শুক্রবার, ২৫ সেপ্টেম্বর, ২০০৯

Eight Months With You (14-20 Sept)

”Hidup itu seperti novel, banyak lembaran yang dibaca, ada juga lembaran yang terlupakan, tetapi ada satu lembaran yang tak mungkin aku lupakan yaitu bagian dimana aku mengenal seseorang sepertimu”

Tidak terasa, waktu berjalan begitu cepat. Sekarang saja sudah sampai di pertengahan bulan September. Teringat kembali semua program, komitmen, niat baik yang saya jalani sampai dengan hari. Seandainya manusia bisa memperlambat lajunya waktu, saya pastinya orang pertama yang melakukan itu. Segala sesuatu lewat begitu saja. Tetapi siapa yang mesti dipersalahkan? Waktu tidak bisa dipersalahkan. Tanyakan kepada diri sendri bagaimana mengisi waktu-waktu kita seefektif dan semaksimal mungkin. Sementara kehilangan banyak waktu saya mulai jenuh, minngu ini kuliahnya cukup padat di tambah lagi dengan tugas-tugas yang belum aku selesaikan. Alhasilnya, masih di awal pekan saja sudah kelihatan jenuh. Sindrom lama bahwa hari senin menjadi hari paling membosankan mulai kambuh lagi.
Hari senin (14) semua dosen dari tiga mata kuliah masuk. Mestinya Pater Yanus, dosen Kristologi tidak masuk, tetapi Pater Nadus Bungaama datang dan mengisinya dengan kuliah Kataketik. Sementara itu sore harinya tidak turun les karena Pater Amatus Woi tidak datang, ada kesibukan di Ende. Hari yang paling membosankan adalah hari kamis. Pater Yanus Lobo masuk di tiga jam terakhir. Sudah ngantuk, lapar lagi. Jenuh juga duduk di kelas selama 150 menit atau dua setengah jam. Sementara kalau ditanya mata kuliah mana yang paling menarik bagi saya, tentu saya akan menjawab mata kuliah etika Individu dan etika Sosial yang diberikan oleh Pater Otto Gusti. Bukan hanya menarik dari segi materinya tapi cara penyajian bahan juga menarik. Menarik karena Pater Otto bisa merangsang kami untuk selalalu berpikir dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa kesempatan untuk bertanya dan menjawab Pertanyaan.
Hari Jumat Om tuan tidak masuk. Saya langsung ke perpustakan untuk membaca koran karena sudah beberapa hari ini saya belum ada kesempatan untuk baca Koran. Sementara itu Pater Simeon masuk di les ketiga dan keempat. Seperti biasa datang membawa teks-teks Bahasa Inggris dan mengajar dalam bahasa Inggris lalu pergi dengan meninggalkan tugas yang menumpuk. Kami mesti menyalin ulang materi eksegese Yohanes dalam bahasa Inggris yang ditulis dengan menggunakan kertas karbon dalam kertas yang sudah kotor (aneh-aneh memang dosen yang satu ini). Duh Tuan…kalau tiap hari begini terus..capai juga nanti!!!
Hari sabtu menjadi hari yang sangat berarti bagiku. Putaran kelender menunjukkan tanggal 19 September 2009. Delapan bulan yang lalu saya pernah berkenalan dengan seseorang. Mungkin lebay, kalau saya katakan bahwa dia sangat berarti untuk saya, tetapi setidaknya begitulah yang saya rasakan sampai saat ini. Saya belum bisa melupakan sosok yang satu ini. Tetapi hubungan kami kian renggang dan yang masih kami lakukan sekarang adalah saling menyakiti. Lebih sadis pada hari kemarin, ketika diminta apa bisa besok (hari sabtu maksudnya) telponan. Yang saya dapatkan satu pertanyaan balik dan satu pernyataan yang menyakitkan. Pertanyaannya, kenapa mesti telpon tanggal 19? Saya jawab saja bahwa hari ini delapan bulan kita kenalan. “Maaf yah, esok ada ketemuan,lain kali saja e”. Begitulah jawabnya. Kawan, ini sungguh menyakitkan. Saya lalu mengunci kamar dan tidur sepanjang hari. Ketika bangun malamnya, saya mengambil sepotong kertas dan menulis sebuah surat lepas. Surat itu kemudian saya letakan dalam sebuah botol plastik yang tertutup rapat dan dilemparkan ke luar jendela dan persis jatuh di sebuah selokan air. Saya yakin air akan membawanya ke kali di belakang rumah kami, dan kemudiaan dari kali akan dibawa ke laut laut lepas. Bagi siapa saja yang membaca dan menemukannya sampaikanlah kepada pujaan hatiku bahwa aku selalu merindukannya.

Dear hqzvzsx,

Pernah kukenal seorang gadis
Dia agak kekanak-kanankan
Dia berpura-pura menjadi oran ggila
Menyamar jadi oran gbodoh
Dia membuat aku gusar, juga membuat aku jatuh cinta
Dia sering berubah, isi hatinya sulit ditebak
Dia meciptakan dua kehidupan yang berbeda
Emapt bulan pertama diisi dengan hari-hari penuh ceriah
Empat bulan berikutnya hanya saling menyakiti
Tetapi aku sungguh menikmati semuanya itu
Aku suka ulahmu
Aku suka kelemahan dan kelebihanmu
Aku suka semua yang ada padamu.

সোমবার, ২১ সেপ্টেম্বর, ২০০৯

Akhirnya Datang Juga (7-13 Sept)!

“Hidup manusia adalah nama yang indah. Dan tergantung pada lamanya tahun yang dilaluinya. Setiap kesempatan termasuk perpisahan dan perjumpaan adalah sebuah kemasyuran. Dan dia tidak tergantung pendeknya hari yang berjalan”

