শুক্রবার, ৩০ অক্টোবর, ২০০৯

Acara Tahbisan dan Hati Yang Sepi

“Seseorang telah mengajakku bermain, lalu meninggalkan aku di tengah reruntuhan permainan dengan gema dari tawa yang bukan milikku. Aku tidak tahu yang mana harus dikenang dan mana yang sekedar bersenang-senang”

Sisa-sisa kecapaian pulang dari Palue masih terasa. Kini kami mulai lagi dengan kegiatan perkuliahan. Seperti biasa kuliah hari senin semuanya padat. Untunglah sore harinya tidak ada kuliah. Pater Amatus tidak datang. Syukhurlah, biar tidur siang bisa seret sampai ke sore harinya. Hari-hari sibuk persiapan pentahbisan mulai terasa sejak hari kamis. Semua petugas konsumsi unit ditugaskan untuk bekerja di dapur, bantu karyawan/I. Karena itu hari kamis sore kerjanya potong ayam selama 50 ekor. Ini untuk makanan para tamu dari imam baru yang datang menginap di Ledalero. Jumat sorenya kerja lagi. Kali ini giliran potong dan bersikan ayam yang berjumlah 150 ekor. Gila capek memang. Kerja dari sore sampai malam, lalu diantar pulang ke unit kira-kira jam 10 malam.
Hari Sabtu tidak bisa ikut masak karena ada jadwal mengajar di SMPK VIvi. Bersama kedua teman lain, YOn dan Obby. Kami mesti tunggu beberapa menit sebelum masuk mengajar karena para siswa masih ada pertemuan dengan para guru. Saya kemudian diantar oleh kae Flori ke kelas. Di kelas murid-murid sudah menunggu. Ada dua kelompok yang saya bersama teman Lukas Patilibak bimbing. Kelompok tarik suara dan kelompk musik instrument. Hampir semua cewek yang ikut. Yang cowok mungkin hanya tiga orang. Kali ini saya hanya menjelaskan tentang tangga nada krois dan mol. Selebihnya kami hanya praktik bermain musik. Alat musik sangat terbatas. Dan kami harus menggunakan pianika. Kira-kira jam sebelas pelajaran berakhir. Kami dijemput Om Bene untuk pulang kembali ke Ledalero.
Malam harinya ada ibadat arwah di dekat gereja Nita. Karena itu saya tidak bisa mengikuti ibadat pemberkatan peralatan misa untuk pentabisan bbesok. Saya diminta untuk memimpin ibadat tersebut. Yang meninggal adalah nenek dari teman kelas kami, Basten. Tetapi meninggalnya satu tahun yang lalu, sekarang ini adalah peringatan peristiwa kematian tersebut. Lumayan banyak umat yang hadir. Salah satunya adik Hesti. Yang saya sebutkan nama ini biasa ke unit. Jadi kenal baiklah. Saya akhirnya memintanya untuk membaca bacaan. Awalnya dia menolak tetapi kareba dipaksa terus akhirnya mau juga. Setelah ibadat keluarga menyiapkan makanan alakadarnya. Yah emank di mulut alakadar tapi kenyatan, banyak menu yang dihidangkan. Kira-kira jam sebelas kami diantar pulang.
Misa pentahbisan ke-18 imam baru dimulai pukul 09.00. Begitu banyak sekali umat yang hadir. Diperkirakan bisa melebihi 2000 orang. Ke-18 imam baru ditahbiskan oleh Mgr. Edmund Woga, uskup keuskupan Weetebula, yang baru ditahbiskan uskup beberapa bulan yang lalu. Perayaan ekaristi mungkin baru berakhir sekitar pulul 12.00 lewat. Sangat lama memang. Saya sendiri sampai sempat tertidur. Ada banyak sambutan lagi. Mulai dari Bapa Uskup, Pater Provinsial, yang mewakili keluarga, yang mewakli yubilaris, dan pater reckor Ledalero. Seluruh rangkain acara baru berakhir kira-kira pukul 14..00. Pulang ke unit langsung tertidur.
