বুধবার, ২৪ মার্চ, ২০১০

REROROJA DAN IMPIAN KE NEGERI PANDORA (Yang Tersisa dari Pengalaman Liburan) (22-28 Feb' 10)

"'Avatar will make people truly experience something"
(James Cameron)

Langit dan bumi adalah dua nama dari komponen jagat raya yang berbeda satu dengan yang lainnya. Yang satu menunjukkan ruang dimana bintang dan benda-benda langit lainnya berpijar. Sedangkan yang lain merujuk pada suatu tempat dimana manusia dan makhluk hidup lainnya berpijak. Dalam tradisi kepercayaan lokal keduanya bak dua pengantin raksasi yang menguasai jagat raya. Langit menjadi tempat bersemayam Sang penguasa dan bumi adalah rahim yang memberikan kesuburan dan kehidupan. Tanpa berpretensi mengulas perbedaan antara langit dan bumi secara terperinci dan komprehensif, saya terobsesi untuk melihat dan mengkonfrontasikan (meskipun sangat astrak) dengan pengalaman liburan kali ini. Ada dua hal menarik yang saya peroleh dari liburan, yakni pengalaman bekerja menanam pohon jarak di Reroroja-Magepanda dan penglaman menonton film Avatar karya Om James Cameron. Menanam ratusan pohon jarak di sebuah lereng bukit tentunya menyentil kesadaran saya untuk menjaga dan melestarikan bumi, tempat kita berpijak. Sedangkan menonton film Avatar membuat saya ingin segera terbang ke langit, menuju negeri Pandora bertemu para na’vi, menikmati keindahan alamnya yang elok sekaligus berjuang mencegah serangan dari pihak manusia yang ingin mengeksploitasi alamnya. Dua pengalaman ini bisa saya gambarkan dalam uraian di bawah ini.
******
Kegiatan di Reroroja Magepanda berlangsung selama dua hari, yakni pada hari Selasa (2/2) dan pada hari sabtu (6/2). Kronologi kegiatan dan apa saja yang kami lakukan selama dapat digambarkan sebagai berikut: Pertama, (Selasa (2/2). Setelah sarapan pagi di unit, kami langsung bergegas menuju Maumere. Tiba di Kantor Dian Desa (selanjutnya:DD) kira-kira pukul 08.00. Semua karyawan DD masih sibuk menyiapkan segala sesuatu yang harus dibawa ke Reroroja. Dengan gayanya yang unik dan ramah Bapak Petrus Swarman, direktur DD menerima kami sembari mengajak kami untuk sarapan pagi sebelum berangkat. Kami tidak bisa ikut sarapan karena sudah terlanjur sampaikan bahwa kami sudah sarapan pagi di unit. Perjalanan ke Reroroja ditempuh dalam waktu satu jam Karena pada pukul 09.30 kami sudah mulai bekerja.
Di bawah teriknya matahari, kami mesti menggali ratusan lubang dengan jumlah anggotanya hanya lima orang. Tetapi saya sungguh menikmati pekerjaan ini. Makan siang di kebun dengan makanan yang dibeli dari warung. Setelah makan siang ada pekerjaan lain lagi. Kali ini kami membantu karyawan DD, membuat sebuah tempat peristirahatan, persis di bawah dua pohon rimbun (setelah nonton film avatar saya membayangkan pohon ini seperti pohon kehidupan di negeri Pandora itu). Banyak karyawan Dian Desa yang dilibatkan karena pekerjaan cukup berat, yakni membuat sebuah fondasi dengan campuran semen setinggi 2 meter. Saya hanya bisa bayangkan betapa indahnya tempat ini ketika semua pohon jarak sudah tumbuh besar. Orang akan ramai berkunjung ke tempat ini. Sebelum melanjutkan pekerjaan menggali lubang, kami diajak oleh Om Ardi untuk melihat proyek penggalian sumur di pinggiran kampung Magepanda. Kami baru pulang sore harinya dan langsung diantar ke unit.
Kegiatan kami di Reroroja berlanjut ke hari Sabtu (6/2). Pekerjaan kami bukan lagi menggali atau membuat tempat peristirahatan yang baru, tetapi kali ini kami menanam ratusan pohon jarak. Kami semua berjumlah tujuh orang dengan pembagian; satu orang menyiram pupuk, satu orang meletakkan tempurung yang masih melekat dengan sabut kelapa di setiap lubang. Kami yang lainnya mendapat tugas untuk menanamnya. Panas matahari kali ini lebih dasyat lagi. Kami harus beristirahat beberapa kali. Seperti biasa makan siang di kebun. Kira-kira jam dua siang kami harus pulang karena sebagian karyawan harus menerima tamu baru datang dari Swiss dan Perancis. Sekitar jam setengah enam sore kami baru diantar ka’e Pius Herin ke unit.
******
Pengalaman lainnya adalah menikmati serunya film Avatar. Film ini diawali dengan latar belakang seorang veteran lumpuh bernama Jack Sully (tokoh protagonis di film ini) yang direkrut menjadi anggota tim AVATAR untuk mempelajari sebuah planet yang indah bernama Pandora hanya gara-gara ia adalah saudara kembar seorang ilmuwan yang tewas tertembak saat dirampok orang. Tak lama kemudian cerita berlanjut ke perjalanan ke planet Pandora yang indah dan masih alami. Pandora adalah sebuah nama yang diambil dari mitologi Yunani, sebuah patung buatan dewa Haphaestus yang kemudian berubah menjadi gadis cantik. Suku-suku yang tinggal di planet Pandora ini benar-benar menghargai keseimbangan ini. Tidak ada niat sama sekali untuk merusak alamnya. Bahkan yang lebih indah, mereka bersatu dengan berbagai jenis binatang yang ada di Pandora.
Di sisi itulah si Jack dan awak lain mendarat pertama kali di Pandora. Singkat kata, Jack menjadi anggota tim riset yang bernama AVATAR programs. AVATAR programs ini adalah program riset khusus terhadap kekayaan alam dan fenomena-fenomena di planet Pandora itu. Riset ini sungguh unik karena para ilmuwan dengan rekayasa genetik membuat mahluk "kosongan" (semacam robot biologis) yang disebut AVATAR yang mirip dengan bangsa Na'vi (bangsa asli planet Pandora). Makhluk ini bisa "dikendalikan" dengan melakukan koneksi dengan otak pengendalinya , yaitu para ilmuan termasuk saudara kembar Jack. Satu AVATAR dibuat khusus untuk satu pengendalinya. Dan uniknya, wajah AVATAR-AVATAR itu dibuat mirip dengan pengendalinya agar terjadi kesesuaian DNA. Karena saudara kembar Jack sudah tewas, maka hanya Jack yang bisa melakukan pengendalian atas AVATAR milik saudaranya itu. Hal itu karena struktur DNA Jack sama dengan saudara kembarnya.
Sejak menjadi pengendali AVATAR itu Jack mengalami petualangan-petualangan seru di hutan Pandora yang elok dan ganas. Dia juga bertemu dengan si Na'vi cantik tapi galak, Neytiri. Asmara yang aneh membumbui kisah antara si AVATAR-nya Jack Sully dan Neytiri ini. Kebersamaan membuat mereka jatuh cinta dan Jack mulai beradaptasi dan menyukai hidup seperti bangsa itu. Ia bahkan melupakan tugasnya semula sementara manusia punya rencana lain untuk menguasai Pandora lewat pasukan yang dilengkapi dengan persenjataan dan semacam kostum robot yang membuat mereka bisa bergerak di planet itu. Jack berusaha mencari jalan damai agar pengeksploitasian di negeri Pandora tidak terjadi. Tetapi semakin ia berusaha semakin kuat pula rencana manusia untuk menguasai Pandora. Negeri Pandora akhirnya diporak-porandakan oleh manusia hanya karena ingin mengeruk kekayaan alam yang ada di sana.
******
Pengalaman bekerja di kebun Reroroja memang sangat konkret dibandingkan pengalaman menonton film Avatar. Yang satu ada di dunia riil dan yang lainnya merupakan dunia imajinasi ciptaan James Cameron. Saya bisa terlibat langsung bekerja di kebun yang tentunya memberi banyak nilai dan masukan secara khusus tentang etika lingkungan hidup. Tetapi menonton film Avatar tak sekadar membuat dahi saya mengerut lantaran petualangan dramatis di negeri Pandora tetapi juga menyisipkan pesan moral yang amat kental, yakni bagaimana seharusnya manusia memperlakukan buminya, seperti halnya kaum Na''vi yang menjadikan negeri Pandora sebagai ranah yang harus terus dijaga dan dipelihara.
Dua pengalaman ini memang berbeda. Tetapi ada satu titik penghubung berupa pesan moral yang ada di baliknya, yakni soal kesadaran untuk menjaga dan melestarikan bumi kita. Menanam pohon di tengah padang yang gersang membangkitkan angan-angan saya tentang keadaan alam yang indah dan elok bak negeri Pandora-nya Avatar, tentang pohon suci kehidupan milik kaum Na’vi di atas lapisan langit serta keseimbangan alam lingkungannya. Sebaliknya menonton film Avatar menyentil animo kesadaranku untuk menjaga dan melestarikan bumi kita. Menyelamatkan bumi dari keserakahan manusia harus dimulai sekarang juga dan dengan lingkugan alam yang ada di sekitar kita. Dengan begitu negeri Pandora yang elok bukan hanya menjadi negeri imajinasi tetapi bisa kita saksikan dalam waktu yang akan datang. Janji Om James Cameron bahwa kita akan merasakan sesuatu setelah menonton Avatar (Avatar will make people truly experience something) sungguh benar terjadi. Sesuatu itu tidak lain adalah kesadaran untuk menyelamatkan bumi kita. (Rk)