“Akhirnya datang juga” adalah judul salah satu komedi show yang diputar di salah satu stasion televisi swasta belakangan ini. Acara ini menarik karena menampilkan cerita yang spontan tanpa terlebih dahulu menguasai skenario. Umumnya bintang tamu yang diundang datang dari kalangan para artis yang sudah dikenal banyak orang. Acara ini disukai banyak orang dan membuat orang tertawa terbahak-bahak karena sering muncul adegan-adegan yang tidak sambung. Para bintang tamu akan memasuki ruangan khusus dan disambut oleh beberapa orang yang telah ada di dalamnya dengan berkata: ’Akhirnya datang juga’.
Kegiatan menyongsong pesta family telah selesai dan sekarang saatnya memasuki acara puncaknya. Di luar dugan kami bahwa rekoleksi kali ini (senin, 14) diisi dengan sharing pengalaman oleh keempat konfrater senior kami, yakni P.Yosep Pinonsek, P.Viktor Bunaniq, Br. Benya, dan Br Hubert Embu. Pater Pinon dalam sharingnya menceritakan kembali masa-masa penuh tantangan ketika dilanda perang dunia I dan II. Beliau mengisahkan bagaimana sulitnya situasi pada waktu itu. Semua anak laki-laki diwajibkan bermiliter. Beberapa tahun beliau mesti ikut berperang dan setelahnya bergabung lagi ke seminari. Beliau menyaksikan dengan mata kepala sendiri peristiwa paling tragis dimana banyak siswa seminari yang ditembak mati, di antaranya guru dan pembimbingnya yang kemudian digelar beato yakni, Stanislaus kubista dan Liguda. Penddiikannya kemudian dilanjutkan di Sao Paulo Brasil sampai dengan ia menjadi imam. Setelahnya ia diberi kesempatan untuk belajar filsafat di universitas Gregoriana. Ia pun merampungkan tesisnya dalam waktu yang amat singkat. Kemudian pulang kembali ke Brasil dan menjadi dosen dan formator di sana. Di Ledalero pada saat itu kekurangan dosen filsafat maka dimintalah Pater Pinon untuk datang ke Flores. Beberapa tahun mengajar ia mengajar ia pun kembali mengambil program S2 untuk yang kedua kalinya di Paris. Sepulangnya dar paris ia menjadi dosen tetap di sini dan mengajar cukup lama sampai dengan angkatan kami yang terakhir (2008). Ketika ulang tahunnya yang ke-80 para dosen mempersembahkan sebuah buku karya bersama berjudul mengabdi kebenaran. Beliau sendiri menyumbangkan satu artikel di dalamnya.
Kalau Pater viktor tentunya berbeda dengan Pater Pinon meskipun keduanya sama-sama merayakan pesta emas imamat( 50 tahun). Pater Viktor banyak menghabiskan waktunya sebagai pastor paroki dan hanya beberapa tahun menjadi formator di Seminari Mataloko. Beliau kembali mengisahkan pengalaman masa keicilnya sebagai seorang gembala kerbau. Bagaimana ia harus pontang-panting mencari kerbaunya yang hilang. Yang menjadi kesamaan antara keduanya adalah sama-sama merasakan dampak perang dunia meskipun beliau berasal dari Filipina karena toh pada waktu itu Filipina pernah dikuasai oleh tentana Jepang. Sekarang beliau masik cukup sehat dan menjadi konsultan rohani untuk para frater ledalero.
Br. Benyamin Ade menyeringkan pengalaman hidup berkaulnya selama 50 tahun dengan sangat menarik. Bermula dari keinginannya untuk menjadi seminaris yang tak pernah tercapai sampai dengan pengalaman karya kerasulannya sebagai bruder. Beliau lama berkarya di percetakan Arnoldus Ende hampir selama dua puluh tahun lebih. Karena itu, beliau sampai meneteskan air mata ketika menceritakan bagaimana rasanya ia diminta untuk meninggalkan percetakan dan mendapat pekerjaan yang baru. Br. Benya adalah orang pertama dari SVD Indonesia yang mulai bekerja di percetakan. Sebelumnya hampir semua para Bruder dari Eropa. Berat memang bekerja di percetakan waktu itu ketika belum ada peralatan yang modern seperti sekarang ini. Mereka mesti menyusun timah perhuruf. Bisa dibayangkan betapa sulitnya itu apalagi buku-buku dengan jumlah halaman mencapai ratusan. Yang cukup menyentil dari kata-katanya: “nama kami tidak pernah tercantum dalam buku yang dicetak tersebut tetapi pengabidian kami ada di dalamnya”. Dengan nada kelakar ia mengatakan bahwa:”nama kami ada dalam isi di luar tanggung jawab percetakan”.
Lain lagi dengan Bruder Hubert Embu. Bruder Senior peranakan Sikka-Nuabosi lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam bilik jahit. Tetapi ia bukan penjahit biasa. Beliau orang pertama yang mengambil alih kursus penjahitan di Ende dari tangan bruder-bruder Eropa sekaligus orang Indonesia pertama yang menjadi pimpinan bilik jahit Arnoldus yang beberapa puluh tahun lalu amat terkenal. Dalam sharingnya ia mengaku memilki anak murid ratusan orang termasuk di dalamnya mama dari Pater Eman Weroh SVD. Memasuki tahun ajaran baru ia menjadi penjahit jubah untuk para novis dari berbagai seminari antara lain seminari Mataloko, Kisol, Labuan Bajo, Lalian, Oepoi, Sinar Buana, dan Hokeng. Dan ini telah ia jalani dalam piluhan tahun lamanya. Bukan hanya para Frater dan Bruder tapi juga para Imam dan Uskup. Baru-baru ini ia diminta oleh Mgr. Kherubim untuk menjadi jubah uskup untuk misa pontifikalnya sebagai Uskup Maumere. Suatu kenangan yang tidak bisa ia lupakan ketika menjahit jubah dan pakaian misa untuk almarhum Bapa suci Paus Yohanes Paulus II ketika berkunjung ke Maumere tahun 1989. Tugas ini diungkapkannya sebagai suatu kehormatan baginya. Di masa-masa tuanya ia masih aktif menjahit serta memberi kursus untuk para suster dan ibu-ibu.