Malam harinya, kira-kira jam setengha tujuh bus dari keluarga kae Johan Wadhu sudah datang jemput. Akhirnya ikut sudah. Ternyata bukan hanya kami sendiri yang keluar ikut acara syukuran tahbisan di Maumere. Hampir semua frater ikut. Yang paling banyak dari unit dalam. Hampir setengahnya ikut. So, sangat banyak. Tiba di tenda, acara ternyta belum mulai, padahal saya sudah lapar sekali. Akhirnya bersama teman Oby dan Egas kami ke Kae Pecy, cari makan. Kae pecy sendiri sebagai imam baru sangat bahagia kelihatannya. Acaranya akan terjadi esok hari, ada misa syukur perdana. Setelah makan Nando datang jemput dan antar lagi ke acaranya kae Johan. Rupanya di sana hampir semuanya para frater. Jenuh juga, ini sama dengan pindah tenda saja, dari Ledalero ke Maumere. Para Frater semangat sekali menari tanpa pikir panjang lagi kalau besok ada kuliah. Kira—kira jam satu malam, kae Johan minta sendiri agar cukup dulu karena besok masih harus kuliah. Kami tiba di unit pukul 01.00, langsung tertidur.
Meskipu begitu sibuknya, perasaan saya belum tenang. Seseorang telah datang dalam hidup saya, mengajak saya bermain lalu meninggalkan saya di tengah reruntuhan permainan. Aku sendiri tidak tahu mana yang harus dikenang dan mana yang sekedar bersenang-senang. Dalam suasana batin seperti ini, saya hanya bisa merenung dan mendengarkan musik berlama-lama. Lagu mengenangmu dari Rossa mungkin cocok sekali dengan perasaanku saat ini.
kupejamkan mata
kurasakan semua
yang pernah ada
yang pernah singgah
ku teteskan laraku
ku kenangkan cinta
perih terasa
menggores jiwa
sendiri ku kini dalam sunyi
tanpa dirimu ada di sisiku
menetes air mata di pipi
coba menggapai bayang dirimu
aku hanya bisa mengenangmu

বৃহস্পতিবার, ২২ অক্টোবর, ২০০৯

Berlayar Sampai ke Pulau Berjalan Sampai ke Batas (5-11 Okto)

Ini pertama kali saya menginjak pulau Palue. Karena itu ketika pertama kali ditawarkan untuk membawakan katakese di Palue maka saya dengan senang hati menerimanya meskipun di tengah-tengah kesibukan dan tugas yang menumpuk. Setelah pulang kuliah hari jumat kami langsung mempersiapkan diri. Dua truk mengantar kami ke pelabuhan Maumere. Cukup banyak teman-teman yang ikut. Sebagian dari unit Arnoldus, sebagian unit Gere, dan sebagian lagi unit Fransiskus. Semuanya kira-kira berjumlah 58 orang ditambah dengan Pater Budi Kleden.
Dalam rancana awal kami ke sana pada hari sabtu dan pulang lagi pada hari minggunya, tetapi karena desakan dari teman-teman supaya setelah kuliah hari jumat kami langsung berangkat saja. Perrtimbangannya bahwa kalau kecapaian dalam perjalanan kami bisa istirahat malamnya. Kami mesti tunggu di pelabuhan sekitar setengah jam karena kapal motor masih mempersipkan peralatan teknis semcam bahan bakar dan lain-lainnya. Yang menumpang kapal tersebut hampir semuanya para frater penumpang lainnya hanya 3 orang.
Perjalanan cukup memakan waktu yang lama. Awalnya diberitahu hanya 4 jam tetapi nyatanya kami sampai di palue pada malam hari sekitar pukul 20.30. Ombak dan angin malam serta para frater yang tidak tenang membuat kapal terasa sangat goyang. Kelihatan banyak orang yang takut tetapi sengaja tidur supaya orang tidak melihat ketakutannya. Lucu memang, maklumlah yang jalan ini kebanyakan orang gunung yang notabene baru pertama kali naik kapal motor.
Lebih parah lagi, banyak teman-teman yang duduk di atas bubungan kapal, padahal seharusnya semua penumpang duduk di bawah apalagi kapal tidak ada muatan dasar. Kapal motor menjadi semakin oleng diterpa angil malam. Saat-saat yang paling menakutkan adalah ketika hampir tiba di Palue. Ombaknya semakin menjadi-jadi. Tetapi syukurlah kami semua bisa tiba dengan selamat. Kami turun di dua tempat yang berbeda. Pertama, di sebuah tempat bernama Natu. Yang turun di sini berjumlah 13 orang, semuanya dari unit Fransiskus ditambah dengan teman Don Mite Kota. Sedangkan kami yang sisanya langsung turun di Uwa dekat pastoran.
