বুধবার, ১৭ ফেব্রুয়ারী, ২০১০

Mengejar Makna Hidup (30 Np-6 Des)

Sebuah puisi bagi saya sangat menarik, saya temukan dalam puisiku.net. saya tidak tahu kenapa beberapa hari belakangan ini saya banyak merenung dan memikirkan soal makna hidup. Apakah hidup saya di sini sudah tidak berarti lagi, entahlah, saya juga tidak tahu. Permenungan saya itu belum selesai. Puisi itu berjudul “ketika semua tak bermakna lagi”. Mungkin apa yang saya raksakan saat ini terlukis semua dalam sajak-sajak puisi oleh Herda ini.

“ketika semua tak lagi bermakna”

hari ini entah untuk hitungan keberapa
kembali kurasakan desir pedih di hatiku
semua tidak enak buat dirasa
apalagi dikenang dalam alur kehidupan
kasih…atau entah apa itu
kau tidak pernah merasa perlu
untuk menghargaiku
apalagi memujiku…ataupun berkata cinta
disaat pertemuan itu ada
memang tidak ada pernyataan cinta
semua mengalir bagai air
dan akhirnya kau adalah bapak dari anak-anakku
mungkin cuma tekad untuk mengacuhkan
atas semua kemarahan yang selalu hadir
di antara kau dan aku
kepedihan itu menghilang…lenyap…
namun semua tetap satu warna
tidak pernah ada cinta di antara kita
kita hanya kebetulan berada di tempat yang sama
dimana kau adalah suamiku, dan aku adalah istrimu
dan kupikir untuk apa luka yang kurasa ini
aku bosan..bosan…
aku ingin dimana aku ada karena cinta, untuk cinta
dan nanti pergi, pun karena cinta, untuk cinta.

কোন মন্তব্য নেই:

একটি মন্তব্য পোস্ট করুন