalam kapal, sementara Iwan tetap berdiri di luar. Icca Belum mau turun dari geongonganku, Samapi ketika kapal hendak mau jalan saya baru membujukny auntuk turun. Kapal pun mulai lepas dari bibir dremaga. Sangat Nampak banyak yan gmengusap air mata karena kepergian kami, Para otang tua, sahabat, dam kenalan hanya bisa melambaikan tangan dengna mat ayang berkaca-kaca. Selamat tinggal Lamhora, Selamta tinggal Lembata, Samapi ketemu lagi.
Kapal masih singgah di pelabuhan Waiweran guntuk menjem;put beerap apenumpang. Salah satunya adalah Amal, adik dari teman Atel yan gingin ke Larantuka. Say sempa turun dari kapal untuk memblei minuman di sekitar pelabuhan Waiwerang. Kapal akhirnya tiba di latantuka sekita pukul 16.00. Di pantai besar Geri sudah menunggu untuk menitipkan buku semata santa dan beberapa snack ringan yan gdisiapkan mama di Larantuka. Rupanya semua kami sedang lapar, sehingga Snack seketika saja habis dimakan. Kami masih singgah di Belogili, kampunya teman Sipri Daton utu Kaman siang meskipunhari sudah sore. Dis ana kami dismabut dngan sangat ramah oleh keluatag aSipri Daton. Semua mereka sangat ramah. Sayangnya kami tidak bisa berlama-lama di rumah karena harus meneruskan perjalanan. Tiba- di unit kira-kita jam Sembilan malam. Karen a Capai saya langsung etertidur. Sebelum tidur saya masih semapt berguman, “ mudahan-mudaha saya bertemu lagi semua merka yang saya tinggalkan dalam mimpi-mimpiku”.
Hal lain yan gpatut dicatat, dalam minggu ini juga kami berhasilmenglahkan dua keseblasan tanggung di Ledalero yakni tim fransiskus dan tim Agustinus. Mipi fransiskus untuk memetik kemenangan atas tim kami akhirnya tertunda lagi. Mereka menyerah dengan kekalahn tipis 3-2. Semntara itu, tim Agistinus harus puas dengna kekalahn ang mereka terima. Skor 3-1 untuk kemengan tim kami. Dnegna demikian kami berlangkah maju ke babak semifinal dnegna memipin pool A, di semifinal nanti kami akan berhdapan denga tim Yosep atau Mikhael.

Berlibur Bersama Umat Di Lamahora (12-18 April 2010)


Mimpi untuk pergi ke Lembata mulai muncul saat membaca Novel berjudul “Lembata” karya F. Rahardi. Dalam kesempatan liburan kali ini, saya akhirnya bisa menginjakkan juga kakiku di bumi Lembata. Hari senin ini kami menunggu teman-teman tingkat III lainnya di pelabuhan Waiwerang. Di sana kami bertujuh: Charles, Aim, Atel, Ka Nova, Amal, Putri dan puput, dan saya sendiri. Cukup lama memang menunggu. Kira-kira jam setengah dua belas KM Arkona muncul juga. Bersama teman-teman seangkatan, kami berlayar ke pulau lembata. Perjalanan memakan waktu kira-kira dua jam. Di sana kami telah ditunggu Pastor paroki Lamahora bersama anggota dewan lainnya. Ada lima pick up yang telah menunggu berjejer untuk menjemput kami menuju Lamahora.
Di paroki kami disambut dengan sepata kata penerimaan dari pastor paroki. Kami semua disuguhkan minuman. Ternyata cuaca di sini sangat panas. Tidak jauh berbeda dengan Maumere. Dari Paroki, kami kemudian dibagi ke lingkungan-lingkungan. Lingkungan tempat saya tinggal bernama Lingkungan St. Yohakim. Nama ini diabadikan kepada Almarhum Yohakim Longodae yang meninggal dibunuh oleh saudaranya sendiri. Beliau adalah orang pertama yang menggagas dan memulai pembentukan lingkungan ini.