Ada satu peristiewa menarik yang tidak bisa kami lupakan. Ini datang dari teman Egi Binsasi. Ia satu-satunya orang yang kecebur dalam laut. Peristiwa ini terjadi pada waktu turun, peralihan dari kapal motor ke sebuah sampan kecil. Mungkin karena tidak seimbang sampan terbalik dan ia pun jatuh ke dalam laut. Semua orang bukannya merasa ibah tetapi malah menertawakanya dari atas kapal. Ia akhirnya digendong oleh kae-kae yang datang menjemput kami dengan cara menggedongnya sampaik e darat. Makanya, lain kali hati-hati bro, hehe!!!
Kami singgah sebentar di Pastoral. Kepada kami disuguhkan minuman, teh hangat dan biskuit krispi. Setelahnya langsung mendengar Romo pastor paroki membacakan KUB mana kami akan dibagi. Saya mendapat pembagian di sebuah kampung kecil yang terletak persis di lereng bukit. Nama tempat yang saya nginap selama 3 hari adalah Wolokajuwau, kira-kira 400 meter dari pastoran. Ternyata umat telah menunggu dari sore harinya. Saya dijemput oleh dua orang cewek ABG dan seorang bapak yang menjabat wakil ketua kombas,
Tiba di rumah kira-kira pukul 22.00 malam semua umat sudah menunggu di rumah ketua kombas. Kebanyakan mereka hampir semua mama-mama, dan hampir semuanya janda. Ada yang ditinggal mati oleh suaminya, ada yang suami pergi ke tempat perantauan dan sampai sekarang tidak ada kabar lagi serta tidak pulang-pulang. Saya sempat hitung-hitung sebantar, ternyata laki-laki hanya tiga orang. Kelompok lain yang banyak juga adalah nona-nona. Mereka ini yang menemani saya kemana saja saya pergi selama di sana. Mereka yang masak, siap makan, serta menyuci pakaian saya, meskipun saya sempat menolaknya ketika diminta. Malu juga tapi sudahlah semuanya adalah saudara dan saudari.
Malam ini tidak ada kegiatan katakese. Saya sendiri yang minta karena kecapaian. Bayangkan 8 jam duduk di atas kapal motor. Setelah menyuguhkan minuman yang disiapkan saya langsung bergegas ke kamar mandi untuk mandi. Makan malam setelah saya selesai mandi, kira-kira pukul 23.00 malam. Setelah makan masih cerita dengan mama-mama. Mungkin kira-kira setengah satu baru mulai tidur.
Bangun pagi makanan dan minuman sudah siap di depan meja. Biasa orang di kampung terlalu berlebihan kalau para frater datang. Saya masih mandi dulu, kemudian langsung minum dengan snacknya ubi kayu palue. Enak kawan, maunya makan terus!!!!
Tidak tahu hari ini mau kemana. Saya minta pergi ke kebun tetapi mereka semua menolak dengan alasan jauhlah, kotorlah, pokoknya macam-macam. Akhirnya saya ikut saja kemana mereka mau membawa saya. Bersama kedua adik Vinka dan Nona kami ke kebun terdekat, kira-kira 500 meter dari rumah. Sampai di kebun bukan bekerja tapi buat rujak. Vinka yang seharusnya mengajar di sekolah hari ini terpaksa di rumah saja untuk temani saya. Begitu katanya ketika ditanya mengapa tidak ke sekolah. Sedangkan Nona, gadis manis yan lahir di Terang Manngarai ini, telah putus sekolah sejak SMP. Sehari-hari ia bekerja bantu orang tuanya. Ada mangga, ada pepaya, ada jambu sehingga pasti seru kalau dibuat rujak.
Menjelang tengah hari baru pulang ke rumah. Di sana orang sudah siap makan siang, tinggal makan saja. Aduhh, jadi tidak enak, macam raja-raja saja, hehe. Setelah itu tertidur pulas dan jam setengah lima sore baru kaget. Ade-ade su tunggu mau ke pantai, mandi. Dan, kami langsung bergegas ke Laut. Menjelang malam baru pulang ke rumah. Lumayan sudah lama tidak bernang lagi. Sampai di rumah mandi lagi. Sementara mandi umat sudah datang untuk berkatakese. Kebanyakan mama-mama dan anak-anak usia remaja. Katakese berlangsung kira-kira satu setengah jam setelah itu dilanjutkan dengan doa Rosario dua peristiwa. Saya sangat terharu mendengar sharing dari mama-mama. Bagaimana susah hidup mereka setelah ditinggalkan oleh suami. Mereka harus bekerja menanggung biaya hidup anak-anak. Sementara suami mereka di tempat rantau tidak ada kabar sama sekali bahkan ada yang sudah mempunyai istri lagi. Saya pun tidak banyak memberikan solusi tetapi karena saat-saat seperti ini yang paling penting kita mendengarkan keluhan dari mereka. Setelah doa, semua orang diundang untuk makan bersama tanpa kecuali. Masih ada cerita-cerita setelah makan sebelum pergi tidur.
