শুক্রবার, ২০ আগস্ট, ২০১০

Adonara Manis e….(5-11 April 2010)


Bangun pagi ini langsung siap-siap barang. Hari ini kami akan melanjutkan perjalanan kami ke Adonara. Dalan rencana awal, kami akan menumpang kapal pagi dengan tujuan Larantuka-Waiwerang. Saya diantar ke pelabuhan oleh Bapa Hen. Dua kapal di dermaga dengan tujuan waiwerang segera berangkat. Penumpang kapal begitu padat bahkan ada yang bergantungan di sisi kita dan kanan kapal. Maklumlah semalam ada prosesi di larantuka. Ini adalah arus balik. Saya sudah bergegas ke dalam kapal ketika seorang Ibu datang dan memanggilku. Ternyata dia adalah Kakak dari teman Atel yang ditugaskan untuk menjemput kami di Larantuka. Saya akhirnya turun lagi karena rombongan kami baru akan jalan pada siang hari bersama KM. Cahaya Rahmat. Untunglah bapa Hen belum pulang sehingga bisa balik lagi ke rumah. Sambil menunggu sampai siang di rumah saya habiskan waktu bermain Play station bersama Geri dan Jeff.
Kira-kira pukul 11.30 teman Ois sms; “weh cepat su kami su di atas kapal”. Kali ini buru-buru lagi. Tapi syukurlah Kapal masih ada di pelabuhan dan akan segera berangkat. Mungkin saya orang terakhir yang masuk ke dalam kapal sebagai penumpang. Setelah pamit dengan Bapa Hen dan Jeff yang sempat antar, saya bergegas masuk ke dalam. Tiba-tiba seorang anak muda menyapaku. “Ka Rukhe tunggu”. Setelah kulihat dia adalah Amal, adiknya teman Atel. Dia ke Larantuka juga bermaksud untuk menjemput kami. Di Deg bawah penumpang penuh sesak. Ois, Aim, Ka Nova, dan puput sudah ada di dalam dari tadi. Kami berdua (saya dan Amal) tidak mendapat tempat, dan kami memilih untuk berdiri saja di dekat pintu belakang. Penumpang kali ini penuh dengan anak sekolah yang datang ikut prosesi semalam. Kapal akhirnya mulai meninggalkan pelabuhan Larantuka.
Tiba-tiba seorang gadis berusia kita 17-20 tahun datang terburu-buru dan langsung berdiri di dekat kami. Rupanya ia tidak sendirian karena ada seoarang adik kecil yang bisa saya pastikan adalah adiknya karena mukanya hampir mirip. Ia sempat menoleh ke kiri dank e kanan dan mencari tempat yang aman untuk berdiri, dan sampai akhirnya memutuskan untuk berdiri persis di depan saya. Penampilan santai, dengan celana pendek loreng, baju tipis yang ditutupi sweater merah jambu. Ada headset di kedua telinganya. Seorang gadis cantik, puith, dengan warna rambut yang sedikit pirang. Dia tipikal perempuan Adonara. Kehadirannya di sekitar kami sempat menarik perhatian anak-anak laki-laki yang ada di sekitar kami karena di situ memang kebanyakan laki-laki.
Mukanya sangat familiar. Saya berusaha untuk memperhatikannya secara seksama tetapi susah karena dia juga sedang memperhatikan aku. “duh ini orang sepertinya pernah ketemu dimana yahh!”. Suah dua puluh menit lamanya, meski saling beradu pandang tetapi saya tidak berani bertanya atau menyapanya. Uhh…biarlah, ini kategori ABG, dan jujur saya tidak terlalu antusias kalau bertemu dengan anak ABG. Aku baru menyapanya ketika menawarkan seporong es krim kepadanya. Kebetulan mama Memik di Larantuka menyiapkan makanan termasuk beberapa potong es (lumayan banyak) dalam jenis yang berbebda-beda. Ada es krim, ada ada es potong, ada es batang, es kue, dll.
