রবিবার, ৪ অক্টোবর, ২০০৯

Lagi-lagi Pesta!!!(21-27 Sept)

“Jika ada yang mengatakan bahwa menari adalah ekspresi seni yang paling rendah, pliz don’t care about it!!!”

Senin dan selasa dalam minggu adalah hari libur. Umat muslim merayakan hari raya idul fitri. Di Maumere dua hari libur ini diisi dengan pesta penerimaan komuni pertama. Karena itu begitu banyak pesta sambut baru yang dibuat. Tenda-tenda hampir ada di setiap lorong di kota Maumere. Maklum sambut barunya dibuat serentak. Syukur, sambut baru kali ini bertepatan dengan hari libur. Hari senin siang saya tidak kemana-mana, di kamar saja. Sampai sorenya Ka’ Windy datang dari Lekebai antar Grace ke unit. Itu anak memang kalau sudah ketemu saya, lupa sudah orang tuanya ada dimana. Kebetulan Ka’Windy ada ke Maumere untuk satu keperluan, belanja barang-barang untuk peseta sambut baru keluarganya. Dan supaya tidak merepotkan, Grace dititip ke saya. Syukurlah dia tidak menangis dan cengeng. Ini kali selama di unit ia hanya di kamar saja, nonton film Barbie. Biasa dia suka lari-lari, main di kolam ikan, atau juga jalan-jalan dengan teman-teman. Kira-kira pukul 19.00 Egi (Adik dari ka Windy) datang jemput untuk makan malam, kami bertiga satu motor. Jarak rumah dari unit tidak terlalu jauh, kira-kira 400 meter.
Di rumah tamu-tamu sudah banyak sekali karena besok ada acara terima komuni pertama sekaligus acara resepsi. Sampai di rumah Ka Yanto, ka Mira, dan Risma sudah ada. Tidak tunggu lama kami langsung ke meja makan untuk makan malam. Mau pulang tapi Grace masih belum tidur, nanti dia pasti akan ikut. Lucunya, kami jadi main petak umpet dengan grace. Adik Nona yang satu ini meskipun sudah naik kelas satu SD tetap masih cengeng kalau ketemu saya. Kira-kita Jam 10 mamanya sudah temani dia masuk ke kamar untuk tidur. Pikirnya sudah tidur, eh ternyata tiga puluhmenit sesudahnya ketika mau pamit pulang dia bangun lagi dan minta ikut. Terpaksa tidak ada jalan lain, akhirnya bawa lagi ke unit. Ini malam dia tidur di kamar, dan saya harus mencari kasur lagi karena kami bertiga ditambah dengan Egi.
Pagi-pagi sekali Egi sudah bangun karena di rumah ada banyak pekerjaan. Grace belum bangun, bahkan sampai kami misa selesai dia belum bangun juga. ”Ini anak anak ke orang besar sa yang capai kerja malamnya,hehehe”. Siangnya kami baru ke rumah untuk ikut acara sambut baru. Ka Windy sekeluarga baru kembali ke Lekebai saat hari mulai malam. Setelah itu ke Maumere ada ikut acara sambut baru dari seorang adik yang belum juga saya kenal. Sebenarnya tidak jalan, karena sudah mengantuk hanya saja Mama Inge dari Ruteng datang untuk mengikuti sambut baur keponakannya. Nah, ini dia, yang sambut baru adalah keponakan dari mama Inge. Karena itu yang menjadi orientasi utama bukan mengikuti acara sambut baru tapi bisa ketemu dengan orang-orang lama. Senang juga karena setelah tiga tahun tinggalkan Manggarai akhirnya bisa ketemu lagi sama Mama Inge, Ivan dan Seren. Sayangnya Bapa dan Inge tidak datang.
Tak saya duga bahwa Seren juga ikut. Dia orang pertama yang datang dan menjemput saya bersama dengan seorang teman di depan rumah. “Ata wedhol……”! Begitulah biasanya dia memanggil saya, kemudian dia langsung datang dan mengacak-ngacak rambut saya seperti yang biasa ia lakukan dulu. Tampak ada perubahan padanya; makin tinggi, cukup cantik untuk gadis-gadis ABG, tapi wajah imutnya tidak berubah tambah lagi cerewetnya, nyentrik banget, hehe. Sekarang ia sudah kelas III SMP tapi gayanya tidak berubah seperti pertama kali bertemu ketika masih SD kelas VI. Kemudian Mama Inge datang dan mengajak kami masuk ke rumah dan bersalaman dengan adik yang sambut baru.