Minggu, ada perayaan di gereja. Para frater yang menanggung kor serta liturginya. Misa dihadiri oleh banyak sekali umat. Bahkan ada yang tidak mendapat tempat dan harus duduk di luar. Misa dipimpin oleh Pater Paul Budi Kleden dan didampingi Rm. Dedy, pastor paroki Uwa. Pater Budi dalam kotbahnya menekankan pentingnya usaha peningkatan pangan lokal karena minggu ini gereja merayakan hari minggu pangan sedunia. Masih ada acara perkenalan lagi setelah lagu post-komuni. Perkenalan diatur pertingkat. Setelah misa foto-foto sebentar dengan bapa mama, lalu kembali kerumah.
Teman Bojes ikut dengan saya ke rumah. Mereka dari tanjung sebelah dan tidak bisa pulang lagi karena jaraknya jauh, lagian siang sebentar kami harus pulang lagi ke Maumere. Di rumah semua sudah berkumpul untuk makan bersama sekaligus makan perpisahan. Dan inilah saat-saat terakhir kami. Saya mengucapkan permohonan maaf dan limpah terima kasih karena sudah diterima seperti anak sendiri di KUB ini. Begitu pula sebaliknya, bapak ketua KUB juga mengucapkan terima kasih dan mohon maaf bila ada banyak kekurangan. Tetapi perasaan saya tidak pernah ada kekeurangan selama berada di rumah ini, malahan sangat dijamin, hehehe.
Bapa, mama, Vinka, Nona, mengantar saya sampai ke pelabuhan. Sebelumnya, kami masih singgah di Pastoral untuk kata-kata pelepasan dari Romo pastor paroki. Cukup jauh jarak dari pastoran ke pelabuhan, dan itu kami harus berjalan kaki. Jalan-jalan dipenuhi dengan umat yang mengantar anak frater mereka. Ada yang menangis, bersedih, dan menyesali terlalu amat singkat pertemuan ini. Banyak sekali orang yang mengantar kami. Dermaga pun penuh sesak terisi. Kami baru mulai star dari palue jam setengah empat sore dan tiba di pelabuhan Maumere jam tujuh malam. Perjalanan kali ini lebih baik ketimbang waktu berangkat. Lautnya tenang seklai. Dua truk dari ledalero sudah parkir di dermaga untuk menjemput kami. Tiba di unit kira-kira pukul 20.00, makan lalu tidur, cape bgt!!!!

রবিবার, ১১ অক্টোবর, ২০০৯

Kasih Tak Sampai (28 Sept-4 Okto)

“Actually I’m not worthy to be yours. So just leave yours shadow plizz, I will keep it in my deepest heart, and it has been enough for me.”

Hari senin biasanya selalu membosankan. Tetapi kali ini rupanya tidak. Ada kuliah fisafat manusia, filsafat udaya dan dogmatik. Sisa-sisa kecapaian malam tadi tidak begitu terasa. Dua dosen untuk dua mata kuliah pertama di atas membawakan materi dengan sangat menarik, tidak monoton. Pater Leo Kleden adalah dosen senior kami. Jika bertanya kepada para alumnus era 90-an soal dosen terbaik di Ledakero, tentu nama beliau selalu disebut. Ia mampu menyederhanakan bahan yang amat sulit sekalipun dalam contoh –contoh yang amat sederhana. Bagaiman dengan Romo Richard Muga? Yang membuat mata kuliahnya menjadi menarik bukan karena kehebatannya menyajikan materi tetapi karena kerendahan hatinya menerima pendapat mahasiswa/I, pembicaraan kita entah salah atau benar selalu ia hargai. Karena itu mahasiswa suka berbicara dan merasa bahwa pendapat mereka diterima.