Kepada semua orang saya tawarkan, termasuk kepada gadis itu. Dia mungkin orang terakhir yang saya tawarkan ketika saya melihat masih ada sisa es. “Ade…mau?” tanyaku pada waktu itu. Dia tidak menjawab memang, tetapi begitulah perempuan kalau ditawarkan masih malu-malu. Saya langsung menyodorkan ke depannya. Akhirnya dia mengambil satu dan mengucapkan terima kasih. Saat itulah saya mendengarkan suarannya. Hmm, asyik juga dengar suaranya, serak-serak basa, dan suara seperrti ini yang susah dijumpai pada semua perempuan, hahahaha.
Percakapan kami berlanjut ketika dia bertanya kepadaku kemana tujuanku. Saya jawab polos saja bahwa saya mau ke Witihama. Dia balas bertanya apakah saya orang witihama, tetapi saya langusng menjawab jujur bahwa saya hanya mau libur ke teman punya rumah. “Itu temannya?” sambil menunjuk ke arah temanku di sebelah. Aku lansung menjawab; bukan itu adik temanku. Sekarang giliran saya yang melontarkan pertanyaan apakah dia orang Adonara juga. Dia mengangguk dan berkata bahwa orang tua memang dari adonara tetapi dia tinggal di Maumere. Hmmm…padahal tinggal di Maumere, pantasan seperti familiar sekali. Saya langsung yakin bahwa kami pasti pernah ketemu. Maumere kan kota kecil bukan sebesa Jakarta yang walapun tinggal sekota tapi peluang untuk bertemu dan berkenalan sangat kecil.
Saat-saat selanjutnya adalah saling lirik dan curi pandang satu sama lain. Ahhh…rasanya seperti kembali ke anak ABG. Perjalanan sudah hampir dua jam lamanya saya belum sempat bertanya siapa namanya padahal dia sudah terlebih dahulu menanyakan namaku tadi. Ketika kapal hampir merapapat kepelabuhan Waiwerang, saya akhirnya menemukan sebuah ide, bagaimana cara mendapatkan nomor Handphonenya. Ide itu terlintas begitu saja di benak saya. Saya memimjam Handphonenya dengan alasan ingin SMS teman untuk datang jemput karena Hp-ku lagi lowbat. Dia dengan senang hati memberikan Handphone kepada saya. Tetapi rupaya saya kembali sial mungkin karena buru-buru, saya akhirnya tidak melihat pesan itu terkirim atau tidak. Saya sudah menunggu lama berharap pesan itu masuk ke dalam handphoneku tetapi ternyata tidak. Sungguh sial rupanya tidak terkirim.
Dari Waiwerang kami dijemput dengan menumpang beberapa sepeda motor ke Witihama. Tidak terlalu jauh rupanya, kira-kita 20-an km. Di sana kami menginap di teman Atel punya rumah. Kami bertugas untuk membantu membagi komuni di paroki Witihama. Malam harinya kami bertiga bersama teman Atel mengikuti rombongan konselebran maju ke depan altar. Mengambil bagian dalam perayaan malam paskah. Begitu pula dalam perayaan misa hari minggu. Pada hari Minggu paskah ini kami diminta untuk memperkenalkan diri kami. Teman Atel memperkenalkan masing-masing kami.
Setelah pulang Gereja, di rumah tamu mulai banyak. Keluarga teman Atel ternyata bukan saja di kalangan seiman tetapi juga kebanyakan sama saudara yang muslim. Banyak keluarga yang datang dan memberi salam-salaman. Hari ini kami makan daging kambing. Sore harinya ada piknik bersama di pante Watutena. Kal ini saya baru melihat langsung pante Watutena dengan mata sendiri karena selama ini saya hanya melihat dalam video klip dari lagu-lagu daerah Flores timur. Suasana di pantai sangat indah, Begitu banyak orang yang datang berkunjung. Kira-kira hari sudah mulai gelap baru kami kembali ke rumah.

কোন মন্তব্য নেই:

একটি মন্তব্য পোস্ট করুন