Seloroh Panjang Untuk Virgin (15-21 Feb' 10)

Virgin Sahabatku…
Paras ayu dan senyum manismu
Mengegetarkan kalbu para adam
Hasrat mendamba tanpa kompromi
Kala senja menjemput malam
Ka uterus melangkah penuh ceria
Menapaki lorong-lorong nan sepi
Tak kau sadari mata liar membuntut
Tiba-tiba tangan kekar mencekal
Ongin menjerit tapi apalah daya
Kau pasrah dalam tangisan perih
Betapa rakusnya dia dalam kemolekanmu
Virgin,,… Itulah mahkota para gadis
Tapi, virgn sahabatku berduka
Kini meratap aib karena ternoda
Oleh lelaki biadab bersosok drakula
Maafkan aku virgin,
Tak menemani kala itu
Aku tahu kau merasa terpuruk
Tapi tegarlah, tatap masa depan
Bersamakita bisa merenda asa dan cita.

(Dari seorang sahabat)

Seorang gadis datang kepada mamanya dan bertanya, “ma,,,,berapa harga perawanku?” sang ibu berpikir sejenak lalu berkata; “tidak dijual saya”. Tidak puas dengan jawban iunya ia pergi ke ayahnya dan bertanya: “ pak…apakah perawanku sama mahalnya dengan emas dan gading?” Ayahnya hanya diam dan balik berkata kepaanya: “renungkalah apa arti perawan bagimu…itulah harganya”.

Seorang gadis datang mengatkan kepaa saya bahwa ia tidak perawan lagi. Ini ssuatu yang jarang dilakukan kaum perempuan yang notabene dikenal sebagai makhluk yang suka menyimapn rahasia pribadinya. Dngan sejuta kata maaf mengisahkan kepada saya. Tetapi entahkah aku mesti percaya semuanya itu? Kronologi ceritanya tidak runtut dan terkesan dibuat-buat. Yang aku bisa lakukan adalah menjadi pendengar yang setia. Sebenarnya aku tidak berharap ia akan cerita begitu kepadaku, meskipun aku tahu dari awalnya arah cerita akan sampai ke situ. Aku justru lebih berharap jika ia bertanya kepadaku apa arti perawan? Apakah perawan selalu diidentikan dengan yang suci? Mengapa ada stigma bahwa yang tidak perawan identik pula dengan yang tidak suci. Ahh…perempuan selalu saja jatuh dalam jurang ketidakadilan.
Hai virgin, bangun dan tataplah masa depan..!!!