Setelahnya pasti ada makan, ada minum, ada cerita-cerita, sampai ketika menjelang pukul 08.00 kami harus pulang. Mama Inge ada bawa kompiang sehingga pulang ke unit bawa kompiang lagi. Seren lagi yang mengantar kami sampai ke Jalan depan karena motornya diparkir di depan. Ketika mau jalan ia datang dan berbisik sesuatu di telinga saya. “Ka…pacar dengan saya e”. Begitu katanya dengan suara yang diucapkan dengan amat keras buat telinga sakit. Nyentrik memang ini anak kalau mau main gila, saya hanya bisa menjawab; “De’ tunggu yah nanti kalau U sudah besar e”. Saya sendiri tidak menduga kalau dia akan menjawab seperti ini; “hmmm, dari dulu-dulu tunggu besar terus, kapan baru besarnya?” Saya tidak bisa menjawabnya kali ini. Yang bisa saya buat adalah mengacak-acak rambutnya. Dia tertawa dan bergegas kembali ke rumah. Teringat kembali ketika saya hendak pamit dari Ruteng untuk datang ke Maumere dua tahun silam. Dengan mata berkaca-kaca ia juga yang mengatar saya sampai ke depan pagar rumah. Ketika hendak jalan, seperti yang saya lakukan jika ingin berkelakar dengannya. “De’ pacar dengan saya ka”. Dengan logat rutengnya yang kental ia katakan; aihh, saya masih kecil e, tunggu besar dulu”. Lalu saya pun mengecak-acak rambutnya. Dia berbeda sekali dengan kakanya Inge yang agak kalem dan lebih suka pergi ke Salon (orang salon). Di rumah kalau tidak ada Seren, pasti sepi. Untuk Mama Inge sekeluarga mudah-mudahan dikarunia berkat dan rejeki yang berlimpah dari Tuhan. Amin.
Pulang dari Maumere langsung Ka Jossi di Nita. Anak pertamanya, Joshua sambut baru. Ini yang penting dan harus hadir sebab jika tidak pasti mata kuliah filsafat kontemporer tidak lulus nanti. Dosen kami yang satu ini sangat pragmatis memang. Selalu ada jembatan penghubung di ruang kuliah dan di luar kelas. Selain sebagai dosen ia juga adalah orang nomor dua di penerbit Ledalero. Karena itu sehari-hari, dari pagi sampai sore ia ada di unit bersama-sama dengan kami. Bulan September memang hari paling bahagia mereka sekeluarga. Awal bulan kemarin anaknya yang ketiga lahir dan sekarang Joshua sambut baru. Setidaknya begitulah yang diungkapkan oleh Kae Jossi sendiri bahwa bulan ini adalah bulan yang paling bahagia bagi mereka. Di rumah keluarga dari Manggarai sudah banyak karena Kae sendiri adalah orang Manggarai (Kumba). Tapi uniknya bahwa baru ini kali saya temukan pesta dengan tidak ada bunyi musik. Setelah terima tangan dengan Josua cari dan ambil makanan sendiri. Setelahnya cerita-cerita dengan keluarga yang datang. Kira-kira jam 11 saya minta Egas untuk mengantar saya pulang. Sudah terlalu capai dan ngantuk berat. Sampai di kamar lansung tertidur.
