বুধবার, ৫ মে, ২০১০

Gadis Misterius (1-7 Maret ’10

Baru kali ini aku bertemu dengan sesorang yang amat unik. Ia pribadi dengan multi persona. Ada saat dimana ia bahagia, senang, tertawa, tetapi seketika itu pula ia bisa menjadi orang yang galak, emosional, dan mudah sekali tersinggung. Aku tak mengerti bahkan tak tahu harus berbuat apa berhadapan dengan sikapnya seperrti ini. Yang pasti saat ini aku sedang bertemu dengan seorang anak kecil yang telah dewasa. Menghadapinya aku hanya bisa bertahan dengan sejuta rasa sabar.
Aku belum pernah bertemu dia sebelumnya. Jia aku telah mengenalnya, itu hanya samar-samar, sangat maya. Perkenalan yang la kadar ini menyeret aku dalam rasa yang serba tidak menentu. Aku tersentak kaget Karena aka terlalu jauh melangka dan terperangkap dalam jurang yang sulit membawaku keluar. Aku benci sejaligus menikmati sensasi gila ini. Kadang aku berpikir untuk cepat-cepat pergi, tetapi kadang juga aku berencana untuk selamanya bertahan.
Apa yang aku ceritakan kepada semua orang akan apa yang aku rasakan ini? Tentu tidak, semua orang akan menertawakan aku. Semua orang akan mengatakan bahwa aku sekarang jadi aneh. Tetapi kepada ibuku aku tak bisa untuk tidak berkata-kata tentang itu. Jika tidak demikian, di hadapannya aku akan menjadi seorang penipu. Hanya ibu yang tahu segala sesuatu yang aku rasakan. Ia bahkan bisa merasakan apa yang kurasa. Jadi, percuma saja untuk bersembunyi darinya.
“Ade kamu sedang jatuh cinta”, demikian kata-katanya setelah aku bercerita kepadanya pada suatu ketika. “Tidak mungkin ma!” Aku berusaha mengelak. Ia tidak peduli lalu lanjut bertanya, “siapa gerangan perempuan itu yang bisa meluluhkan hati anakku?” Aku malu lalu berkata, “Ia hanya suara dari seberang ma!” Oh aku ibu peduli apakah dia hanya suara, bunyi-bunyian, atau kata-kata sekalian, katakan kepadaku siapakah dia?”
“Dia hanya seorang anak kecil ma, aku bahkan tak mengerti untuk menjelaskan siapa dia sebenarnya, terlalu sulit”. Kataku sambi menunduk. “Yah tapi ibu tak menangkap maksudmu, itu tidak akan menjelaskan bahwa engkau mencintai seorang yang infantil?” Katanya ingin tahu. Aku hanya menjawab: “tidak ma”. Itu juga tidak akan menjelaskan engkau mencintai seorang anak kecil yang polos kan” Katanya lanjut. Aku hanya bisa menjawab lagi: “tidak ma”.
Sambil menatap ibuku yang makin gelisah dan tak mengerti, aku memeluknya dan mengatakan, “ma aku mencintai suara. Suara itu mirip sekali dengan suaramu”. Suasana hening menjeda, ibuku berkata, “Ade katakan kepada ibumu siapakah dia?” Aku akhirnya berani berkata:” dia seorang anak kecil yang sudah dewasa”. Ibuku pun legah dan berbisik:” baiklah intinya engkau sedang jatuh cinta, dan orang itu bukan anak kecil,…pergilah dan ceritakan kepadaku apa yang akan terjadi nanti”. Akhirnya aku hanya berkata, “thanks mom, pasti akan kuceritakan lagi kelak”.

কোন মন্তব্য নেই:

একটি মন্তব্য পোস্ট করুন