Semuanya Kash Sayang (8-14 Feb’ 10)

Ide tentang membuat acara valentine day terlintas begitu saja dalam benak saya. Ide yang telah ada itu akhirnya saya sampaikan pada teman-teman dekat. Semua setuju untuk mengadakan suatu acara bersama di wisma, meskipun ini menjadi hal baru yang tidak biasa dibuat. Ide tersebut saya sampaikan kepada Pater Prefek, Pater Paskalis Lina, seorang imam muda yan baru saja menyelesaikan studinya di Roma. Gayung bersambut, akhirnya ia menyetujuai acara ini dengan cataan dibuat untuk meningkatkan rasa cinta kasih dengan sesama ikita. Kemudian, Sebagai ketua unit, saya membentuk sebuah tim yang bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan acara. Tim itu saya beri nama tim 5, mengikuti sebuah tim yang popular akhir-akhir ini, yang dibentuk presisden SBY untuk mencari informasi tentang masalah di KPK. Anggota tentu terdiri dari 5 orang sesuai dengan namanya. Setelahmengadakan pertemuan teman-teman langsung memilih saya sebagai ketuanya.
Selama seminggu ini, bersama teman-teman, kami membuat rancangan acara yang agak beda dengan acara-acara biasanya. Hai kamis setelah pulang kuliah langsung ke Maumere untuk membeli beberapa keperluan pesta nanti. Ini yang sungguh membosankan. Saya harus membelikan beberapa ornament dekorasi seperti bunga, balon, dll. Seumur hidup ini pertama kali saya membeli barang-barang seperti ini. Pulang dari pasar saya harus ke Patisomba lagi kunjung ade mea yang barusan permandian. Pulang dari sana disuruh bahwa pisang satu tandak. Saya sudah berusaha untuk menolak, tetapi mama di rumah kemudian berkata, “ bahwa saja de, nanti mungkin kalau kepingin makan pisang tinggal makan saja toh”. Seketika itu juga saya langsung ingat bahwa hari minggu ini ada acara di wisma. “Aduh bawa saja, mungkin ini akan jadi makanan tambahan nanti”. Pulang kembali ke unit langsung disambut dengan ledekan dari teman: “uhh…ibu-ibu, baru pulang dari pasar yah?” Dalam hati sata hanya bisa berkata: “ aduh sialan!!”
Bersyukur sekali bahwa hari valentine jatuh pada hari minggu, sehingg a ada kesempatan untuk menyiapkannya dari pagi. Lauk makan siang untuk hari minggu kami pindahkan ke malam. So, siangnya terpaksa makan ikan kering karena beberapa ekor ayam akan dipotong untuk acara malam. Teman Thalis dan Ois, mulai mendekorasi ruangan. Acaranya akan berlangsung di kamar rekreasi. Tidak seperti biasanya yang dibuat di kamar makan. Seluruh acara di buat dalam satu paket. Acara dimulia pada pukul 16:00, yang dibuka dengan Futsal kasih sayang. Dalam pertandingan futsal ini kami dibagi dalam dua tim seturut unit dimana kami tinggal awalnya yakni tim Gabriel dan tim Mikhael. Kami dari tim Gabriel mengenakan kostum orange dan teman-teman dari unit Mikhael mengenakan kostum biru. Pertandigan Futsal akhirnya dimenangkan oleh kami, unit Gabriel dengan skor 5-3. Setelah pertandingan langsung berkumpul untuk menyantap kolak kasih sayang, yang telah disiapkan oleh seksi konsumsi Paul, dkk.
Setelahnya, kami bergegas mandi, untuk siap-siap mengikuti ibadat kasing sayang. Tampak para tamu mulai berdatangan. Ibadat dikemas dengan sangat kreatif oleh teman Charles. Dalam renungannya, ia mengajak kita semua untuk berbagai kasin sayang dengan orang lain orang lain bukan hanya pada kesempatan sekarang ini tetapi kapan dan dimana saja kita berada. Renungan itu berjudul “Make Love Not war”. Sebuah judul yang diambil dari ungkapan yang pernah popular ketika terjadi perang Vietnam. Renungan ini juga diawali dengan kutipan dari buku crime and punishment karya novelis Rusia, Dostoyevsky. Sudah tentut hanya mau menggambarkan kekuatan daya cinta Sonia. Yang membuat ibadat makin menarik di dalamnya ada masmur cinta yang didaraskan bersama-sama. Musik pun mengiringi ibadat, bukan membuat suasana makin romantis, tetapi semuanya hanyut dalam kesadaran bahwa yang namanya cina mesti dibagaikan kepada sesama.
Setelah ibadat, semuanya langsung ke kamar makan, menyantapi makanan apa adanya. Para tamu dibagi ke meja-meja. Di kamar makan kami hanya menghabiskan waktu sekitar 30 menit karena mesti cepat-sepat ke ruang rekreasi untuk mengikuti acara selanjutnya. Ruangan rekreasi tampak sangat cantik malam ini. Ada tiga lukisan besar yang menutupi dinding-dinding ruangan. Di tengah terdapat sebuah logo bertuliskan pujangga sendal jepit. Di sudut sana ada layar yang ditata amat indah dengan tulisan “From Your valentine”. Acara baru dimulai pukul setengah Sembilan malam karena teman-teman masih sibuk mempersiapkan kado valentine. Ada juga para tamu yang datang ingin menyumbangkan lagu sehingga masih butuh penyesuaian dengan organis.
Mestinya malam ini teman Aim yang dipilih menjadi MC. Awalnya ia sudah menerimanya meskipun ia belum sekalipun berdiri di depan umum sebagai MC. Ketika acara mau mulai ia memanggil saya dan minta kesediaan untuk menjadi MC. “Kenapa bro?”, begitulah saya bertanya hendak mencari tahu alasannya. “ Aduh tadinya saya pikir tamunya hanya sedikit tetapi sekarang ada banyak tamu, nyali saya langsung ciut, kawan”. katanya dengan logat kupang. “Wuhhh parah ne, saya juga mau oemong apa”, jawabku. “Yah lu tolong sa…Lu kan sudah biasa MC to? Katanya dengan nada memelas. ” Sialan…!!” kataku dalam hati. Saya akhirnya menerima saja karena acaranya toh akan segera dimulai.
Acara dimulai dengan menyanyikan bersama lagu kasih yang sempurna (Bapa yang kekal). Selanjutnya ada satu dua kata dari kae-kae kaul kekal. Kae Gusti Fasak dipilih untuk mewakilinya. Acara selanjutnya adalah acara request lagu. Teman-teman yang dipercayakan membawakan lagu dimnta untuk menyanyikan di depan. Saat inilah muncul pendatang baru seperti Cello, Elly, dan Kae Ebit. Ada juga tamu yang datang bernyanyi. Pokoknya organis stand by di panggung utama. Setelah acara bernyanyi ria, kami beralih dengan acara tukar kado. Ini yang paling nyentrik. Semua kado dikumpulkan lalu dibagi satu persatu ke masing-masin gorang. Ada yang bungkusannya besar dan cantik, tetapi didalamnya hanya satu buah sampoo bungkus harga lima ratus rupiah. Yang jahat dari teman-teman adalah mereka langsung buka saat itu juga. Teman Eksel mempunyai kado yang paling lain yakni sebuah lukisan bergambarkan bunga mawar. Dalam konsep awalnya ia hendak menghadiakan itu kepada seorang cewek yang sempat hadir malam ini, tetapi sayang karena dibagi secara acak akhirnya lukisan itu jatuh ke tangan Egi Binsasi. “Dengan spontan ia langsung berujar; “sialan, jeruk makan jeruk”.
Pater tidak sempat hadir, pada acara ini karena ada tamu yang mendadak datang di Ledalero. Setelah acara tukar kado, masih ada acara lain lagi yakni tusuk balon. Ada lima balon utama yang tergantung di tengah ruangan. Di dalamnya tentu berisikan kupon yang berisiskan suruhan atau perintah. Yang menusuk balon pertama adalah yang mewakili teman-teman kelas dua. Teman Thalis dipercayakan untuk mengambil undian, dan pilihannya jatuh pada teman Elly. Jadi teman elly yang menjadi penusuk balon pertama. Setelah menusuknya, ada pun suruhan yang ia dapatkan yakni bercerita tentang pengalaman jatuh cinta. Suasana makin ramai karena, dari sekian banyak orang, teman Elly lah yang paling imut, dan dia selama enam tahun berada di seminari sehingga terkesan sangat lugu. Tetapi ia sangat jujur menceritakan bahwa ia belum pernah pacaran, hanya pernah naksir orang. “Hehehe, yang benar saja nih,,kalau begitu siapa yang mau pacaran dengan teman kita yang satu ini sillakan tembak dia duluan”. Kelalakarku disambur dengan suara tawa dari banyak orang.
Penusuk balon yang kedua adalah teman Eksel. Suruhannya adalah bergoyang sambil diiringi lagi Nona Lia. Teman eksel yang terkenal sebagai seorang yang humoris, membuat suasana makin kocak, Semua orang memegang perut karena saking lucunya. Balon yang ketiga berisikan suruhan untuk mengekspresikan pengalaman ditolak oleh cewek. Sedangkan balon yang keempat ditusuk oleh teman Cello, yang kuponnya berisikan perintah untuk menunjukkan cara berdansa yang paling baik. Kebetulan balon terakhir kami percayakan kepada para tamu yang tusuk. Adik Elin, seorang mahasiswi akper St. Elisabeth Lela, dan suruhannya yang sama yakni berdansa. Maka, kami sepakat untuk menggabungkan keduanya. Teman Cello dan adik Ellin akhirnya berdansa. Ketika sampai di pertengahan lagu, ternyata muncul beberapa pasangan lain yang ingin berdansa pula. Sialan,,,,padahal yang lain ada maunya…hehe!
Acara terakhir adalah sepatah kata dari Tim 5, saya sendiri yang langsung mewakilinya, sekedar momohon maaf atas acara yang alakadarnya dan sekaligus berterima kasih untuk semua yang sempat hadir dalam acara ini. Acara ditutup dengan gawi dan jai bersama. Selanjutnya, adalah acara bebas. Ada yang bergoyang ria, ada yang lebih memlih untuk bercerita dengan teman-teman. Makanan ringan disedikan diatas meja, yang ingin makan dan minum silakan ambil sendiri. Satu hal yang bisa saya terima dari pengalaman hari ini adalah: kita tidakmesti membatasi anugerah cinta yang diberikan Tuhan kepada kita, hanya untuk diri kita sendiri. Cinta itu mesti dibagikan kepada sesama kita. Hari ini kami telah melewati bebrapa kegiatan yang bernuansa kasing sayang, futsal kasing sayang, ada makan kolak kasih sayang, ibadat kasih sayang, acara makan kasih sayang, bagi-bagi kado kasih sayang, pokoknya semuanya kasih sayang,hehehehe!!!