Tanggal 8 Sepetember adalah acara puncak pesta family. Perayaan ekaristi dimulai pukul 08.00. Kor ditanggung oleh teman-temnan yang telah terpilih dan yang menanggung liturgi adalah unit kami. Saya bertugas sebagai ajuda lilin. Selebran utamanya adalah Pater Pinonsek dan kotbah dibawakan oleh Pater Yanus Lobo. Perayaan ekarisri berlangsung selama dua jam dan dihadiri oleh seluruh anggota komunitas Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, para imam dan frater, para suster, karyawan dan karyawati. Acara resepsi langsung dimulai setelah perayaan ekarisiti. Para Yurbilaris mendapat kursi paling depan, di antaranya Yang merayakan 50 tahun imamat (Pater Pinon dan Pater Viktor), 50 tahun kaul kekal (Br. Hubert dan Br. Benya), 40 tahun kaul kekal (Pater Kirch dan Pater Nadus Bungaama), 25 tahun imamat (Pater Philipus Tule, Pater Yanuarius Lobo, Pater Wilhel Djulei, Pater Kondrad Kebung), dan 25 tahun kaul kekal (Pater Remi Ceme dan Pater Robert Mirsel). Acara resepsi diselingi dengan berbagai acara seperti music akustik dari tingkat I konvik Ledalero, Nyanyi dan menari dari adik-adik yang bekerja di kebun Patiahu, dan wisma kami membawakan acara “nyanyi akapela (tanpa music)”. Tidak tahu apa maksud panitia memilih unit kami untuk membawakan acara yang satu ini. Ada musik saja sudah fals apalagi tanpa musik, atpi sudahlah mungkin ini acara hiburan. Dan benarlah semua orang tertawa ketika kami menyanyi. Lagu yang kami pilih adalah “Love changes everything”.
Dalam kata sambutannya Pater Rector mengucapkan terimah kasih atas pengabdian dari para yubilaris kepada serikat ini. Beliau memang menguraikan satu per satu kekhasan dai setiap yubilaris. Sementara Pater Kircberger yang mewakili para Yubilaris juga mengucapkan terima kasih atas dukungan dalam perjalanan panggilan mereka. Beliau mengatakan yang baik dari para yubilaris diteladani sedangkan yang buruk-buruk jangan diikut. Pater Georg mengambil contoh keburukan dari dirinya yang jarang mengikuti kegiatan komunitas supaya jangan ditiru oleh anggota komunitas lain.
Acara yang ditunggu-tunggu yakni pembacaan juara perlombaan akhirnya datang juga. Wisma kami berhasil menjadi juara umum dari beberapa cabang olahraga yang digelar menyongsong pesta family ini. Kami berhasil mengumpulkan poin tirtinggi (36) dan diikuti oleh unit Fransiskus (31), unit Yosep dan Efrata Gere menyusul di urutan ketiga dan keempat. Meskipun demikian kami cukup malu karena lomba vocal group kami berada di urutan paling akhir dan untuk lomba baca puisi kami hanya berada di urutan keempat. Tetapi sudahlah bahwa intinya kali ini kami juara satu umum dan bisa menjadi pemenang dari salah satu cabang olahraga bergensi (sepak bola). Hadia yang kami terima semuannya kira-kira sejumlah uang sebesar Rp. 500.000. Acara baru berakhir kira-kira pukul 14.00, dan dilanjutkan dengan sepak bola ria sore harinya antara adik-adik tingkat satu Vs konfrater yang sudah berkaul kekal.
“Akhirnya datang juga” saya ucapkan esok harinya, ketika suatu barang yang ditunggu-tunggu sampai pula di tangan saya. Hari ini kami libur, tidak kuliah karena pesta family kemarin. Karena itu, pagi hari saya ke Maumere hanya untuk mau cek barang kiriman tersebut. Tetapi ternyata tidak ada. Saya baru dapatkan siangnya dari om satpam di Ledaero. Barang apakah itu? tentu saja kompiang. Sejak malam saya diberi kabar oleh salah seorang adik bahwa ada kompiang yang ia titipkan untuk saya lewat sebuah bus umum Ruteng-Maumere. Sebenarnya saya cukup malu dengan kiriman yang tiba-tiba ini lantaran saya sudah amat kesal karena kirimannya yang ditunda terus-menerus. Saya sudah tidak berharap lagi untuk mendapatkan kompiang. Tetapi toh akhirnya datang juga yah syukurlah. Mudah-mudahan ini diberi dengan hati bukan karena paksaan atau permintaan yang terus-menerus dari saya. Bagi dia yang telah memuaskan dahagaku utnuk makan kompiang,hehehe, sekali lagi thanks yah,,,kiranya suatu saat saya bisa balas semua kebaikanmu.
“Akhirnya datang juga”. Kali ini kami harus mengucapkannya dengan nada miris. Betapa tidak, hari sabtu (12/9) kedua kae dan sahabat kami pergi meninggalkan kami. Keduanya adalah Teman Ipo dan Metchu. Ipo yang humoris dan Metchu yang kalem kini pergi ke tempat misi yang baru yang telah ditunjukkan kepada mereka. Keduanya akan menjalani masa OTP mereka di Chekoslovakia. Kami semua tanpa keculai mengantar Ipo dan Methcu ke Bandar Waioti Maumere. Keluarga serta Kenalan dari kedua saudara kami ini pun turut datang. Kira-kira pukul 11.00 pesawat mendarat (Riau Airlines). Banyak orang yang menangis. Saya sendiri lebih dekat dengan Teman Ipo, pria asal Golowelu, yang akhir-akhir ini lebih suka panggil panggil saya Kesa. Kedua akan ke kupang dulu dan dari Kupang baru ke Jakarta. Untuk Ipo dan Mectcu sukses yah di tanah misi yang baru. Mudah-mudahan bisa menjadi pewarta sabda yang setia.

