সোমবার, ৩০ আগস্ট, ২০১০

Menjadi Pendengar yang Kritis (10-16 Mei)

Saya tidak pernah membayangkan bahwa makalah yang saya buat untuk mata kuliah Moral Seksualitas dipilih dosen untuk dipresentasikan. Karena itu, dua hari belakangan ini saya siapkan bahan yang diperlukan untuk penyempurnaan teks. Saya mesti pulang-pergi ke perpustakaan, mencari bahan-bahan yang berkaitan yang berkaitan dengan homoseksualitas. Presentasi makalah dibuat pada hari Rabu ini. Diskusi cukup hangat, banyak hal yang menjadi masukan berarti bagiku demi penyempunaan makalah. Rupanya paling sulit menemukan alasan terdalam mengapa Gereja melarang pernikaan kaum homoseksual. Setelah mendengar penjelasan dari dosen saya akhirnya mengerti. Sekiranya ada beberapa alasan esensial dari perkawinan Kristen, antara lain cinta dan kesetiaan, serta persatuan mesra antara Kristus dan mempelainya Gereja.
Hari Kamis ini adalah hari libur umum. Rencana awalnya dari pagi mau ke Lekebai, tetapi SMS dadakan dari Bapak Petrus, direktur Dian Desa. Isinya di Rujok ada acara, dan harus segera ke sana sekarang. Karena itu pagi ini mesti turun ke Dian Desa lagi, dan baru kira-kira pukul 11.00 kami ke Lekebai. Grace masih sakit. Badannya masih kurus dan dia masih batuk-batuk. Di rumah ada Bety dan Egi. Kami baru pulang sore menjelangnya malam, dan langsung ke unit. Egi dan Bety terpaksa masih singgah di unit dulu karena masih hujan lebat. Kebetulan Bety juga mau pinjam buku untuk kuliahnya.
Jumat malam ada kuliah umum di Aula, dibawakan oleh Tim komisi komunikasi KWI dari Jakarta. Malam ini Ibu Ratih Ibrahim yang membawakan kuliah. Gayanya energik, penampilan elegan dan sangat komunikatif. Ia banyak menyoroti hal-hal praktis seperti penampilan fisik dari para imam di hadapan publik. Ada satu hal yang saya paling tidak suka dari dia adalah pembicaraan yang selalu kembali kepada dirinya. Kalimat bahwa ia sering kali masuk TV, terus-menerus kami dengar, bahkan sampai bosan jadinya. Ada kesan bahwa kami semua yang ada di sini tidak lebih hebat dari dia, hehehe.
Sabtu pagi-pagi kami masih turun lagi ke Ledalero karena ada kuliah lagi dari komisi Komunikasi KWI. Kali ini Pak Raymond, mantan wartawan Kompas, dan Romo Kris yang membawakn materi. Pak Raymond banyak berbicara tentang jurnalisme dan pers, sedangkan Romo Kris berbicara tentang teologi komunikasi. Ia menampilkan beberapa bahan tentang alasan dasar-dasar teologis dalam ilmu komunikasi. Penjelasan yang diberikan dari dua pembicara di atas sangat sistematis, runtut, dan sangat enak di dengar. Sebelum kuliah berakhir ada kesempatan diskusi. Kami diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Kegiatan ini dipandu oleh Pater Otto ZGusti dengan tiga orang tim penyannga yakni kae San Dancar, Kae Max Ukut, dan Kae Jeri Gatum. Satu hal yang saya bsa pelajari dari beberapa kegiatan dalam minggu ini adalah berusaha menjadi pendengar yang kritis. Kita diminta bukan hanya menjadi pendengar yang setia tetapi perlu mengkritisi setiap hal yang kita dengar.

কোন মন্তব্য নেই:

একটি মন্তব্য পোস্ট করুন