Sore harinya ada seminar teologi abad 20. Kali ini giliran teman Vester dan Sipri Daton yang membawakannya. Kami berbicara tentang pandangan teologis dari teolog Guardini. Jujur saja saya sendiri setelah masuk kelas baru dengar nama teolog ini. Tetapi setelah membaca materinya cukup menarik memang, pandangan dianggap progresif pada jamannya dan pada saat ini dianggap sebagai yang konservatif. Begitu juga dengan kuliah hari selasa sore, kami juga berbicara tentang pandangan dari teolog Hans Kung. Tetapi kali ini bukan pandangan teologisnya tetapi konsepnya tentang etika global. Kuliah ini diberikan oleh P.Dr. Hendrik Dori Wuwur, dengan tampilan power pointnya yang amat menarik. kuliah ini juga dihadiri oleh P.Dr. Otto Gusti sebagai fasilitator.
Setelah kuliah, bersama teman Egas dan Ois, kami langsung siap-siap diri untuk ikut acara pernikahan di Koting. Kira-kira 10 km dari tempat tinggal kami. Acara resepsi pernikahan baru dimulai pukul 20.30. Susah memang kalau sementara pesta baru listrik mati. Acarnya bisa jadi berantakan. Setelah pesta pernikahan ka’ Ima di rumah, baru ini kali saya kembali mengikuti acara resepsi pernikahan. Itu pun karena yang menikah adalah sahabat saya, ka’ Yan dan Ka’Nita yang sudah saya kenal baik. Ka Yan bertugas di Bajawa sebagai fasilitator sedangkan ka Nita bekerja sebagai guru di SMP di Tanah Ai. Perkenalan saya dengan mereka berdua, dimulai ketika saya diminta untuk mengiringi kor pada waktu paskah kemarin. Ka’ Yan dan Ka’ Nita adalah anggota kor. Tetapi pada waktu itu kedua belum berpacaran, baru satu bulan belakangan ini mereka jadian dan sekarang sudah menikah. Gila memang tetapi ketika ditanya; kenapa cepat sekali ka? Ka Yan menjawab dengan dua alasan, yakni; takut keburu tua dan keduanya tinggal berjauhan. Jarak yang berjauhan ternyata bisa menyebabkan hubungan menjadi kian renggang. Acara resepsi dihadiri oleh banyak orang. Ketika masuk kami semua dibagi souvenir berupa gantungan kunci. Bapak Aleks Longginus (mantan bupati Sikka) berbicara paling lama dalam acara penikahan ini. Ia mewakili keluarga yang mengucapkan sepatah kata untuk pengantin baru. Kami baru pulang sekitar pukul satu malam. Masih cerita-cerita dengan keluarga. Mau menari tapi tidak ada lagu rege yang diputar. Biasa begini kalau pesta di Koting. Orang lebih suka putar lagu Maumere yang goyangnya maju mundur itu,hehehe.
Hari sabtu ini tidak jadi pergi mengajar karena kuliah hari senin dimajukan ke hari sabtu. Hari senin nanti ada wisuda mahasiswa/I S1 dan S2. Karena itu seperti biasa mata kuliah hari senin selalu padat. Tidak ada kuliah sore ini hari. Pater Amatus tidak masuk. Hal yang paling menyedihkan juga saya rasakan pada minggu ini. Masih soal Klasik dalam hubungan dengan seorang gadis (I-Hdt). Saya akhirnya sadar bahwa hubungan yangi saya jalani ini akan terus bergantung. Dan sekarang keadaan tidak seperti dulu lagi. Statusnya tidak single lagi tetapi in relationship. Hmm, malu juga e, sudah kenalan hampir sembilan bulan hasil akhirnya tidak dapat apa-apa, orang yang panen malah. Tetapi itu tidak penting, bahwa ia masih mau berteman itu sudah cukup. Gila memang meskipun lewat kontak jarak jauh baru ini kali saya rasakan menikmati bagaiman berteman dengan seseorang. Waktu Sembilan bulan itu sudah sangat lama karena biasanya paling lama dua-tiga bulan setelahnya pasti sudah bosan. Bagi saya ini menajdi cerita menariknya berteman lewat dunia maya, karena tidak membosankan lantaran rasa penasaran terus muncul. Hmmm, coba kalau dia ada di dekat-dekat sini pasti stu-dua minggu lihat mukanya, setelahnya akan bosan. Terima kasih banyak de (I-hdt) sudah hadir dalam hidup saya. Meskipun sulit saya akan tetap berusaha untuk melupakanmu. Tinggalkan saja bayangmu karena itu sudah cukup bagiku. Mungkin lagu berganti hati dari Anggun bisa menggambarkan keadaan hatiku.