বৃহস্পতিবার, ১০ সেপ্টেম্বর, ২০০৯

We Are The Champion (31-6 Sept)

”kesempatan-kesempatan itu seperti matahari terbit; bila anda menunggunya terlalu lama anda akan kehilangan mereka”


Ternyata di luar dugaan minggu ini ditutup dengan kenangan paling manis. Betapa tidak, kami akhirnya keluar sebagai juara 1 turnamen sepak bola dengan menglahkan unit Rafael 3-2 di final match (minggu, 6/9/09). Pertandingan berlangsung sangat alot dan cukup tegang. Di tiga puluh menit babak pertama tim kami kecolongan lebih dulu lewat gol yang diciptakan oleh Adi Abun. Gol ini bermula dari kesalahan yang dilakukan oleh para pemain belakang kami. Bola yang diambil dengan sangat tergesa-gesa oleh teman France akhirnya dibuangnya ke arah gawang. Kiper sempat menepis bola tapi sayangnya bola jatuh lagi ke kaki Adi Abun yang berada dalam posisi bebas. Sambil memutar badannya ia berhasil mencetak gol dengan kaki kanannya. Sampai dengan turun minum setelah babak pertama kedudukan masih 1-0 untuk kemenangan unit Rafael.
Babak kedua tidak kalah alotnya. Tetapi tim kami mulai memegang ritme permainan. Ini tentunya berkat gelandang veteran Charles dan Oby yang berusaha mematikan pergerakan lini tengah mereka yang diisi oleh Lukas dan Dion Rangga. Syukurlah kami cukup butuh waktu dua puluh menit untuk menyamakan kedudukan lewat tendangan bebas yang dilakukan oleh teman Atel. Gol ini berawal dari pelanggaran yang dibuat teman Kaliks Hartono terhadap saya di sisi kiri. Atel yang dipercayakan untuk menendang ternyata tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bola ditendang lambung dan jatuh di jendela kiri gawang yang dikawal CK. Kiper tidak berdaya menahan bola sehingga dengan mudah saja masuk ke dalam gawang. Kedudukan menjadi satu sama. Tidak butuh waktu yang cukup lama kami berhasil mecetak gol lagi. Kali ini gol tercipta dari kaki Kaka Manue, pemain dengan postur tubuh paling tinggi di tim kami. Dengan menggunakan kaki kirinya Ia berhasil mecetak gol dalam situasi kemelut di jantung pertahanan lawan. Meskipun demikian kami bukanlah tanpa perlawanan karena dalam suatu serangan balik mereka berhasil pula menyamakan kedudukan lewat tendangan dari jarak jauh yang dilakukan oleh Aji. Dengan kaki kirinya ia berhasil menyetak gol dengan sebuah tendangn volley yang sangat cantik. Kae Ebit sang punggawa gawang kami hanya bisa melongo. Pertandingan pun berakhir dengan kedudukan dua sama sampai waktu normal berakhir.
Tim wasit, Danker cs, kemudian memutuskan untuk melanjutkan pertandingan selama dua kali tujuh menit. Tujuh menit yang pertama kedudukan masih tetap imbang. Dan kedua tim rupanya lebih memilih bermain bertahan dan menunggu sampai pinalti nanti. Tetapi rupanya dewi fortuna berpihak pada kami. Satu menit sebelum pertandingan berakhir teman Obi membawa bola dari daerah pertahanan kami dan menggiring terus ke arah sayap kiri. Dengan menggunakan kaki kirinya ia menendang lambung bola ke arah gawang. Bola kemudian membentur tiang atas kanan gawang dan masuk ke dalam. Kiper tidak bisa berbuat apa-apa kecuali hanya melongo saja si kulit bundar masuk ke gawangnya. Pertandingan pun berubah menjadi 3-2 untuk kemenangan tim kami. Sementara itu waktu tinggal satu menit dan itu tidak bisa membuat tim lawan bisa menyamakan kedudukan. Kami akhirnya keluar sebagai pemenang.
Hari sebelumnya, Sabtu 5 September 2009 adalah hari bersejarah bagi STFK Ledalero. Hari ini adalah hari pengukuhan professor untuk Pater Dr. Kondrad Kebung sebagai profesor pertama di STFK. Bukan hanya sebagai professor pertama di STFK tetapi juga sebagai anggota SVD asal Indonesia yang pertama dikukuhkan sebagai professor dan sekaligus guru besar yang pertama untuk bagi perguruan swasta di Nusa tenggara yang meliputi wilayah Bali, NTB, dan NTT. Acara berlangsung dengan sangat hikmat. Diawali dengan prosesi senat Sekolah Tinggi Filsafat katolik Ledalero dan Pembukaan rapat senat luar biasa oleh wakil ketua STFK Pater Dr. Willem Djulei. Menarik sekali pidato yang dibawakan oleh Pater Kondrad dengan judul Filsafat dan Pembentuka Jati Diri: Suatu Hiburan dan Pembelaan Filsafat. Beliau mulai dengan menjelaskan opini tentang filsafat (prasangka-prasangka dan pandangan yang lebih positif tentang filsafat). Poin terakhir ditutup dengan penjelasan tentang filsafat dan perwujudan diri dan Keyakinannya akan peran filsafat yang tak tergantikan. Gubernur NTT, Frans Leburaya yang hadir juga waktu itu menyampaiakn penghargaan terhadap Prof Dr Kondad Kebung. Gubernur juga mengucapkan selamat bagi seluruh civitas akademika STFK Ledalero yang telah memberikan dukungan bagi Profesor Kondrad sehingga belilau bisa sampai ke jenjang profesorat. Sementara itu wakit ketua STFK Ledalero, Pater Dr. Willem Djulei mengungkapkan pengukuhan guru besar besar bagi Pater Kodrad meupakan acara yang sangat membanggakan bagi STFK Ledalero. Beliau juga memberi tantangan baru bagi para pengajar STFK Ledaero untuk menjadi pengajar yang baik layaknya pater Kondrad sehingga boleh mengkuti jejak Pater Kodrad meraih gelar besar berikutnya. Mengutip pendapat William Arthur Ward yang menulis; “ kesempatan-kesempatan itu seperti matahari terbit; bila anda menunggunya terlalu lama anda akan kehilangan mereka, beliau menantang semua hadirin dengan pertanyaan, apakah kita tetap tinggal diam dan pasif menunggu, jika tidak, sesudah Pater Kondrad siapa yang menyusul?
Selain itu, masih ada satu even menarik yang perlu dicatat dalam minggu ini yakni hari selasa, 1 September 2009 ada misa pembukaan tahun ajaran 2009/2010 di aula Ledalero. Yang bertindak sebagai selebran utama adalah Pater Kondrad sendiri sebagai ketua sekolah didamping oleh puluhan imam lainnya. Homili dibawakan oleh Pater Goris Nule SVD yang memulai renungan singkat dengan anekdot yang amat menarik, cerita tentang filsuf dan seorang nelayan. Intinya bahwa meskipun kita pintar dengan menguasai banyak ilmu mutahir tetapi kita mesti tetap peduli pada orang-orang kecil dan juga tetap menjadikan Tuhan sebagai tokoh sentral iman kita. Yang menanggung Kor adalah adik-adik tingkat II dari konvik Ledalero. Setelah Misa ada pertemuan ketua sekolah dan stafnya dengan para mahasiswa/i.

বুধবার, ২ সেপ্টেম্বর, ২০০৯

AGUSTUS DALAM KENANGAN

Tragedi Kompiang (24-30 Agust)

Saat bertemu tanpa sengaja di malam berkabut itu
Kau pernah mendengar bualanku
Namun kini kau pergi tanpa pesan
Hanya meninggalkan kenangan untukku
Aku yakin aku tidak bersedih
Karena aku begitu sibuk;
Setiap hari mengumpulkan kenangan itu,
Dan menjalinnya menjadi kalimat dalam puisiku
Entah kapan kudeklamasikan untukmu?
Untuk bersama-sama menciptakan kenangan baru.