বুধবার, ১৭ মার্চ, ২০১০

MAKNA DI BALIK PENGALAMAN (1-7 Feb)

Tak jarang orang merasa jenuh dengan kegiatan yang ada. Terkadang pula orang merasa bahwa setiap kegiatan yang diulang terus-menerus adalah aktivitas klasik yang monoton. Orang cenderung mencari suatu kegiatan lain yang mungkin lebih santai dan penuh dengan suasana rekreatif untuk menghilanhkan rasa jenuh. Persis seperti itulah yang selalu dilakaukan orang ketika memasuki masa liburan. Mengenai situsi jenuh ini, saya pernaha bertanya kepada Pater Kirch demikian: “Tuan, apa tidak bosan setip hari mesti bangun jam 04.30, dan sore harinya pukul 15.30 harus cek air di bak?” Pater tidak menjawab dengan mengungkapkan alasan tetapi dengan sebuah pernyataan yang sarat makna, “ Kalau setiap kegiatan dilihat sebagai peristiwa tentu setiap orang akan cepat merasa bosan, tetapi jika dilihat sebagai latihan yang terus menerus, maka kita sebaliknya tidak akan pernah merasa jenuh Karena di dalamnya yang kita peroleh adalah bobot intensitasnya”. Saya akhirnya sadar bahwa hal yang paling penting dalam menjalani suatu rutinitas hidup adalah bobot intensitas yang kita terima. Sama halnya dengan seorang yang sedang latihan bermain musik, dari hari ke hari bobot intensitas semakin bertambah.
Awalnya saya tentu mempunyai asumsi yang sama tentang rutinitas yang menjenuhkan. Tetapi kata-kata Pater di atas setidaknya menguatkan saya untuk tidak pernah jenuh dengan setiap kegiatan yang ada. Karena itulah, saya menerima tawaran dari teman Charles untuk mengisi liburan ini dengan mengisi liburan kali ini di Yayasan Dian Desa. Cukup berat memang, karena saya mesti membatalkan semua program yang telah saya buat sebelumnya. Tetapi kesempatan seperti sangat berharga dan berguna untuk mengembangkan kemandirian dan kreativitas kita.