Di rumah bapak ketua lingkungan kami dibagi lagi ke kelompk basis. Saya diantar ke rumah Bapa Son Oleona. Keluarga Bapa Son adalah keluarga wiraswata. Dia membuka tokoh persis di depan rumahnya, dan sebuah bengkel di sampingnya. Mama di rumah adalah seorang keturunan dayak. Ia sangat ramah dan penuh perhatian. Rumah ini punya nuansa yang sangat berbeda. Saya merasa seperti tinggal di komunitas-komunitas karya. Tidak ada jam makan yang pasti. Yang lapar silakan makan sendiri. Semua makan telah tersedia di meja makan. Selama di sini saya selalu bekerja membantu melayani para pembeli. Pukul 11.00, saya pergi menjemput Icca dan Rendy di sekolah. Pada sore harinya bersama kelima sahabat kecilku: Icca, Rendy, Okta, Putri, dan Angelo, kami bersepeda di pantai. Inilah saat-saat paling menyenangkan ketika bermain bersama anak-anak.
Pada hari selalsa malam bersama teman Aim, kami mengadakan katekese bersama, cukup banyak orang yang hadir, termasuk teman-teman kos-an yang ada di sekitarnya. Katakese diakhirir dengan berbagai pertanyaan-pertanyaan dari umat, dan kemudian dilanjutkan dengan makan bersama. Hari setelahnya selalu ada kegiatan di paroki, antara lain: pertemuan bersama Mudiak dan anak-anak sekami, mama-mama St. Ana, dan juga persiapan untuk pementasan acara serta pemantapan latihan nyanyi.
Saya sangat bersyukur ketika pada suatu senja diajak oleh Mas budi untuk pergi melaut. Dengan menggunakan perahu kami mencari kepiting dan memanah ikan. Hasilnya lumayan untuk bakar-bakar pada malam harinya. Di sini, saya pertama kali makan kepting laut. Ukuran kepiting pun besar-besar bahkan ada yang seukuran piring.
Hari sabtu ada pertandingan sepak bola melawan tim seleksi dari Lamahora. Kami berhasil memenangkan pertandingan, dan saya sendiri mencetak 1 gol. Pertandingan berlangsung sangat seru. Banyak penonton yang datang menyaksikan pertandingan. Setelah pertandingan kami diminta untuk mencicipi minuman yang telah disediakan oleh mama-mama di paroki. Malam harinya bersama teman-teman di sekitarnya kami mulai nongkrong di depan rumah bersama anak muda. Ada arak dan juga jagung titi. Ada gitar lagi di situ. Saking ramainya, bahkan ada yang mau berkelahi lagi. Kira-kira jam satu saya pamitan untuk istirahat karena besoknya kami harus menanggung kor.
Hari ini kami menanggung Liturgi di Paroki. Perayaan ekaristi dipimpin oleh Pater Paskalis Lina, SVD, didamping oleh kedua pastor paroki. Penampilan kami sangat memukau dengan lagu-lagu yang membuat umat merasa begitu terkesima, bahkan kami diminta untuk menyanyikan ulang lagu post komuni. Setelahnya ada acara perkenalan dan penyerahan hadiah. Setelah perayaan ekaristi kami semua diundang untuk santap bersama di paroki bersama bapak dewan paroki dan pengurus lainnya. Pulang ke rumah saya langsung tetidur karena capak mete malam tadinya. Banyak teman-teman yang ajak pergi rekreasi bersama tetapi saya menolak. Lebih baik istirahat, persiapan malam ada acara perpisahan di lingkungan.
Acara perpisahan dimulai pukul 07.00, diawali dengan kata-kata sapaan oleh bapak ketua lingkungan. Kemudian masing-masing kami diminta untuk memberikan pesan-kesan selama liburan dan setelahnya langsung makan bersama. Acara terakhir adalah acara bebas, kira-kira sampai jam dua dini hari. Tidak bisa sampai siang karena esok kami harus bergegas pulang dan kebanyakan dari orang tua yang harus masuk kantor.