Sebuah kisah menggelikan kini datang lagi dalam hidupku. Aku harus kembali menjadi seorang anak kecil yang merengek-rengek di hadapan ibunya ketika menemui ibunya tidak membawa kue atau snack kesukaannya sepulang dari pasar. Untuk siapa saja yang membaca kisah ini dan untuk dia yang kisah ini aku abadikan (I-Hdt), sebenarnya aku tidak tahu berada di posisi mana, seorang yang infantil atau dewasa prematur. Ceritakanlah kepadaku ketika kita sudah di usia senja. Meskipun terkesan konyol saya tak ingin lewat kisah ini begitu saja. Bnar kawan di umurku yang ke-23 aku mesti mengemis kompiang dan merengek marah ketika tidak dibeliin. Tapi benarkah aku seorang infantil, atau sebaliknya.
Kompiang adalah sejenis roti dengan bentuk bulat penuh berukuran segenggam tangan. Tetapi roti jenis ini sangat unik karena hanya berada di Manggarai. Rasanya juga sangat lain dari roti biasa dan dibuat sedikit lebih kering (keras). Di manggarai pun tidak dijual di semua tempat dan tidak semua orang yang bisa membuat kompiang. Ini hanya ada di Ruteng dan diolah oleh satu keluarga Cina. Bahkan resepnya tidak diketahui oleh banyak orang. Mungkin hanya orang-orang tertentu saja. Karena itu hanya satu took kue yang menjual kompiang ini. Saya bersyukur meskipun telah meninggalkan Manggarai tetapi saya selalu mendapat kiriman kompiang. Kompiang menjadi kue favoritku, dan mungkin juga bagi banyak orang pasti suka makan kompiang. Kiriman rutin biasanya saya dapatkan setiap tahun pada bulan Agustus dari kakak saya yang tinggal di Nekang-Ruteng.
Nah, ceritanya berawal dari perkenanaln saya dengan seorang gadis cantik asal manggarai yang kini sedang melanjutkan kuliahnya di salah satu kota di pulau Jawa. Sebut saja namanya Jeamy (bukan nama sebenarnya, nama ini diambil dari nama salah sat tokoh dalam film A walk to remember yang diperankan Mandy Moore). Perkenalan kami awalnya mulai dari sebuah situs jejaringan sosial di internet yang kini mungkin telah berurat akar di berbagai belahan dunia. Dari sana mulai bertukaran nomor handphone dan sering kontak entah lewat SMS ataupun telponan. Dan bahkan hampir setiap hari malah. Mungkin karena sering kontak, hubungan kami terasa begitu dekat. Mungkin juga terlalu lebay untuk mengatkan bahwa kami saling jatuh cinta karena sampai dengan saat ini belum ada kesepakatan atau keterbukaan dari kami berdua bahwa kami saling suka. Kalau pun ada itu hanya sepihak dari saya,hehehe. Tiga bulan terakhir ini hubungan menjadi kian renggang. Tidak tahu apa alasannya, mungkin saja karena saya lancang (lepas) dalam berkata-kata, mungkin juga karena saya terlalu lebay (narsis), atau mungkin juga karena saya suka mengganggu kesibukannya.
Awal agustus 2009, Jeamy akan berlibur di kampung halamannya. Kepingin sekali untuk bertemunya. Awalnya saya menduga bahwa dia akan pulang pada akhir bulan juli yang lalu, tetapi ternyata ditunda sampai dengan awal agustus. Padahal akhir juli saya sudah berada di ruteng, selain dengan tujuan ini ada maksud lain yakni cari kompiang sebanyak-banyaknya,hehehe. Tapi sayangnya sampai dengan tanggal 31 saya tidak lagi mendengar kabar darinya bahwa dia akan pulang. Saya putuskan untuk kembali ke Ende karena besoknya saya mesti kembali ke Maumere. Tapi sudahlah saya hanya bisa menghibur hati saya dengan keyakinan bahwa suatu saat kami akan bertemu.
Mulai saat ini aku makin kesal. Banyak sms yang tidak terbalas dan juga telpon yang sering tidak diangkat. Kali ini saya hanya bisa menghibur hati bahwa dia tentunya lagi sibuk. Dan suatu ketika yang saya tidak ingat lagi kapan persisnya, lewat telpon dan sms. Masih terlintas dalam benak saya bahwa dia berjanji jika sampai di Flores nanti akan mengirim kompiang untuk saya. Bukan hanya itu ada satu keterangan tambahan lagi “banyak-banyak”. Saya yang aslinya muka kaya kopiang dan suka pula makan kompiang tentu tidak pernah menolak rejeki ini. Dan saya tentunya berharap banyak darinya bahwa itu akan terwujd. Ketika masih dalam perjalanannya ke Folres, kontak dengannya belum hilang. Ketika dia sudah berada di Labuan Bajo, saya mulai kehilangan kontak.
Seoran g teman kelas saya bernama Fabio kebetulan berlibur di manggarai sampai dengan akhir Agustus ini. Sebelumnya kepada gadis manis ini saya telah menitipkan pesan bahwa teman saya akan berlibur di Manggarai persis di kampungnya. Kami pun sepakat bahwa kompiangnya akan dititip sekalian sama temanku itu. Tetapi sampai pertengahan bulan saya belum mendapat kepastian. Ternyata temanku menunda keberangkatannya tetapi mereka tetap pulang ke Ruteng untuk pendampingan adik-adik calon yang baru masuk. Kepada teman saya inilah Jeamy berjanji akan mengantar sehari sebelum temanku pulang ke Maumere asalkan diberitahu kapan mereka akan kembali.
Hari selasa dalam pekan ini ada acara di unit, kepada teman-teman saya menjanjikan kompiang sebagai makanan tambahan untuk minuman. Semua teman tentunya senang apalagi banyak yang doyang makan kompiang. Karena itu kami tidak lagi memikirkan kue cadangan apalagi dalam kelompok kecil. Beberapa hari kemudian Fabio menghubungi saya bahwa Ia telah menghubungi Jeamy bahwa ia akan segera pulang ke Maumere. Bahkan itu tiga hari sebelum ia pulang. Setelah dengan amat susah menghubungi gadis itu, akhirnya saya pun mengetahui bahwa sekarang dia berada di Labua Bajo. Itu pu dari adik sepupunya yang mengaku bernama Catrin. Entah benar atau tidak tidak bisa dipastikan. Setiap kali saya menghubinganya selalu saja orang lain yang angkat. Dari adik sepupunya itulah saya mendapat informasi bahwa mereka akan ke Ruteng. Saya pun langsung membuat kesimpulan bahwa mereka pastinya akan mengantar barang titipan buat saya ke teman saya. Sekali lagi saya kehilangan kontak dengannya. Saya berusaha untuk berpikir positif bahwa ini mungkin kejutan untuk saya.
Di pihak lain, saya tidak ingin mengecewakan teman-teman saya, yang sudah saya janjikan kompiang. Karena itu saya menghubungi kakak saya yang ada di Nekang untuk membeli kompiang sekalian dengan beberapa buku yang dijual di Sentosa raya Ruteng. Tetapi yang buat saya kesal berita tentang pengiriman kompiang dari Jeamy diketahuan oleh banyak teman-teman dekat yang cerewet. Mungkin mereka dapat informasi dari Fabio atau siapalah saya tidak tahu lagi. Dan itulah resiko hidup bersama teman-teman. Ada bahan baru buat mereka untuk gangguin saya. Berita paling menyedihkan saya terima selasa pagi hari dari Fabio. Kepada saya diberitau bahwa Jeamy tidak mengantar titipannya ke biara. Saya memang cukup kesal dengan hal itu tetapi saya berusaha untuk tetap tegar. Lebih ronis lagi, kata-kata yang dilontarkan oleh teman saya itu, mungkin untuk becanda atau apalah tapi membuat saya sangat malu. “ruke,,,beritau adiknya ya…lain kali jangan suka janji orang, bilang mau antar ke tempat saya tapi tunggu-tunggu tidak datang”. Lalu saya hanya katakan, kawan jangan marah ini salah saya, mestinya saya tidak minta bantuan itu kali. Lebih sakit lagi kabar bahwa saya tidak dikirimin kompiang tersebar kepada teman-teman yang umumnya cerewet kayak perempuan. Hari-hari setelahnya saya tentunya menjadi orang berpenampilan ekstra, “man of the match”, itu istilah kami jika salah satu teman paling banyak diganggu oleh teman lain. Apalagi saya telah berjanjanji kepada teman-teman semua. Untunglah esok paginya saya menerima kiriman dari kakak saya di Ruteng berupa kompiang dan beberapa buah buku. Tetapi tentu tidak membuat teman-teman saya berhenti mengganggu saya.
Saya berusaha untuk menghubungi Jeamy tetapi selalu tidak bisa. Seperti biasa telpon tidak diangkat SMS tidak dibalas. Sampai pada suatu malam yang telah larut. Waktu itu jam dinding saya menunjukkan pukul 01.13 sebuah pesan singkat, minta maaf tadi saya sudah tidur dan hp mama yang pegang. Lalu saya pun membalas; Ok kira2 kpn saya bisa telpon?”. Ia pun membalas; “terserah kpn saja”. Setelahnya saya langsung menelponnya. Suaranya di seberang berbisik-bisik karena katanya ia takut membangunkan orang tuanya. Katanya pula ia tidur sekamar dengan orang tua, takut bapa atau mamanya tidak tahu. Saya ingat saya sempat melontarkan kata-kata dengan nada tinggi,,,”mestinya U tidak janji dengan saya pu teman, saya malu sekali dengan saya pu peman-teman sekarang”. Benar kawan, kalau U berada di pihakku pasti U akan merasakan sakit yang sama. Sakit karena dicuekin, sakit karena malu digangguin teman-teman, sakit karena tidak ditepati janji, dan juga rasa bersalah karena telah menyibukan orang lain. Saya akhirnya mematikan telpon. Dan bergantian dengan pesan singkat yang mengungkapkan kekesalan saya. Cukup kasar memang bahasa SMSnya. Dan sampai pagi datang saya tidak bisa tidur lagi, berkecamuk perasaan yang muncul dalam benakku. Tuhan, minta maaf saya memang pernah berjanji untuk tidak berbuat kasar terhadap perempuan. Tetapi kenapa saya Engkau ciptakan rapuh seperti ini. Saya mesti berbuat kesalahan yang sama berulang kali. Lebih sakit lagi ketika Fabio memberitahu bahwa bahwa gadis itu pernah berbicara dengannya bahwa ia hanya ingin buat saya jengkel. Benarkah ini satu cara darinya untuk menghindar dariku. “Dengarlah engkau wanita pujaanku, seandainya engkau mau menghindar dariku ini bukan cara yang tepat, bisa omong baik-baik kan? Jangan pernah merasa bersalah apa yang engkau buat, mungkin saya yang salah karena saya toh layak mendapatkan ini semua. Apa yang engkau buat ini belum sebanding dengan kesalahan yang saya buat kepadamu”. Dan mungkin benar ini caranya membalas semua kekesalannya karena sampai saat ini belum pernah ada kata maaf darinya. Sekali lagi saya mohon maaf jika engkau sempat membaca catatan ini. Ceritakan kepada saya jika kita sudah ada di usia senja. Ini pasti akan sangat lucu nantinya. Akhirnya, saya pernah berjanji sampai kapan pun untuk berteman dengamu meskipun itu secara sepihak saya lakukan. Untukmu wanita yang telah mencuri separuh hatiku, sukses selalu dimana pun engkau berada. I will miss u Always!!!!