Gambaran Kegiatan
Kegiatan kami berlangsung selama lima hari. Ada tiga kegiatan umumnya yang saya rangkum, yakni: kegiatan lapangan di Reroroja (kecamatan Magepanda), kegiatan di Pulau Pamana, dan kegiatan pendalaman berupa sepatah kata peneguhan dari kakak-kaka di Dian Desa. Pertama, Kegiatan Cinta lingkungan. Kegiatan in belangsung selama dua hari yakni pada hari selasa (2/2) dan Sabtu (6/2). Pagi-pagi setelah makan kami mesti cepat-cepat turun ke Maumere karena tepat pukul 08.00 kami mesti harus berangkat ke Magepanda. Pada hari selasa dari pagi sampai sore kami bekerja di kebun. Pekerjaan kami adalah menggali lubang untuk menanam pohon jarak (dammar) di salah satu lereng bukit.
Di bawah teriknya matahari, kami mesti menggali ratusan lubang dengan jumlah anggotanya hanya lima orang. Tetapi saya sungguh menikmati pekerjaan ini. Makan siang di kebun dengan makanan yang dibeli dari warung. Setelah makan siang ada pekerjaan lain lagi. Kali ini kami membuat sebuah tempat untuk istirahat, persis di bawah dua pohon rimbun. Banyak karyawan Dian Desa yang dilibatkan karena pekerjaan cukup berat, yakni membuat sebuah fondasi dengan campuran semen setinggi 2 meter. Saya hanya bisa bayangkan betapa indahnya tempat ini nanti ketika semua pohon jarak sudah tumbuh besar. Orang akan ramai berkunjung ke tempat ini. Kami baru pulang sore harinya dan langsung diantar ke unit.
Pada hari sabtu, yang kami kerjakan bukan lagi menggali atau membuat tempat istirahat yang baru, tetapi kali ini kami menanam pohon jarak sebanyak 500 pohon. Kami semua berjumlah tujuh orang dengan pembagian; satu orang menyiram pupuk, satu orang meletakan tempurung yang masih melekat dengan sabut kelapa di setiap lubang. Kami yang lainnya mendapat tugas untuk menanamnya. Panas matahari kali ini lebih dasyat lagi. Kami harus beristirahat beberapa kali. Seperti biasa makan siang di kebun. Kira-kira jam dua siang kami harus pulang karena di dian desa ada tamu yang baru datang dari Swiss dan Perancis.
Kedua, Water Pyramid Pamana. Setelah mendapat isinan dari Pater prefek, sesudah pertemuan unit pada hari rabu (3/2), kami langsung ke Maumere untuk siap-siap bergeggas ke pulau Pamana. Kami tidak sempat mampir ke Dian Desa karena buru-buru ke pelabuhan. Syukurlah kapal ke Pemana belum berangkat. Seharusnya sudah berangkat karena biasa paling lambat jam satu siang. Tetapi kali ini kapal masih menunggu bos kapal yang masih ada urusan di Maumere. Kami baru bertolak dari pelabuhan kira-kira pukul 14.00.
Perjalanan kira-kira berlangsung selama dua jam. Kami turun di Nolo, sebuah kampung di pantai selatan pulau Pamana. Seorang karyawan dian desa telah menunggu kami di sana. Dari pelabuhan menuju ke rumah pyramid sekitar setengah kilo. Kami menempuhnya dengan berjalan kaki. Kami menginap di sebuah rumah dekat water pyramid bersama ketiga teman dari dian desa yang bekerja di sana. Sore itu kami dijelaskan bagaimana keseluruhan proses penyulingan dari air laut menjadi air tawar. Intinya adalah proses kondensasi atau penguapan. Dengan bantuan matahari akan terjadi penguapan. Hasil uapan akan disalurkan ke suatu wadah. Air hasil uapan ini adalah air murni, air aki, yang bisa diambil untuk dijual. Kemudian air ini akan dialirkan ketempat filter. Disana akan digabungkan dengan mineral dan karbon. Dan kita bisa langsung mengkonsumsinya. Tidak rasa asin atau kapur lagi. Sungguh ini teknologi gila. Saya bersyukur karena dijelaskan dengan sangat detail tentang teknologi ini.
Hari kamis, kami diajak jalan-jalan di sekitar kampung, melihat proyek jamban (toilet). Sangat beruntung masyarakat Pamana. Mereka dibangun dengan cuma-cuma Wc, hampir setiap keluarga. Keadaan masyarakat di pulau Pamana masing cukup sederhana. Penghasilan mereka adalah yang mereka peroleh dari kerja melaut dan menjual rombangan. Mereka tidak pernah mengharapkan hasil kebun karena lokasi yang sangat gersang dan berbatu. Apalagi hujan tidak pernah turun. Seorang bapak pernah mengisahkan kepada saya, bahwa tahun ini akan terjadi kelaparan hebat karena huan tak kunjung datang sementara hasil melaut dan dagang mereka kian berkurang.
Hari Jumat pagi-pagi kami bertiga diperkenankan masuk ke dalam rumah pyramid yang seharusnya dilarang masuk kepada setiap pengunjung. Kami bersyukur karena mendapat izinan langsung dari pimpinan Dian Desa. Kami masuk ke dalam tepat pukul 05.30, dan harus bergegas cepat keluar sebelum matahari muncul. Karena jika terkena sinar matahari panasnya bisa mencapai lebih dari 50 derajat Celsius. Jam 8 pagi kapal bertolak dari Pamana.
Ketiga, bincang-bincang dengan beberapa kakak di dian Desa. Ada satu dua hal yang dibicarakan tentu menguatkan saya dalam memaknai hidup ini. Saya sangat tertarik dengan sharing dari kae Pius Herin tentang kemandirian dan perjuangan hidup. Saya akhirnya setuju bahwa perjuangan untuk mempertahankan hidup tidak mudah.