Satu per satu telah kuhapus
cerita lalu di antara engkau dan aku
dua hati pernah Berjaya
seribu mimpi tanpa ragu tanpa curiga
Kutakingin lagi menunggu menati
harapan tuk hidupkan cinta yg telah mati
Kutak ingin coba hanya tuk kecewa
lelah kubersenyum lelah kubersandiwara
aku ingin pergi dan berganti hati.
Satu persatu telah kuhapus
nada dan lagu yang dulu kucipta untukmu
rasa yang dulu pernah ada
kini berdebu terbelengggu dusta dan noda.
Kutakingin lagi menunggu menanti
harapan untuk hidupkan cinta yang tak pernah terbalas
kutak ingni coba kutelah kecewa
lelah kubersenyum lelah kubersandiwara
Kini kusadari diri ini ingin berganti hati,
Cinta yang telah pergi
harus berganti hati
harus kuganti hatiku kini
harus kuganti
Ini harus kuganti
tak perlu yang ini lagi.

রবিবার, ৪ অক্টোবর, ২০০৯

Lagi-lagi Pesta!!!(21-27 Sept)

“Jika ada yang mengatakan bahwa menari adalah ekspresi seni yang paling rendah, pliz don’t care about it!!!”

Senin dan selasa dalam minggu adalah hari libur. Umat muslim merayakan hari raya idul fitri. Di Maumere dua hari libur ini diisi dengan pesta penerimaan komuni pertama. Karena itu begitu banyak pesta sambut baru yang dibuat. Tenda-tenda hampir ada di setiap lorong di kota Maumere. Maklum sambut barunya dibuat serentak. Syukur, sambut baru kali ini bertepatan dengan hari libur. Hari senin siang saya tidak kemana-mana, di kamar saja. Sampai sorenya Ka’ Windy datang dari Lekebai antar Grace ke unit. Itu anak memang kalau sudah ketemu saya, lupa sudah orang tuanya ada dimana. Kebetulan Ka’Windy ada ke Maumere untuk satu keperluan, belanja barang-barang untuk peseta sambut baru keluarganya. Dan supaya tidak merepotkan, Grace dititip ke saya. Syukurlah dia tidak menangis dan cengeng. Ini kali selama di unit ia hanya di kamar saja, nonton film Barbie. Biasa dia suka lari-lari, main di kolam ikan, atau juga jalan-jalan dengan teman-teman. Kira-kira pukul 19.00 Egi (Adik dari ka Windy) datang jemput untuk makan malam, kami bertiga satu motor. Jarak rumah dari unit tidak terlalu jauh, kira-kira 400 meter.
Di rumah tamu-tamu sudah banyak sekali karena besok ada acara terima komuni pertama sekaligus acara resepsi. Sampai di rumah Ka Yanto, ka Mira, dan Risma sudah ada. Tidak tunggu lama kami langsung ke meja makan untuk makan malam. Mau pulang tapi Grace masih belum tidur, nanti dia pasti akan ikut. Lucunya, kami jadi main petak umpet dengan grace. Adik Nona yang satu ini meskipun sudah naik kelas satu SD tetap masih cengeng kalau ketemu saya. Kira-kita Jam 10 mamanya sudah temani dia masuk ke kamar untuk tidur. Pikirnya sudah tidur, eh ternyata tiga puluhmenit sesudahnya ketika mau pamit pulang dia bangun lagi dan minta ikut. Terpaksa tidak ada jalan lain, akhirnya bawa lagi ke unit. Ini malam dia tidur di kamar, dan saya harus mencari kasur lagi karena kami bertiga ditambah dengan Egi.
Pagi-pagi sekali Egi sudah bangun karena di rumah ada banyak pekerjaan. Grace belum bangun, bahkan sampai kami misa selesai dia belum bangun juga. ”Ini anak anak ke orang besar sa yang capai kerja malamnya,hehehe”. Siangnya kami baru ke rumah untuk ikut acara sambut baru. Ka Windy sekeluarga baru kembali ke Lekebai saat hari mulai malam. Setelah itu ke Maumere ada ikut acara sambut baru dari seorang adik yang belum juga saya kenal. Sebenarnya tidak jalan, karena sudah mengantuk hanya saja Mama Inge dari Ruteng datang untuk mengikuti sambut baur keponakannya. Nah, ini dia, yang sambut baru adalah keponakan dari mama Inge. Karena itu yang menjadi orientasi utama bukan mengikuti acara sambut baru tapi bisa ketemu dengan orang-orang lama. Senang juga karena setelah tiga tahun tinggalkan Manggarai akhirnya bisa ketemu lagi sama Mama Inge, Ivan dan Seren. Sayangnya Bapa dan Inge tidak datang.