Oh ya, ada tiga even menarik dalam minggu ini yang perlu dicatat. Hari Rabu sore kami sukses mengalahkan unit Fransiskus dengan Skor 3-1. Hari jumat malam ada acara unit. Pesta penerimaan teman-teman baru tingkat II, penerimaan Pater Paskalis Lina, dan syukuran kaul kekal untuk tiga saudara kami kae Ebit, Kae Rian, ddan Kae Gusti. Cukup sibuk memang apalagi saya sebagai seksi konsumsi harus urus makan-minum. Malamnya lagi menjadi MC di acara ini. Hari minggu (30) juga menjadi hari yang menyenangkan dimana tim kami berhasil mengalahkan unit Gabriel dengan Skor telak 6-0. Tapi sayang meskipun bermain penuh, saya hanya bisa menyumbang satu gol.

Unfathomable Poetry And Party Week (17-23 Agust)

“Penyair dari kehidupan sehari-hari/orang-orang yang bermula dari kata-kata/kata-kata yang bermula dari kehidupan, pikir dan rasa” (Puisi: Surat Cinta, WS Rendra).

Awal pekan yang bagus. Hari ini saya cukup bangga dengan Cichi (Riany) yang selalu suka memberikan kejutan tak terduga. Gadis manis tionghoa yang kini duduk di bangku kelas III SMP Frateran Maumere ternyata jago membuat puisi. Awalnya saya berpikir ia hanya bisa bermain game tapi dugaan saya tentunya agak meleset. Pagi hari kira-kira jam 10 pintu kamar saya diketuk, dan waktu itu saya masih tidur. Ketika buka pintu Cichi sudah berada di luar dan langsung bergegas masuk ke dalam. “Ka’ saya mau main game” begitu katanya. “Oh silakan” lanjutku sambil bergegas ke kamar mandi. Malam harinya saya baru diberitahu bahwa ada dua puisi yang ditinggalkan khusus buat saya. Untuk saya ini sangat menyenangkan apalagi yang tulis seorang adik kelas III SMP lagi. It’s very amazing. Ci’ saya salut banget sama u, kembangkan terus ya.

Kapan Semuanya Akan Berakhir?

Kulihatnya tersenyum
Membuat ku bertanya
Kulihatnya menangis
Apa gerangan
Sungguh
Tak bisa dipungkiri
Namun, apa yang harus kupikirkan?
Semuanya telah terjadi
Kini hampa seakan gelap
Mengharap yang tiada
Menanti yang hilang
Bagai seorang ditelan dunia

Kini,
Tak bisa kubayangkan
Jiwaku dilanda sepi
Hatiku menangis
Tetes air mata pun tenggelam
Kapan semua itu berakhir?
Tak ada yang tahu!
17-08-09 


Jatuh dan Mati

Bintang bertebaran
Indah melintas di atas sana
Mataku menatapnya
Bergelimang kasihnya

Namun,
Tak juga membawa ku kepadanya
Cucuran air mata pun berjatuhan
Hmmm,
Apa katanya
Sedikit pun tak diucapkannya

Tapi,
Tidak sampai di situ
Kisahnya pun masih berlanjut
Sampai akhirnya jatuh dan mati!
(17/8/09)