Menimba makna Pengalaman Hidup
Jika kegiatan ini hanya untuk sekedar berlibur dengan nuansa rekratif maka saya mungkin memilih untuk tetap tinggal dan tidak mengikuti kegiatan ini. Tetapi yang kami lakukan adalah bekerja dan melatih keterampilan kami. Tiga hal yang seperti yang saya jabarkan di atas ternyata memberiku banyak nilai. Dari segi pengalaman saya sungguh diperkaya, tetapi ada juga nilai-nilai lain yang sangat sangat berkaitan langsung dengan hidup dan panggilanku.
Pertama, nilai perjuangan. Penglaman ini mengajarkan saya bahwa yang namanya hidup itu tidak semudah membalikan telapak tangan. Hidup itu butuh perjuangan. Nilai perjuangan ini saya peroleh dari pengalaman bekerja di bawah teriknya matahari. Entah disengaja atau tidak waktu kami bekerja tidak ada air untuk minum sekedar pelepas dahaga, saya yang sudah sangat haus akhirnya meminta air dari seorang kayawan. Ia kemudian mengambil aqua tab, karena memang yang ada hanya itu saja. Saya merasa sangat susah untuk minum air ini, baunya begitu menyengat. Tetapi apa boleh buat, air tidak ada lagi, terpaksa diminum saja. Hasilnya bukan melepaskan dahaga malah membuat saya pusing. Ketika pulang ke kantor Dian Desa bapak Petrus, pimpinan Yayasan Dian Desa, mengejek saya, “makanya sesekali keluar juga rasakan sulitnya hidup di luar dan jangan terlalu manjakan diri dengan hidup yang enak-enak dalam biara”. Sialan…tetapi benar juga setelah saya pikir-pikir kemudian.
Di sini, saya diajarkan bahwa untuk mecapai sesuatu yang kita cita-citakan butuh perjuangan dan kerja keras. Dalam hal ini termasuk menapaki tapak-tapak panggilanku. Saya kembali teringat kata-kata bapak pembimbing rohaniku, bahwa perjalanan yang paling melelahkan adalah perjalanan menuju batin kita. Dan separuh bagian dari formasi kita adalah pergulatan dengan batin, soal disermen dan refleksi-refleksi. Ini baru bergulat dengan batin. Belum lagi kita dihadapkan dengan tuntutan akademis, pastoral misoner, dll. Dengan pengalaman bekerja seperti ini saya diajarkan untuk tetap melihat panggilanku sebagai sesuatu yang mesti perlu diperjuangkan.
Kedua, mengasah kreativitas. Berkreasi merupakan salah salah satu ciri khas manusia. Hidup tanpa kreativitas sebenarnya tidak layak untuk dihidupi. Pola hidup tanpa kreativitas adalah pola hidup pasif dan reseptif. Bergabung dengan lembaga sosial masyarakat (LSM), yang terlepas dari institusi formal pemerintah, sangat dibutuhkan kreativitas dari anggotanya. Saya melihat bahwa orang yang bekerja di Dian desa sangat tekut dan terampil baik itu di lapangan maupun di kantor. Pengalaman ini mengajarkan saya untuk lebih kreatif sehingga hidup tidak terkesan monoton. Kreativitas bagi kita sebagai kaum religius misioner menggairahkan panggilan kita. Tanpa kreativitas hidup akan monoton. Mungkni saja panggilan akan terasa sangat kering.
Ketiga, kemandirian. Dalam bincang-bincang dengan teman-teman di Dian Desa, saya sempat tersentak ketika mendengar komentar bahwa, kita yang tinggal di dalam biara tidak mengerti banyak tentag kesusahan masyarakat di luar. Ini sebuah kritikan. Hidup itu sangat sulit. Untuk bertahan hidup orang mesti membanting tulang. Kita di dalam biara segala sesuatu telah disiapkan. Jika tiba waktu makan, kita berbondong-bondong ke kamar makan, santap makanan yang telah disediakan dan hasil dari usaha kerja keras orang lain. Sepintas saya merasa kaget karena toh itulah konsekuensi hidup membiara. Tetapi yang berbicara adalah kakak-kakak dari LSM yang tentunya banyak mengetahui keadaan masyarakat kecil sekaligus mereka juga pernah lama tinggal di dalam biara. Saya akhirnya menginsafinya, Yah begitulah. Tetapi pesan menarik yang saya terima adalah mulai dari sekarang saya mesti bisa hidup mandiri meskipun tinggal dalam komunitas. Bisa dimulai dari hal-hal sederhana seperti hemat menggunakan uang pribadi atau selalu mencatat setiap pengeluaran dan pemasukan. Tanggung jawab terhadap setiap tugas yang diberikan kepada kita, dll. Selain itu, ada hal lain yan gbisa say terima dari pengalaman ini. Singkatnya dengan kegiatan semacam ini saya sungguh diperkaya.
Akhir kata, suatu ketika kakak saya pernah menceritakan pengalaman pastoral kepada saya. Dia baru saja menyelesaikan praktik pastoral di salah satu paroki di pulau jawa. Kepada saya diceritakan bahwa ketika pertama kali datang ke paroki tempat ia berpraktik, seorang bapak bertanya kepadanya: “Frater, datang kesini bawa apa ke sini? Kalau hanya menegaskan bahwa Allah itu baik kami sudah tahu”. Kakak saya hanya bisa terdiam, begitu kisahnya. Kiranya pengalaman beberapa hari berada di Yayasan Dian Desa memberikan saya keterampilan dan pengetahuan praktis yang cukup untuk bekal pastoralku di masa depan. Saya selalu yakin bahwa dalam setiap pengalaman selalu ada makna dannilai yang bisa kita petik. Sekali lagi, pengalaman ini sungguh memperkaya diri saya.

Dua Kesalahan Teknis (25-31)