Hari rabu, kamis, dan jumat kuliah seperti biasa. Hanya hari jumat ke Koting lagi ikut acara syukuran 50 tahun hidup membiara dalam serikat sabda Allah dari Br. Benyamin Ade, SVD. Acaranya sangat meriah. Tampak sang Yubilaris sangat bahagia. Bruder, profisiat, semoga panjang umur dan bahagia selalu dalam jalan panggilannya. Esok harinya, sabtu (26) pagi-pagi sekali bangun dan siap-siap pergi mengajar. Hari ini saya dan bersama beberapa beberapa teman tidak mengikuti perayaan ekaristi karena mobil datang jemput pukul 06.00. Bahkan makan juga buru-buru. Lamanya di persiapan, mandi, dandan dan kawan-kawan, hehehe. Mengerti saja kalau keluar begini penampilan selalu ekstra, kalau sudah di depan cermin, ibu-ibu juga kalah. Ketika ditanya alasannya mau tampil modis di hadapan anak murid yang semuanya ABG. Tapi saya tidak o…hehehe. Murid-murid banyak juga, semuanya kelihatan antusias banget kalau dengar bunyi musik. Pukul 11.00 Om Eto sudah datang jemput untuk pulang kembali ke Ledalero.
Hari minggu ada pesta lagi di unit. Kali ini pesta perpisahan dengan P. Georg Kircberger yang akan cuti berlibur ke kampung halamannya di jerman. Akhir Januari baru Pater pulang. Acaranya mendadak sekali. Hari kamis malam Pater datang ketemu saya dan member tahu perihal acara tersebut. “Yahhh… Ruke, rupanya kita mesti buat pesta perpisahan lagi” Begitulah beliau menyampaikan dengan gayanya yang khas. “Hehehe, yang benar Pater, ini pesta benaran atau seolah-olah pesta?” begitulah saya bertanya, dan Pater pun melanjutkan; “Sebenarnya tidak pesta tapi saya sudah beli babi dari John, karena itu kita mesti buat acara”. Setelahnya Pater menitipkan juga uang sebesar 200.000 rupiah. Aduh, kayanya sibuk lagi nih besok.
Minggu (27), kami masak pagi, karyawati ada libur. Setelahnya misa di unit. Pater Georg sendiri yang pimpin misa. Gesit sekali hanya 30 menit saja. Kami mesti buru-buru ke pasar untuk belanja barang-barang pesta. Sialnya oto penerbit ada di unit tapi om sopirnya tidak ada karena itu saya dengan Egas turun belanja dengan sepeda motor saja. Sampai di pasar yang pusing. Kami macam ibu-ibu saja. Beli sayur, buah, bawang, cabe, dan kawan-kawan. Belum lagi Maumere panas sekali. Tambahan lagi, barang-barangnya mahal sekali. Bayangkan pepeya yang besar harga satu buah 30.000 dan nangka salak harganya 80.000 rupiah, pisang masak tidakada sama sekali. Duh kalau tahu begini saya tidak mau pergi belanja tadi. Belum lagi tidak tahu tawar. Stress, tobat cukup ini kali saja.
Pulang belanja yang lain sudah kerja. Ada yang potong babi, ada yang kerja di dapur, ada pula yang atur ruangan. Acara malamnya baru dimulai pukul 20.00. Para tamu sudah datang antara lain kae-kae yang kerja di penerbit Ledalero dan juga para undangan lainnya. Dari unit dalam yang datang hanya Altus dan Pater Budi Kleden. Kali ini saya meminta teman Ois yang memandu acara. Kelihatan semua orang sudah lapar, karena itu tanpa basa-basi kami langsung mulai dengan acara makan malam. Setelahnya baru mulai dengan acara sepatah kata dua dari Atel sebagai ketua unit, dari Pater nar sebagai Prefek unit dan dari Yubilaris sendiri. Inti dari semua pembicaraan adalah ucapan selamat jalan dan terimah kasih atas partisipasi dalam acara ini. Tetapi ada sebuah acara kejutan yang dibuat spesial untuk Pater Kirch. Kami menyiapkan sebuah kue ultah kaul yang keempat puluh dalam hidup membiaranya. Kue ini baru dipesan tadi siang, agak mendadak memang. Acara tiup lilin diiringi dengan menyanyikan lagu selamat ulang tahun dari Jamrud. Dasyat!!!!!!!, Pater Kirch kelihatan bahagia sekali. Mat ultah kaul Pater. Sukses selalu jangan lupa pulang lagi akhir januari nanti!!! Acara selanjutnya biasa dugem, hehehe…sampai capai sekali baru pergi tidur!!!

কোন মন্তব্য নেই:

একটি মন্তব্য পোস্ট করুন