Saya hampir lupa bahwa hari ini tanggal 17 Agusutus. Seluruh warga Negara Indonesia mengenangkan hari kemerdekaan Indonesia. Saya baru sadar ketika menonton televisi sore harinya. Hampir semua chanel meliput berita seputar pengibaran bandera merah-putih. Dua hal yang menarik dari berita yang disajikan yakni; pertama, apel bandera di bawah laut yang melibatkan 2600-an penyelam. Ini sebuah rekor baru yang patuh dicatat. Kedua, pengibaran bandera merah putih di puncak tertinggi di Eropa oleh Kru TV One. Sangat menarik memang. Mudah-mudahan bangsa Indonesia, kini di tengah umurnya yang semakn menua tetap rukun dan sejaterah selalu. Amin.
Malam tadi ada pesta di unit Yosep. Meskipun tidak diundang ini sudah mnjadi kebisaan kami (arek-arek niceplace) untuk meriahramaikan pesta. Dua intensi ke tempat pesta adalah; jus sari buah dan menari sepuas-puasnya. Pulangnya sudah tentu larut malam. Selama beberapa malam ini ada latihan kor di Gereja Nita Kami beberapa orang diminta bantuan untuk memperkuat barisan tenor dan bas bersama mudika paroki Nita. Selasa malam (18) ada pesta lagi di unit Rafael, goyang lagi kawan, hehehe. Tampak pula adik-adik tingkat satu yang baru masuk juga turut ambil bagian, biasa awal-awal masih semangat jalan-jalan sekaligus pengenalan medan. JIka ada myangberkomentar bahwa menari adalah ekspresi seni yan g paling rendah, Pliszz don’t care abaut it…Happy kawan!
Jumat malam (21) ada pertemuan bersama antara tingkat III dan Tingkat VI dalam rangka pemilihan kepengerusan SEMA. Tetapi saya tidak sempat ikut karena masih ada pertemuan lain (tecnical meeting) dalam rangka turnamen pesta keluarga. Pulang tidak ada kendaraan, dan untunglah Bemo San Jaya yang menjemput Cichi,cs datang sehingga sekalian diminta untuk antar kami pulang. Ini malam ke tempat pesta lagi, ada pesta nikah di dekat lapangan Nita. Sebenarnya tidak jalan tapi kami diundang khusus karena telah menanggung kor waktu pemberkatan nikah tadi pagi di gereja.Hmmm.Enak si enak pesta terus, tapi kalau puylang larut malam terus darah bisa abiz n makin kerempeng terus!!!!
Sabtu sore tepat pukul tiga sore semua penghuni seminari tinggi Ledalero, berkumpul di lapangan sepak Bola seminari Tinggi ledalero. Semuanya berbaris dengan rapih di kempok masing-masing yang terdiri dari 8 kelompok menurut jumlah unit yang ada. Kae Roman menjadi pemimpin upacara dan yang bertindak sebgai inspektur upacara adalah pater rector sendiri,Pater Leo Kleden. Dalam satu-dua amanatnya, pater rector menghimabau untuk menjunjung tinggi nilai suportivitas dalam setiap pertandingan karena ini pertandingan pesta family jadi yang namapk mesatinyanilai persaudaraan bukan permusuhan. Prtandingan pembukaaan adalah unit kami dengan unit Rafael. Bola pertama ditendang oleh Pater Rektor sendiri. Pertandingan sore ini sangat seru. Mestinya kami menang tapi keberuntungan belum berpihak ke kami. Lewat dua gol hasil eksekusi bola mati unit Rafael akhirnya memenangkan pertandingan dengan skor 3-2. Teman Bedy dan Atel yang mencetak gol dari kubu kami. Tenanglah masih ada pertandingan lain, tetap semangat jangan sampai putus asa. Bravo Arnoldus!!!!

Saatnya Untuk Bernazar (9-16 agust’ 09)
“Kami menyadari bahwa dengan kemampuan kami sendiri kami tidak bisa berbuat apa-apa tetapi kami tetap percaya kepada Tuhan. Tetapi jika akhirnya kami gagal maka kami mesti menepukkan dada dengan rendah hati sambil mengakui secara ikhlas bahwa sesungguhnya kami tidak layak menerima rahmat Tuhan (Arnold Yanssen pada pemberkatan rumah misi di steyl)”

Minggu ini menjadi minggu yang paling sibuk bagi penghuni komunitas seminari tinggi Santo Paulus Ledalero. Ada yang latihan Kor persiapan kaul kekal, ada yang mulai dekorasi untuk acara yang sama. Dan sebagaian lagi sedang siap-siap batin untuk pembaharuan kaul. Kae-kae tingkat VI masih berada di Hokeng, masih retret kaul kekal. Saya sendiri sebenarnya tidak sibuk-sibuk amat,hanya buat diri sibuk sa,hehehe. Karena itu hari Minggu ini saya ke Lekebai Ada satu keperluan sekaligus bawa oleh-oleh untuk Grace. Untunglah saya masih tinggalkan beberapa makanan ringan dari rumah sewaktu pulang liburan. Hmm, kalau tidak dia pasti nangis dan buat saya tamb ah sibuk lagi.
Hari-hari setelah berlalu seperti biasanya dengan rutinitas yang masih agak longgar. Dan saat itu pun datang. Setelah satu tahun yang lalu membaharui kaul-kaul kebiaraan, kali ini bersama ke-27 teman, saya diperkenankan kembali mengikrarkan kaul-kaul kebiaraan untuk yang ketiga kalinya. Dengan lilin yang bernyala di tangan kami mengucapkan kaul-kaul di hadapan Pater Bernard Hayon sebagai wakil superior jenderal. Kembali teringat kata-kata keramat itu: “ Perhatikan bahwa Tuhan adalah Allah yang cemburu. Artinya kaul-kaul yang pernah dipersembahkan kepadaNya, harus dianggap suci dan harus ditepati. Jadi Tuhan akan murka, jika apa yang hari ini dipersembahkan kepadaNya, besok ditarik kembali.” Tuhan, jika benar Engkau Allah yang cemburu, tidak tahu sudah berapa kali saya telah menyakiti hatiMu. I’m so sorry for all.
Hari sesudahnya (15 Agustus) merupakan hari paling bersejarah, jika bukan untuk kami paling tidak untuk beberapa kae-kae tingkat VI. Hari ini dihadapan Provinsial mereka dengan gagah perkasa menyuarakan kata-kata penuh keyakinan untuk membaktikan diri sepenuhnya sebagai biarawan misionaris serikat sabda Allah. Kae Ebit Rando cs mengikrarkan kaul kekalnya dalam serikat sabda Allah. Acara kaul kekal sangat meriah. Yang menjadi selebran utama adalah Pater Kondrad Kebung sebagai wakil provinsial. Dihadiri oleh ratusan imam. Tidak tahu berapa undangan yang hadir. Di luar aula yang dibangun tenda saja penuh apalagi di dalamnya. Tampak wajah-wajah cerah para keluarga yubilaris. Mereka tentunya mendukung sepenuhnya perjalanan masing-masing anggota keluarga mereka yang hari ini mengikrarkan kaul kekalnya. Setelah perayaan ekaristi acara dilanjutkan dengan resepsi bersama. Dan untuk mengisi acara resepsi, seperti biasa tampilah kelompok musik akustik Ledalero, acara voluntir dari teman-teman, dan satu acara spesial persembahan dari para yubilaris. Pokoknya seru. Rangkaian acara baru kelar pada pukul 14.00. Untuk kae-kae kami yang cakep-cakep satu pesan dari kami adik-adikmu,”kekal abadilah seperti Melkisedek.”
Malamnya tentu tidak ada masak-masak di unit, gantung priuk kawan. Semua orang masuk keluar tenda untuk mengambil bagian dalam kebahagian kae-kae yubilaris. Memang dasar omong saja kalau kaki sudah gatal untuk dugem, hehehe. Bersama beberapa teman di unit saya menghadiri acara syukuran kaul kekal kae Ebit Rando. Ternyata di luar dugaan kami acaranya sangat besar. Dihadiri oleh bupati dan wakil bupati malah. Kae ganteng ingatlah ini kebahagiaan sekaligus salib. Kami baru mulai makan jam setengah sebelah malam setelah sebelumnya mengikuti ibadat syukuran kaul-kekal yang dipimpin kae Vinsen Bui dan kae Ebit sendiri. Jam dua dini hari baru pulang setelah keletihan goyang, hehehe. Kawan, sekarang kan belum mulai kuliah, so berekspresilah sepuas-puasnya biar tdk mati gaya tentunya!!!!