Hari-hari belakangan ini seolah-olah menjadi hari paling penting dalam hidupku. Tentu saja aku tidak ingin gagal untuk sebuah usahaku, apalagi usaha yang telah aku lakukan selama satu semester lamanya. Siang dan malam sama-sama padatnya. Setiap hari setelah mengikuti ujian, langsung mulai dengan belajar mempersiapkan diri untuk ujian esok harinya. Kadang siang tidak lagi istirahat, diisi dengan membolak-balikan soal-soal dari tahun-tahun sebelumnya. Sore harinya bangun belajar lagi.sampai dengan pukul 06:45, setelahnya langsung mandi dan bergegas ke kapela untuk mengikuti ibadat sore. Malam hari setelah makan, lanjut diskusi dengan teman-teman, dan di tutup dengan belajar pribadi samapi larut malam. Kadang samapi jam satu malam, kadang juga bisa lebih dari jam satu malam. Esok pagi baru bangun ketika lonceng misa berbunyi.
Tetapi dalam minggu ada dua kesalahan yang saya buat mengenai berkaitan dengan ujian, yakni ujian mata kuliah Kristologi dan mata kuliah pilihan Ethos Global. Persoalan yang terjadi pada mata kuliah Kristologi adalah slah mengerjakan soal. Kami diberi soal tiga bagian, yakni bagian A, B, dan C. nah, suruhannya adalah pilihlah salah satu satu dari masing-masing soal di bawah ini. Dari awalnya saja saya hanya membaca sola sepintas, dan mengerti bahwa yang harus kami kerjakan adalah pilih salah satu bagian, A, B, atau C. tetapi yang dimaksudkan dosen adalah pilih salah satu nomor dari masing-masing bagian. Celakanya, saya pilih bagian B, yang hanya terdiri dari dua soal karena seharusnya yang kami kerjakan mesti tiga soal seluruhnya. Karena hanya dua soal, saya kerjakan itu dalam waktu tidak sampai satu jam, tetapi semua lembaran jawaban diisi penuh.
Ketika selesai ujian, saya baru mendengar informasi dar teman-teman bahwa kami harus mengerjakan soal tiga nomor, pilih satu dari masing-masing bagian. Seketiak itu juga saya segera mencari dosen untuk menanyakan perihal tersebut. Dosen Kristologi, P. Yanus Lobo, SVD, waktu itu sedang ada di kamarnya ketika saya ketuk. Dari dalam kamarnya ia menjawab; “Ia silakan masuk”. Saya pun mengutarakan maksud kedatangan saya. Reaksi Pater biasa saja, seperti biasa tetap JAIM (jaga imej). Dia toh tetap konsisten dengan suruhan soalnya. Dan tentang ini nanti waktu periksa tetap dibagi dengan tiga. Saya makin cemas, kalau lulus poinnya harus mencapai 17 sehingga jika dibagi tiga apatnya 5,6 (C). dan itu mengandaikan saya mendanpatkan poin masing-masing 8,5 untuk masing-masing nomor. Akhirnya, saya pasrah, tunggu saja nilai keluar nanti.
Sementara itu, yang menjaid persoalan pada mata kuliah Ethos Global adalah saya mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh. Mengapa demikian, bayangkan saja besoknya mau kumpul hari ni baru saya kerja Paper. Apa yang saya kerjakan itu, tentu tidak maksimal karena keterbatasan sumber dan terlalu buru-buru mengerjakannya. Bayangkan saja, Jam 10 pagi batas waktu pengumpulan, saya baru print out jam 9: 45. Tidak ada lagi koreksi akhir, yakin saja bahwa apa yang diketik sudah benar. Perjalanan ke kampus selama 10 menit, masih tunggu bemo lagi, dan baru masuk ke kelas persis pada waktu loneng dibunyikan. Sepintasa ada perasaan legah, karena pas waktunya. Tetapi rasa cemas tetap ada karena say sendiri tidak yakin akanmendapat nilai baik. Tunggu saja hailnya nanti.
Dua kesalahan teknis di atas, mestinya tidak saya lakukan dan memang tidak perlu saya lakukan. Ini pelajaran untuk tidak boleh menggap remeh terhadap segala sesuatu. Dari dua pengalamn ini lahir pula dua hal yang menjadi masukan berharga, yakni: pertama, selalu teliti membaca dan mengerjakan soal, dan kedua, tugas-tugas yang diberikan sebaiknya dikerjakan jauh-jauh hari sebelumnya, bukan esoknya mau kumpul baru dikerjakan malam ini. Perlu ada persiapan bahan dalam mengerjakan tugas-tugas sepsrti papar, opini, makalah, dll. Sebab jika tidak pengalamn seperti ini, tidak mustahil akan terulang lagi. Dan, bisa dipastikan nilainya pun tidak akan memuaskan karena dikerjakan tidak maksimal.

MInggu Tenang (18-24 Jan’ 10)

Minggu yang penat. Tidak ada lagi jalan-jalan keluar. Tidak ada lagi begadang sampai malam. Nonton TV diperkurang, main game di komputer juga untuk sementara puasa dulu. Lalu kemana para frater? Semuanya lagi betah di kamar-kamar, sibuk membolak-balikan buku dan diktat. Ada pula yang terlibat diskusi hangat dengan teman-teman. Suasana di unit makin hening. Itulah situasi menjelang ujian. Semuanya sibuk belajar. Minggu ini adalah minggu tenang, persiapan belajar.
Yang pernah tinggal di Ledaero pasti mengenal apa yang dinamakankan belajar injury time. Istilah lain yang biasa dugunakan adalah SKS (Sistim Kebut Semalam). Demikian pola belajar yang berlaku hampir untuk semua mahasiswa. Sejak jauh-jauh hari orang tidak belajar dan menghabiskan waktu dengan kegiatan lain. Nah, ketika ujian tiba baru mulai mukut baik siang dan malam-malam pun. Ada yang mukut dari siang sampai malam, ada pula yang mukut dari malam samapi siang lagi. Pokokknya seru!!!
Hal yang sama juga saya lakukan. Sudah ada banyak refleksi, komitmen, dan niat untuk mengubah kebiasaan seperti ini, tetapi tetap toh tidak berhasil juga, yang ada malahan saya mengulangi hal yang sama. Alhasil, belajar pun jadi spekulatif, sehingga materi dimengerti setengah-setengah pula. Pada waktu ujian hanya andalkan daya nalar yang dikembangkan dari apa yang dimengerti setengah-setengah itu. Tidak entah dengan cara apa lagi saya baru bisa menghentikan kebiasaan buruk ini.
Bagi saya, lebih baik membaca buku-buku terbaru dan popular ketimbang harus belajar mempersiapkan diri jauh-jauh hari, yang hasilnya sama saja, nanti toh pasti lupa lagi. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan selain belajar. Kebiasaan saya ketika mendekati ujian baru mukut dengan belajar. Meskipun hasilnya tidak terlalu maksimal tetapi saya cukup puas dengan hasil yang ada. Karena itu saya suka bertahan dengan kebiasaan dan keadaan saya seperti ini.
Hair sabtu, 16 januari 2010 adalah hari pertama kami mengikuti ujian semester. Mata kuliah yang diujikan adalah filsafat manusia. Saya cukup kerepotan menguraikan jawaban karena yang saya tidak begitu paham betul materinya. Bersyukur bahwa ada satu nomor yang saya barusan lihat ketika hendak masuk kelas mengikuti ujian, dan itupun hanya sepintas. Saya tidak tahu apa yang saya jawab itu benar tetapi pada umumnya yang seperti itulah. Mudah-mudahan saja bisa memperoleh nilai yang baik.
Orang bilang bahwa ujian hari pertama sangat menentukan untuk ujian ke depannya. Entahkah ini benar atau tidak tetapi yang pasti ini karena pengaruh psikologis, yang biasanya dianalogikan dengan senyuman. Awalilah segala sesuatu dengan senyuman maka segala beban kita akan menjadi lebih ringan. Memang, secara psikologis kita akan dipengaruhi oleh hal-hal atau peristiwa yang sebelumnya. Kepercayaan diri pasti akan tumbuh seketika ketika kita sukses di bagian awal.
Berkaitan dengan ini, saya sendiri tidak apakah saya bisa sukses di ujian hari pertamaku ini. Saya juga tidak bisa pastikan bahwa saya gagal dalam ujian hari pertama. Tidak tahu juga apa hasilnya. Intinya saya bisa mengerjakan semua soal dengan penuh percaya diri. Apa yang saya alami di hari-hari selanjutnya, belum bisa dipastikan. Sampai dengan hari-hari terakhir ini baru dua mata kuliah yang diuji, yakni Filsafat Antropologis Karl Rahner dan filsafat manusia.
Saya hanya bisa berharap, semoga selama hari-hari ujian ini saya diberi kesehatan jasmani dan rohani serta keberanian yan gkuat untuk bisa mengikuti ujian dengan baik. Hal yang paling saya cemaskan adalah saya sakit pada saat ujian berlangsung. Karena bila kita sakit maka kita pasti akan mengikuti ujuan ulang. Tetapi yang dipersoalakan di sini bukan karena ujian ulangnya tetapi repotnya menghadapi dosen yang rata “JAIM” (jaga image) dan terkesan jual mahal. Saya akan belajar secukupnya dan tidak berlarut-larut. Tuhan tolong, berilah aku kesehaan jasmani dan rohani.