Tak saya duga bahwa Seren juga ikut. Dia orang pertama yang datang dan menjemput saya bersama dengan seorang teman di depan rumah. “Ata wedhol……”! Begitulah biasanya dia memanggil saya, kemudian dia langsung datang dan mengacak-ngacak rambut saya seperti yang biasa ia lakukan dulu. Tampak ada perubahan padanya; makin tinggi, cukup cantik untuk gadis-gadis ABG, tapi wajah imutnya tidak berubah tambah lagi cerewetnya, nyentrik banget, hehe. Sekarang ia sudah kelas III SMP tapi gayanya tidak berubah seperti pertama kali bertemu ketika masih SD kelas VI. Kemudian Mama Inge datang dan mengajak kami masuk ke rumah dan bersalaman dengan adik yang sambut baru.
Setelahnya pasti ada makan, ada minum, ada cerita-cerita, sampai ketika menjelang pukul 08.00 kami harus pulang. Mama Inge ada bawa kompiang sehingga pulang ke unit bawa kompiang lagi. Seren lagi yang mengantar kami sampai ke Jalan depan karena motornya diparkir di depan. Ketika mau jalan ia datang dan berbisik sesuatu di telinga saya. “Ka…pacar dengan saya e”. Begitu katanya dengan suara yang diucapkan dengan amat keras buat telinga sakit. Nyentrik memang ini anak kalau mau main gila, saya hanya bisa menjawab; “De’ tunggu yah nanti kalau U sudah besar e”. Saya sendiri tidak menduga kalau dia akan menjawab seperti ini; “hmmm, dari dulu-dulu tunggu besar terus, kapan baru besarnya?” Saya tidak bisa menjawabnya kali ini. Yang bisa saya buat adalah mengacak-acak rambutnya. Dia tertawa dan bergegas kembali ke rumah. Teringat kembali ketika saya hendak pamit dari Ruteng untuk datang ke Maumere dua tahun silam. Dengan mata berkaca-kaca ia juga yang mengatar saya sampai ke depan pagar rumah. Ketika hendak jalan, seperti yang saya lakukan jika ingin berkelakar dengannya. “De’ pacar dengan saya ka”. Dengan logat rutengnya yang kental ia katakan; aihh, saya masih kecil e, tunggu besar dulu”. Lalu saya pun mengecak-acak rambutnya. Dia berbeda sekali dengan kakanya Inge yang agak kalem dan lebih suka pergi ke Salon (orang salon). Di rumah kalau tidak ada Seren, pasti sepi. Untuk Mama Inge sekeluarga mudah-mudahan dikarunia berkat dan rejeki yang berlimpah dari Tuhan. Amin.
Pulang dari Maumere langsung Ka Jossi di Nita. Anak pertamanya, Joshua sambut baru. Ini yang penting dan harus hadir sebab jika tidak pasti mata kuliah filsafat kontemporer tidak lulus nanti. Dosen kami yang satu ini sangat pragmatis memang. Selalu ada jembatan penghubung di ruang kuliah dan di luar kelas. Selain sebagai dosen ia juga adalah orang nomor dua di penerbit Ledalero. Karena itu sehari-hari, dari pagi sampai sore ia ada di unit bersama-sama dengan kami. Bulan September memang hari paling bahagia mereka sekeluarga. Awal bulan kemarin anaknya yang ketiga lahir dan sekarang Joshua sambut baru. Setidaknya begitulah yang diungkapkan oleh Kae Jossi sendiri bahwa bulan ini adalah bulan yang paling bahagia bagi mereka. Di rumah keluarga dari Manggarai sudah banyak karena Kae sendiri adalah orang Manggarai (Kumba). Tapi uniknya bahwa baru ini kali saya temukan pesta dengan tidak ada bunyi musik. Setelah terima tangan dengan Josua cari dan ambil makanan sendiri. Setelahnya cerita-cerita dengan keluarga yang datang. Kira-kira jam 11 saya minta Egas untuk mengantar saya pulang. Sudah terlalu capai dan ngantuk berat. Sampai di kamar lansung tertidur.