Sahabat Dan Come Back Home (1-8 Agust’ 09)

Aku bernyanyi untuk sahabat,
aku berbagi untuk sahabat,
kita bisa jika bersama (Untuk sahabat, Audy-Nindy)

Kawan, apakah anda tahu bagaimana rasanya bertemu dengan sahabat lama? Sungguh mengharukan, senang, dan pasti bahagia. Sebelum pulang ke maumere saya mampir dulu di roworeke, persis di depan pertamina baru (8 km dari kota Ende ke arah timur). Di sinilah saya bertemu dengan sahabat lama. Cesar Sarto namanya. Setelah lima tahun berpisah karena ia melanjutkan studinya ke Jakarta akhirnya kami bertemu juga. Tampak ada perubahan secara fisik, maklumlah tinggal di kota metropolis, tetapi gaya dan karakternya masih sama seperti yang dulu. Pria kriga(kriting gaul) ini ternyata masih suka bertanya banyak tentang masa lalu, beginilah kalau orang lagi nostalgia, tetapi yang buat saya heran, ia sempat bertanya kepada saya tentang seorang gadis pujaan hatinya waktu masih di SMA dulu, padahal saya mengharapkan ia mestinya bercerita tentang gadis-gadis metropolis. Kawan benarkah ini pertanda bahwa cinta pertama selalu abadi?
Masih terlintas dalam benak saya, gadis inilah yang membuat sahabatku berganti pola hidup, siang-siangnya menjadi malam dan malam-malamnya menjadi siang. Dan aku tentu selalu jadi korban curhatnya. Setelah mencari informasi dari seorang adik, ternyata apa yang terjadi, gadis itu telah bersuami. Sial,,sial,,sial, ini kata-kata yang terlontar dari bibirnya. Sabarlah kawan masih banyak orang lain di bawah kolong langit ini. Satu pesan dari saya, hilangi kebiasaan menatap nanar perempuan. Itu karya Tuhan bro, bukan objek fantasi, hehe. Tetap semangat, mudah-mudahan sukses sebagai mahasiswa pascasarjana (S2) dan jangan lupa bakar lilin di tubu mbusu (hehe). Dengarlah wahai sahabat, inilah saatnya, kepakkan sayap tinggi terbang ke angkasa, di sanalah mimpi dan cita-cita kita terukir!
This is time to come back. Perjalanan dari Ende ke Maumere meskipun kelihatan dekat tetapi sangat melelahkan. Syukurlah ada teman Kornel yang bisa diajak ngobrol. Sekitar pukul 19.00 kami tiba di unit. Kamar masih berantakan seperti yang saya tinggalkan. Ini pertanda bahwa tidak ada satupun yang masuk ke kamar selama liburan. Sisa waktu setelahnya saya habiskan hanya untuk istirahat, sempat telpon ke rumah untuk menyampaikan kabar bahwa saya telah tiba dengan selamat,hahaha. Biar keluarga tdk gelisah gitu. Besoknya baru bangun pukul 11:00, sampai lupa bahwa hari ini hari minggu. Alhasilnya tidak ke Gereja. Dear Lord, pliz forgive me…n’ jangan pernah bosan dengan saya yah. Setelah itu mandi dan kemudian siap makan siang, teman-teman lainnya ternyata sudah banyak yang datang duluan. Mereka kelihatan asyik bercerita seputar pengalaman liburan. Kawan, jadikan semuanya itu sebagai kenangan. And this time to come back,…of course, come back home. Di sini ada kebersamaan, persaudaraan, dan mimpi-mimpi yang bergantungan yang mesti harus kita raih.
Perjalanan yang paling melelahkan bukan mendaki tujuh gunung, bukan pula menurun tujuh lembah tetapi perjalanan ke kedalaman batin. Tangal 3 Agustus kami mulai dengan retret pembaharuan kaul. Pembimbing retret adalah Pater Frans Ndoy SVD, seorang pastor senior yang sekarang ini menjabat sebagai rektor biara St. Yosep Ende dan juga Pastor mahasiswa. Cara membawa retret sangat menarik, bahannya retret diambil dari bahan reteret yang pernah disusun dan dibawakan oleh Kardinal martini, semuanya diambil dari buku Jacob’s dreams. Pastor yang menyelesaikan studi komunikasinya di negeri Inggris ternyata mepunyai banyak cara agar retret tidak monoton dan membosankan. Saya sempat menyeringkan sebuah pengalaman impresif bagaimana rasanya memanggul salib menjadi pengikut Kristus. Retret berkahir hari minggu pagi. Ditutup dengan misa di unit. Setelahnya Pater harus kembali ke Ende. Makasih ya Pater, coz telah membawa kami semua ke alam permenungan untuk menyadari lebih serius siapa diri kami sebenarnya. Ada tiga hal yang menjadi komitmenku ke depan; lebih rendah hati, ramah dalam kata-kata dan tingkah laku, serta peduli terhadap sesama. Tuhan tolong lihatlah niat baikku ini.