Terlambat!! (11-17 Jan’10)

Sebuah awal untuk melangkah maju,
Menembusi peliknya sang waktu bermain
Sebuah niat untuk menatap masa depan,
Mendamaikan mimpi-mimpi dan takdirku
Siapakah engkau yang berani menghalangi langkahku
Siapakah engkau yang menguburkan semua mimpi-mimpiku
Yang merekat nyanyian burung,
menjelang hujan,
di halaman belakang bulan januari.
Hatiku tertambat,
Rasaku beku membatu
Tak bisa kuuraikan lagi apa bedanya hasrat dan gejolak
Membias begitu saja
Tanpa aku mengerti seutuhnya.
Di depan ada jalan runtuh
Jalan belakang pun sudah mendung
Hari mulai malam,
Aku bahkan tak bergairah lagi untuk melangkah pergi
Walau selangkah dua langkah,
Yang ada hanya menyesal
Mestinya aku telah berangat sebelum subuh
Mestinay aku telah berpaling sebelum bulan berpaling
Terlambat, aku mesti mengukir cerita baru!

(Nita,17/01/10)

বুধবার, ৩ মার্চ, ২০১০

Bernazar di Awal Tahun (4-10 Jan' 10)

Apakah waktu itu benar-benar ada?JIka ia mengalir seperti air mengapa kita tidak sanggup melihatnya? Jika ia berehembus seperti angin mengapa kita tidak bisa merasakan? Pertanyaan ini terus menghantuiku setelah beberapa hari ini merasakan hidup di awal tahun. Kadang saya berpikir mengapa waktu mengalir begitu saja. Mengapa pula kita manusia tidak dapat menghentikan putaran waktu, atau membuat perulangan waktu. Laig-lagi pertanyaan ini menghantarkan saya pada suatu permenungan mendalam tentang arti esensial waktu.
Berbicara tentang waktu saya teringat pada sebuah film dengan judul Glitch, yang diperankan oleh Andika Pratama, dkk. Film tersebut mengisahkan adanya perulangan waktu. Kejadian yang pernah kita rasakan sekarang juga pernah kita alami sebelumnya, persis tanpa perubahan. Mereka berusaha menemukan adanya kecendrungan semacam ini dengan suatu kajian ilmiah, tetapi pada akhirnya mereka tetap pasrah dan tidak sanggup. Film ini juga berkisah tentang pencarian terhadap seseorang yang diyakin mempunyai kemampuan dan pengetahuan yang amat baik tentang waktu. Dia ini adalah seorang penguasa ruang waktu. Sampai akhirnya ia meninggal dan semuanya menjadi tentang kembali.
Menonton film seperti ini juga membuat badan kita merinding. Kadang peristiwa tersebut terjadi pada kita. Ada dua kejadian yang saya alami dalam diri saya tentang kecendrungan seperti ini. Pertama kali ketika masih duduk di bangku SMP kelas dua. Suatu malam saya pernah bermimpi bertemu dengan seorang gadis. Gadis itu ruanya sangat familiar meskipun dalam mimpi itu sya tidak bisa memastikan kapan pernah saya bertemu pertama kali dengannya. Kami sangat akrab bercerita dan berkelakar layaknya dua orang sahabat. Tetapi ini hanya dalam mimpi. Tiga harinya sesudah bersama teman-teman kami mengunjungi sebuah asrama putri. Posisi saya waktu itu hanya sebagai pengikut, tidak ada satu orang pun yang saya kenal di asrama tersebut. Ketika sedang duduk dengan bercerita di sebuan pendopo, saya kaget ketika seorang gadis datang ke arah kami dan langsung duduk persis di sebelah saya. Saya lama sekali berpikir dimana saya pernah bertemu dengan gadis ini. Wajahnya familiar sekali. Seorang teman memperkenalkan kami. Say akhirnya bernani berrtnya: apa kita pernah bertemu sebekumnya? Ia menggelengkan kepala, tetapi kemudian berkata bahwa dia sepertinya pernah bertemu denganku sebelumnya. Saya mecoba mengingat-ingat sebentar. Setelah bertanya dari mana asalnya, saya pastikan bahwa kami tidak pernah bertemu sebelumnya karena daerah asal kami yang berbeda dan jauh, dan juga tidak ada kemungkinan untuk bertemu dengannya karena dia adalah anak pindahan. Gadis itu ternyata adalah orang yang pernah saya mimpi semalam.
Perisitiwa kedua terjadi pada waktu saya kelas dua SMA, saya pernah berminpi pada suatu malam, seorang teman mengagetkan saya ketika saya hendak ke toilet. Seketika itu juga saya pun kaget dan bangun dari tidur. Saya turun dari tempat tidur dan langsung menuju ke toilet. Ketika memasuki sebuah lorong di toilet saya kaget dan jantung saya rasanya hampir berhenti seketika. Seorang teman mengagetkan saya. Situasinya persis sama dengan yang saya alami dalam mimpi, dan saya dikagetkan oleh orang yang sama. Ketika kembali ke tempat tidur saya hanya bisa duduk merenung sambil bertanya apakah waktu pernah berulang.
Kejadian seperti ini mungkin di satu sisi membuat kita merasa takut, tetapi saya akhirnya merefleksikannya sebagai suatu pelajaran dan masukan, bahwa setiap kegiatan mesti dijalankan dengan penuh tanggung jawab dan sungguh-sungguh. Setiap usaha dan kerja keras saat ini tidak akan terulang lagi pada masa depan. Kalau pun itu terulang pasti ceritanya lain lagi. Ada tiga hal yang mesti aku buat di tahun ini, yakni lebih rendah hati, peduli kepada orang lain, dan kembangkan bakat yang ada. Semoga Tuhan memberkat niat baikku ini.