Hari rabu, kamis, dan jumat kuliah seperti biasa. Hanya hari jumat ke Koting lagi ikut acara syukuran 50 tahun hidup membiara dalam serikat sabda Allah dari Br. Benyamin Ade, SVD. Acaranya sangat meriah. Tampak sang Yubilaris sangat bahagia. Bruder, profisiat, semoga panjang umur dan bahagia selalu dalam jalan panggilannya. Esok harinya, sabtu (26) pagi-pagi sekali bangun dan siap-siap pergi mengajar. Hari ini saya dan bersama beberapa beberapa teman tidak mengikuti perayaan ekaristi karena mobil datang jemput pukul 06.00. Bahkan makan juga buru-buru. Lamanya di persiapan, mandi, dandan dan kawan-kawan, hehehe. Mengerti saja kalau keluar begini penampilan selalu ekstra, kalau sudah di depan cermin, ibu-ibu juga kalah. Ketika ditanya alasannya mau tampil modis di hadapan anak murid yang semuanya ABG. Tapi saya tidak o…hehehe. Murid-murid banyak juga, semuanya kelihatan antusias banget kalau dengar bunyi musik. Pukul 11.00 Om Eto sudah datang jemput untuk pulang kembali ke Ledalero.
Hari minggu ada pesta lagi di unit. Kali ini pesta perpisahan dengan P. Georg Kircberger yang akan cuti berlibur ke kampung halamannya di jerman. Akhir Januari baru Pater pulang. Acaranya mendadak sekali. Hari kamis malam Pater datang ketemu saya dan member tahu perihal acara tersebut. “Yahhh… Ruke, rupanya kita mesti buat pesta perpisahan lagi” Begitulah beliau menyampaikan dengan gayanya yang khas. “Hehehe, yang benar Pater, ini pesta benaran atau seolah-olah pesta?” begitulah saya bertanya, dan Pater pun melanjutkan; “Sebenarnya tidak pesta tapi saya sudah beli babi dari John, karena itu kita mesti buat acara”. Setelahnya Pater menitipkan juga uang sebesar 200.000 rupiah. Aduh, kayanya sibuk lagi nih besok.
Minggu (27), kami masak pagi, karyawati ada libur. Setelahnya misa di unit. Pater Georg sendiri yang pimpin misa. Gesit sekali hanya 30 menit saja. Kami mesti buru-buru ke pasar untuk belanja barang-barang pesta. Sialnya oto penerbit ada di unit tapi om sopirnya tidak ada karena itu saya dengan Egas turun belanja dengan sepeda motor saja. Sampai di pasar yang pusing. Kami macam ibu-ibu saja. Beli sayur, buah, bawang, cabe, dan kawan-kawan. Belum lagi Maumere panas sekali. Tambahan lagi, barang-barangnya mahal sekali. Bayangkan pepeya yang besar harga satu buah 30.000 dan nangka salak harganya 80.000 rupiah, pisang masak tidakada sama sekali. Duh kalau tahu begini saya tidak mau pergi belanja tadi. Belum lagi tidak tahu tawar. Stress, tobat cukup ini kali saja.
Pulang belanja yang lain sudah kerja. Ada yang potong babi, ada yang kerja di dapur, ada pula yang atur ruangan. Acara malamnya baru dimulai pukul 20.00. Para tamu sudah datang antara lain kae-kae yang kerja di penerbit Ledalero dan juga para undangan lainnya. Dari unit dalam yang datang hanya Altus dan Pater Budi Kleden. Kali ini saya meminta teman Ois yang memandu acara. Kelihatan semua orang sudah lapar, karena itu tanpa basa-basi kami langsung mulai dengan acara makan malam. Setelahnya baru mulai dengan acara sepatah kata dua dari Atel sebagai ketua unit, dari Pater nar sebagai Prefek unit dan dari Yubilaris sendiri. Inti dari semua pembicaraan adalah ucapan selamat jalan dan terimah kasih atas partisipasi dalam acara ini. Tetapi ada sebuah acara kejutan yang dibuat spesial untuk Pater Kirch. Kami menyiapkan sebuah kue ultah kaul yang keempat puluh dalam hidup membiaranya. Kue ini baru dipesan tadi siang, agak mendadak memang. Acara tiup lilin diiringi dengan menyanyikan lagu selamat ulang tahun dari Jamrud. Dasyat!!!!!!!, Pater Kirch kelihatan bahagia sekali. Mat ultah kaul Pater. Sukses selalu jangan lupa pulang lagi akhir januari nanti!!! Acara selanjutnya biasa dugem, hehehe…sampai capai sekali baru pergi tidur!!!